Metamorphosis Cara Mengajar, Mendidik, dan Melatih Pebelajar

 Metamorphosis Cara Mengajar, Mendidik, dan Melatih Pebelajar

Oleh : I Nengah Suwama, Mahasiswa Pascasarjana S2 Ilmu Manajemen Undiksha Singaraja

 

SINGARAJA – baliprawara.com

Covid-19 sebagai pandemi, tidak hanya dinyatakan sebagai krisis kesehatan masyarakat tetapi juga krisis yang akan menyentuh setiap sektor di banyak negara terdampak. Tak terkecuali di Indonesia, dampak pandemi ini memaksa dilakukannya adaptasi, evolusi, bahkan revolusi pada beberapa sektor kehidupan, di antaranya sektor politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek lainnya.

Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia, mengalami dampak langsung yang signifikan dalam bidang ekonomi dan menimbulkan dampak tidak langsung pula terhadap aktivitas sosial budaya dan aktivitas pendidikan baik formal, informal, dan nonformal. Salah satu aktivitas pendidikan yang terdampak adalah dalam hal adaptasi terhadap konteks dan konten kurikulum, baik pada pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Salah satu komponen kurikulum yang mengalami adaptasi, evolusi, bahkan revolusi selama masa pandemi yakni pemilihan strategi pembelajaran yang di dalamnya menyangkut pemilihan metode PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau distance learning baik daring (dalam jaringan) atau online, maupun luring (luar jaringan) atau offline. Konsep penerapan PJJ ini beradaptasi pula dengan perkembangan ketersediaan berbagai software (aplikasi) dan hardware (gadget/gawai/piranti elektronik lainnya) yang telah dikuasai penggunaanya oleh sebagian besar lapisan masyarakat.

Penerapan PJJ yang didukung dengan tersedianya piranti teknologi informasi dan komunikasi ini ibarat gayung bersambut dalam mengatasi permasalahan strategi pembelajaran selama pandemi Covid-19. Namun ada fenomena lain yang muncul atas penerapan PJJ dalam semua jenis dan jenjang pendidikan adalah ketidaksiapan siswa/mahasiswa dan pendidik (guru/dosen/instruktur) dalam menghadapi perubahan yang bersifat memaksa ini.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain heterogenitas latar belakang sosial ekonomi masyarakat, terbatasnya akses teknologi informasi dan komunikasi di beberapa wilayah, dan literasi media digital yang masih rendah. Fenomena ini terjadi pada pendidik maupun pebelajar, sehingga ketercapaian PJJ tidak berjalan optimal.

Contoh permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat saat ini antara lain, ketidaknyamanan masyarakat (pendidik dan pebelajar) dalam menghadapi PJJ online karena membutuhkan biaya tinggi yang tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik. Terhambatnya pelaksanaan PJJ online karena akses teknologi informasi dan komunikasi yang tidak merata di beberapa daerah akibat perbedaan karakteristik wilayah. Seperti topografi dan cuaca, penguasaan piranti elektronik media ICT (soft ware dan hard ware) yang tidak dibarengi dengan literasi media digital yang memadai.

See also  1st ICOSPI Join Summit with BATIK 3, Dukung Pemulihan Kesehatan Mental Pasca Pandemi Covid-19

Beberapa contoh dan fenomena tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian kurikulum dalam sistem pendidikan nasional. Kurikulum berbasis kompetensi dalam sistem pendidikan nasional pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menekankan pada instructional effect dan nurturant effect dari pengalaman belajar yang diberikan. Pengalaman belajar yang diberikan pada kurikulum berbasis kompetensi mengacu pada ranah pengetahuan, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual.

Dalam adaptasi kebiasaan baru, selama pandemi Covid-19, terjadi sebuah perubahan bentuk media pembelajaran dalam tiga dimensi waktu. Yakni, pembelajaran sebelum pandemi, pembelajaran selama pandemi, dan pembelajaran selama recovery setelah pandemi. Perubahan pemilihan media pembelajaran dalam konteks pandemi tersebut, dapat kita analogikan dengan metamorphosis pada serangga, yang sama-sama menuju satu tujuan yakni tercapainya tujuan akhir sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Pada pembelajaran konvensional (sebelum pandemi), PJJ (baik online maupun offline) mendapat proporsi yang lebih sedikit dari pada pembelajaran tatap muka. Dengan pembelajaran tatap muka ini, proses dan hasil belajar dapat dikontrol dengan asesmen yang otentik. Pemberian pengalaman belajar pada ranah pengetahuan berjalan dengan konteks dan konten sesuai dengan muatan kurikulum.

Ketika masuk dalam situasi pandemi, semua konteks dan konten pembelajaran mengalami adaptasi, bahkan dituangkan dalam kebijakan pemerintah dalam bentuk kurikulum kondisi khusus. Konten pembelajaran juga menuntut inovasi pendidik untuk mengemasnya sesuai dengan konteks yang ada, seperti dalam bentuk video tutorial, kanal youtube, google drive, e-modul, media sosial, aplikasi online meeting, dan aplikasi lainnya.

