Latihan Emergency Escape and Eject, KoopsAu II Libatkan 38 Penerbang Tempur
MANGUPURA – baliprawara.com
Sebuah pesawat tempur milik TNI AU tiba-tiba mengalami masalah. Seketika itu, seorang penerbang melontar dari dalam pesawat untuk menyelamatkan diri dengan menggunakan parasut. Skenario ini dibuat untuk latihan Emergency Escape and Eject, yang digelar KoopsAu II, tahun 2021.
Sebanyak 38 penerbang, mengikuti latihan Emergency Escape and Eject, KoopsAu II TA 2021, Kamis (23/9), di Perairan Tanjung Benoa. Ada 2 jenis latihan yang dilakukan, yakni latihan mendarat di darat dan latihan mendarat di laut atau perairan.
Ditemui di sela latihan, Inspektorat Koopsau II Marsekal Pertama (Marsma) TNI Eduard Sri Wisnu M, S.E., yang hadir pada latihan ini, menyampaikan kalau ini merupakan salah satu kegiatan untuk melatih para penerbang tempur pada saat mereka keluar dari pesawat saat pesawat mengalami masalah. Tentunya kata dia, dengan latihan ini, mereka diharapkan memiliki pengalaman untuk bisa menyelamatkan diri dengan lepas dari parasut, dan bisa mendarat dengan selamat baik di air maupun di darat. “Latihan ini rutin digelar setiap tahun, sehingga penerang baru, bisa mendapatkan pengalaman. Dengan demikian, dalam melaksanakan dinas, mereka akan lebih percaya diri,” kata Marsma Eduard.
Untuk latihan ini, diikuti oleh penerbang tempur, dari skadron 11 Makassar, Skadron 3 Madiun, Skadron 15, dan 14, serta dari Skadron 21. Mereka tentunya dari skadron yang merupakan penerbang tempur yang memiliki fasilitas ejection seat. Adapun jumlah peserta yang mengikuti latihan ini yakni sebanyak 38 penerbang dan pendukung lainnya total 60 orang.
Dipilihnya Bali sebagai lokasi latihan kata dia, karen sarana dan prasarana sanga lengkap. Kemudian, jaraknya juga dekat dari Malang, Madiun, Ujung Pandang. “Kita sebenarnya berharap di daerah lain juga ingin sebagai lokasi latihan, namun fasilitas di lokasi lain tidak lengkap. Bali ini fasilitasnya lengkap,” tambahnya.
Dijelaskannya, skenario latihan, dibuat seolah-olah pesawat yang ditumpanginya seorang penerbang, mengalami trouble. Dalam kondisi tersebut, mereka kemudian menggunakan ejection seat untuk keluar melontar dari pesawat. Setelah keluar dari pesawat, permasalahan belum selesai. Mereka harus melayang dan mendarat dengan selamat baik didarat maupun di air.
Untuk simulasi pendaratan di atas air, dilatih untuk ketinggian tertentu. Yang mana mereka harus lepas dari harness atau tali pengaman, sehingga bisa mendarat selamat di air. “Dari simulasi yang dilakukan, nanti akan dilihat evaluasinya, seperti apa kesulitan yang dihadapi saat latihan, sehingga untuk latihan berikutnya bisa diperbaiki.
Dijelaskan, pada saat eject, posisi penerbang, tidak tahu apakah di atas daratan atau di atas laut. Pengalaman yang di darat kata dia, tentu sudah tidak ada masalah. Namun kalau di laut, ada proses namanya melepas harness pada ketinggian tertentu, sehingga aman jatuh di air. Bila terlalu rendah, daan tertutup parasut, tentu akan kesulitan dan tidak akan selamat. “Bagaimana Untuk menghindari itu, di ketinggian tertentu, jatuh, dan harus berenang menghindari parasut. Kalau ditutup, dia akan terlilit dan tidak akan bisa selamat. Makanya pengalaman ini yang kita berikan,” pungaksnya.
Sementara itu, salah seorang peserta latihan, Mayor Penerbang Satria dari Lanud Makassar, mengatakan, pada simulasi ini, pihaknya dilatih cara landing di darat dan landing di perairan. Dengan latihan ini, pihaknya bisa tahu seperti apa saat landing di darat dan di perairan. “Sehingga kita tahu, kapan kita harus melepas harness. Pelatihan seperti ini sudah rutin dilakukan,” ujarnya. (MBP1)