Konferensi IFEAT di Bali Jadi Event Terbesar Di Dunia
Mangupura (Bali Prawara)-
Indonesia kembali terpilih untuk kedua kali sebagai tuan rumah Konferensi International Federation of Essential Oils and Aroma Trades (IFEAT). Yang mana untuk pelaksanaan konferenai ke 41 tahun 2019 ini, mengambil tempat di Hotel Mulia Nusa Dua. Dengan tema Naturals of Asia, event ini digelar sejak tanggal 29 September – 3 Oktober 2019, yang dihadiri sebanyak 1700 delegasi dari 73 Negara termasuk Indonesia.
Menurut Presiden IFEAT Alastair Hitchen, federasi ini bergerak dalam industri minyak natural esensial ekstrak. Untuk pelaksanaan konferensi di Bali ini kata dia, menjadi event terbesar di dunia untuk industri Atsiri karena diikuti sebanyak 1700 delegasi. Konferensi IFEAT menurutnya rutin digelar setiap tahun untuk memfasilitasi pertemuan antara buyer dan seller. “Kami mengadakan acara ini setiap tahun. Sehingga setiap orang bisa bertatap muka, bertemu dengan suplaiyer, kostumer, petani, pengedar, pengepul dan pemroses,” katanya saat ditemui, Selasa (1/10/2019).
Menurutnya, Indonesia menjadi salah satu negara terpenting dalam industri minyak esesnisal ini. Karena, Indonesia sudah sejak lama menjadi produsen minyak ini di dunia. Bahkan Indonesia menjadi salah satu produsen minyak terbaik di dunia.
Di Indonesia kata dia, memiliki banyak jenis minyak seperti ginger oil, kulit sebagai bahan baku yang terbaik di dunia. Dalam hal ini, beberapa negara selalu berkompetisi seperti India, China. Namun Indonesia menjadi negara yang paling penting dalam industri ini. “Indonesia menjadi sangat penting dibandingkan negara lain untuk industri minyak atsiri,” akunya.
Sementara Ketua Dewan Atsiri Indonesia Robby Gunawan yang juga selaku Presiden Direktur Indesso mengatakan, event ini menjadi event terbesar di dunia. Ini kata dia menjadi kehormatan bagi industri di indonesia untuk bisa hadir. “Kita lihat minyak atsiri banyak dipakai di berbagai produk, baik perisa, parfum, makanan, dan saya rasa. Dengan konferensi IFEAT akan berpeluang bagi produsen Indonesia untuk melakukan komunikasi dengan pembeli dan pelaku. Bukan hanya transasksi bisnis juga belajar knowladge baru,” pungkasnya.
Dikatakannya, potensi minyak atsiri dari Indonesia sekitar 90 persen untuk eksport dan 10 persen untuk konsumsi dalam negeri. Dalam setahun, ekspor untuk minyak atsiri jumlahnya cukup besar. Dengan rincian untuk minyak cengkeh kurang lebih 4-5 ribu ton per tahun. Minyak Nilam sekitar 1500 ton per tahun, minyak sereh wangi sekitar 1000 ton per tahun. Minyak pala 500 ton per tahun dan Masoi sekitar 20 ton per rahun. Dengan potensi atsiri ekspor Indonesia, kira-kira sebesar 600 juta dolar setiap tahun. “Ini memang tidak besar seperti potensi tambang dan sawit, namun sangat potensial,” pungkasnya.
Konferensi IFEAT di Bali, ditangani oleh PT MELALI MICE selaku Professional Conference Organizer yang ditunjuk oleh kantor pusat IFEAT di London, Inggris. Menurut Ketut Jaman selaku Dirut PT Melali Mice, pada area pameran, ada sebanyak 30 booth dari Industri minyak Atsiri di dunia. Yang mana sebanyak 6 booth diisi oleh perusahaan dari Indonesia. Diantaranya, Haldin, Indesso, Natura Aromatik, Van Aroma dan Golden Grove, Aroma Atsiri, CV Ratu Aroma.
Dikatakannya, kegiatan konferensi ini tidak hanya berdampak pada perkembangan industri minyak Atsiri Indonesia, namun juga akan memberikan dampak positif kepada seniman lokal yang terlibat. Mengingat ratusan seniman juga terlibat pada kegiatan ini. (praw)