Pemilihan berbagai aplikasi ini menuntut pendidik dan pebelajar memiliki literasi media digital yang memadai. Literasi media digital yang dimaksud adalah keahlian atau kemampuan seseorang memanfaatkan komputer, internet, telephone, dan peralatan digital lainnya sebagai alat penunjang komunikasi secara benar dan optimal. Bila PJJ online tidak diikuti literasi yang memadai maka akan terjadi bias penggunaan media, dan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

See also  Buat Onar di Bandara Karena Tak Mau Bayar Denda Overstay, Pria Prancis Akhirnya Dideportasi

Fenomena lain yang sering terjadi dalam PJJ adalah terjadi pada pebelajar jenjang prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dalam hal pendampingan belajar. Saat belajar di sekolah, terjadi interaksi langsung multiarah antara pendidik (yang menguasai materi pembelajaran) dengan pebelajar, tetapi ketika bergeser ke PJJ hanya terjadi interaksi antara pebelajar dengan orang tua/wali dan media yang tersedia. Hal ini berpeluang menimbulkan distorsi informasi dan bias transfer ilmu pengetahuan.

Pernyataan menarik yang dapat diungkap di sini adalah “peran dosen/guru/instruktur sebagai profesi pengajar, pendidik, dan pelatih tidak tergantikan oleh personal lainnya”, selain itu tidak semua orang tua/wali/lingkungan memberikan dukungan konten/konteks materi pembelajaran dalam proses kognitif yang terjadi. Oleh sebab itu ada orang tua/wali pebelajar yang mengatakan bahwa : “susah mendampingi anak sendiri belajar di rumah karena tidak menguasai semua materi pelajaran”.

Saat pandemi, telah terjadi metamorphosis cara mengajar, mendidik, dan melatih pebelajar dengan menggeser PJJ dengan proporsi yang lebih besar. Perubahan berikutnya adalah dalam adaptasi kebiasaan baru saat recovery pandemi dan pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan. Bentuk adaptasi yang terjadi antara lain, jumlah pebelajar dalam satu kelas dibatasi, menggunakan sistem shift, menerapkan protokol kesehatan ketat, dan tentu kolaborasi pembelajaran tatap muka dan PJJ. Ketika adaptasi kebiasaan baru ini diberlakukan, dengan pengalaman pelaksanaan PJJ selama 9 bulan ke belakang, maka pendidik dan pebelajar telah memiliki kebiasaan baru yang terlatih dalam hal PJJ yakni meningkatnya literasi media digital yang dimiliki.

Pendidik terbiasa sebagai content creator video pembelajaran/video tutorial, fasih menggunakan berbagai aplikasi online meeting, kompeten menggunakan aplikasi e-learning, terbiasa melakukan asesmen proses dan hasil belajar dengan aplikasi yang tersedia, dan kemahiran lainnya. Pebelajar terbiasa belajar mandiri dengan media yang tersedia pada pranti elektronik yang dimiliki, fasih menggunakan media virtual dalam komunikasi belajar multiarah dengan sesama pebelajar dan dengan pendidik, pandai mengatur waktu belajar sesuai kaidah yang ditentukan.

See also  Garuda dan Citilink Tambah Frekuensi Layanan Penerbangan Dari dan Menuju Papua, Dukung PON XX

Momentum pandemi covid-19 ternyata secara simultan mengubah kebiasaan pendidik dan pebelajar, dari model pembelajaran konvensional (yang memberikan proporsi tatap muka lebih banyak) menuju ke kolaborasi media pembelajaran yang berbasis ICT. Kolaborasi tersebut akan memberikan pengalaman belajar, instructional effect, dan nurturant effet bagi pendidik dan pebelajar; diantaranya meningkatnya literasi media digital yang dimiliki seiring perkembangan IPTEK yang akan terus berkembang, memberikan penekanan pada aspek CHSE (Cleanlines, Healthy, Safety, and Environment) yang sangat berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat, digitalisasi aspek-aspek pada tataran dunia pendidikan, serta dampak lainnya.

Dinamika dunia pendidikan ke depan, dengan momentum pandemi ini juga merupakan sebuah upaya preventif dan promotif terhadap kondisi darurat/emergency yang mungkin terjadi ke depan. Kondisi pandemi mungkin akan terjadi lagi, karena perkembangan IPTEK bidang medis yang berdampak negatif pada timbulnya mutasi penyakit atau vektor penyakit yang mengancam kehidupan manusia. Wabah penyakit menular bisa saja terjadi, karena perubahan iklim dunia dan kebiasaan hidup manusia yang cenderung merusak lingkungan. Bencana alam gempa bumi dan gunung meletus mungkin saja terjadi, karena Indonesia berada pada ring of fire.

Bencana alam lain mungkin saja akan timbul karena perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu walaupun kita berada di daerah tropis. Saat kondisi dunia pendidikan yang tidak normal terjadi lagi di masa depan, seperti masa pandemi ini, maka setidaknya kita telah memiliki pengalaman menjalankan kurikulum kondisi khusus, dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional dan tidak merampas hak-hak belajar siswa mahasiswa dalam dimensi ruang dan waktu. Hal ini sesuai pula dengan pernyataan bahwa belajar dapat dilakukan sepanjang hayat, karena semua tempat adalah ruang kelas, dan semua orang adalah guru; walaupun dalam kondisi pandemi.

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *