Catatan PKB 2025, Daya Pikat Masih Kuat, Apresiasi Penonton Cukup Tinggi
Kadisbud Bali Prof. Arya Sugiarta
DENPASAR – baliprawara.com
Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025 sudah sebulan berlangsung. Gubernur Bali Wayan Koster dan Wagub Giri Prasta dijadwalkan menutup secara resmi hajatan kesenian tahunan tersebut Sabtu 19 Juli 2025 malam di Gedung Ardha Candra, Taman Budaya Bali.
Acara penutupan juga dirangkai dengan peluncuran tema PKB ke-48 Tahun 2026, sekaligus pembukaan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) VII Tahun 2025.
Selama digelar sejak 21 Juni 2025, antusias penonton menyaksikan pagelaran PKB ke-47 sangat tinggi. Hampir semua pagelaran mendapat apresiasi penonton. Bahkan, parade gong kebyar, lomba balaganjur dan pentas Barong Ket dipadati penonton.
Total jumlah pengunjung PKB 2025 mencapai 1,6 juta orang. Ini mengindikasikan daya pikat PKB masih sangat kuat.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, menegaskan bahwa pelaksanaan PKB tahun ini telah berjalan sesuai rencana dan didukung oleh persiapan matang sejak Agustus 2024.
“Saya telah memantau persiapan mulai dari pra-dilaksanakan PKB.
Sejak Agustus 2024 sudah mulai proses dengan pembuatan kriteria, tim kurator sudah bekerja untuk membuat kriteria, sistem penilaian,” ujarnya, Jumat (18/7).
Kata mantan Rektor ISI Denpasar–sekarang ISI Bali ini, evaluasi tahunan menjadi dasar utama untuk perbaikan pelaksanaan PKB. Salah satu hasil evaluasi 2024 yang berhasil diwujudkan tahun ini adalah pembangunan tribun penonton di area Monumen Bajra Sandhi pada saat pagelaran Peed Aya. Selain itu, inovasi lain yang diterapkan tahun ini adalah pemberian jaminan BPJS Ketenagakerjaan bagi para seniman, dengan dukungan pembiayaan dari BPD Bali.
“Pada 2025 ini untuk pertama kalinya seniman-seniman itu dapat BPJS. Ya, kita dibantu oleh BPD Bali. BPD Bali itu membayari asuransi. Jadi seniman dalam pergelaran itu sudah dijamin asuransi kalau ada sakit, kecelakaan dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Terkait tema “Jagat Kerthi”, Prof. Arya menilai para seniman telah mampu menerjemahkan ke dalam pertunjukan secara mendalam, dengan mengangkat nilai-nilai lokal dari masing-masing daerah.
“Dengan tema Jagat Kerthi itu kita bisa lihat di mana kearifan-kearifan lokal itu muncul. Hampir setiap kabupaten mengambil cerita dari cerita-cerita di daerahnya. Desa-desa pun juga begitu,” katanya.
PKB tahun ini juga dinilai sukses dalam pengelolaan sampah. Volume sampah yang diangkut dari kawasan Taman Budaya Provinsi Bali turun signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. “Kontainer pengangkut sampah, sebelumnya itu bisa 2 sampai 3 kontainer per hari. Sekarang cuma satu kontainer. Itu artinya volume sampah sudah bisa ditekan. Ini juga akibat tema Jagat Kerthi itu, bagaimana kita merawat alam, merawat budi termasuk juga menjaga kesehatan,” ujarnya.
Namun demikian, Prof. Arya mengakui masih ada tantangan dalam pengendalian sampah dari kawasan sekitar Taman Budaya, terutama dari aktivitas pedagang asongan atau masyarakat sekitar yang belum seluruhnya menerapkan pola konsumsi bebas plastik.
Dari sisi kepuasan penonton dan seniman, Prof. Arya menilai penyelenggaraan PKB tahun ini tetap mendapatkan sambutan positif. Jumlah kunjungan langsung ke lokasi PKB tetap bertahan di angka 1,6 juta, sementara interaksi dan eksposur di media sosial meningkat signifikan. “Kunjungan orang ke Taman Budaya ini masih bertengger di angka 1,6 juta. Tapi sekarang yang di media sosial ini jauh lebih banyak,” sebutnya.
Sebagai bagian dari program unggulan Pemerintah Provinsi Bali, Prof. Arya memastikan bahwa PKB akan tetap diselenggarakan setiap tahun. Ia juga berharap ke depan seluruh aspek pendukung, termasuk kesejahteraan seniman, dapat ditingkatkan. “Tentu ke depan Pesta Kesenian Bali ini akan tetap digelar karena ini merupakan salah satu program unggulan Pemprov Bali. Tidak akan mungkin tidak ada PKB. Bahkan selalu saya diingatkan oleh Pak Gubernur, Pak Wagub, PKB itu semakin hari harus semakin bagus,” kata Prof. Arya Sugiarta sembari mengajak semua pihak pada acara penutupan PKB 2025 dan yang akan mengapresiasi gelaran FSBJ 2025 selalu membawa tumbler untuk menekan penggunaan plastik sekali pakai.
Berlangsung Sukses
Sementara itu kurator PKB 2025 Prof. I Made Bandem menyampaikan, PKB kali ini berlangsung sukses. Itu semua berkat sinergisitas yang baik antara pemerintah, seniman dan masyarakat. Keberhasilan ini juga berkat pembinaan yang matang terhadap sanggar, sekaa kesenian dan penampil PKB. Sebelum pelaksanaan PKB 2025, panitia dan tim kurator sudah melakukan persiapan hampir selama 10 bulan.

Prof. Bandem juga menilai bahwa tema PKB sudah selaras dengan garapan seni yang ditampilkan.
Misalnya, tema dalam pawai atau peed aya sudah pas dalam garapan yang disuguhkan oleh kabupaten/kota yang diwakili oleh desa adat yang ditunjuk. Kreativitas dan kualitas garapan seniman pada PKB kali ini juga sangat bagus.
Demikian juga apresiasi penonton sangat tinggi. Lomba baleganjur dan Barong Ket, parade gong kebyar, selalu disesaki penonton.
Tak itu saja, suguhan Tari Legong dan Janger juga sangat bagus. Masing-masing menunjukkan keragaman dan kekhasan masing-masing.
“Jadi, pementasan apa saja dipenuhi penonton. Ini menunjukkan apresiasi masyarakat terhadap sajian materi PKB sangat tinggi,” ujar Prof. Bandem.
Keterlibatan Generasi Muda
Hal senada disampaikan kurator PKB 2025, Prof. Wayan Dibia. Menurutnya, partisipasi seniman dan masyarakat sangat tinggi dalam PKB 2025.
Demikian juga keterlibatan generasi muda dalam pementasan sangat membanggakan. Hampir semua garapan seni yang dipentaskan ada generasi mudanya. Pada pementasan Wayang Kulit, misalnya, dalangnya juga muda-muda. Penampilan dan suaranya bagus.
Cuma ke depan, tempat pementasannya perlu lebih strategis, tidak dekat dengan stand kuliner seperti sekarang.

Di sisi lain Prof. Dibia menyoroti, ada beberapa sekaa kesenian menyelipkan promosi dalam pementasan. Ke depan ini mesti dijadikan catatan. Sebab menurutnya, kurang pas menyebutkan sponsor pada sebuah pementasan di PKB.
Prof. Dibia juga menyoroti persoalan manajemen panggung. Sebab, masih ada penonton yang lalu – lalang di area panggung pementasan. (MBP2)