Peran IPK dan Soft Skill dalam Proses Rekrutmen dan Seleksi

 Peran IPK dan Soft Skill dalam Proses Rekrutmen dan Seleksi
Penulis: Made Gunawan, Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Manajemen Undiksha

DENPASAR – baliprawara.com

Karyawan merupakan sumber daya manusia yang sangat mempengaruhi upaya organisasi dalam melakukan proses produksi dalam suatu perusahaan. Proses rekrutmen dan seleksi karyawan adalah proses paling pertama bagi perusahaan untuk mendapatkan karyawan berkualitas yang dibutuhkan perusahaan. 

Kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kebutuhan mutlak bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan maju di masa depan. Proses rekrutmen dan seleksi menghubungkan kebutuhan perusahaan dengan pasar tenaga kerja yang ada dan peningkatan persaingan akan terus terjadi kedepannya. 

Perusahaan harus memastikan terlebih dahulu kriteria karyawan yang diinginkan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam melakukan rekrutmen dan seleksi karyawan. Kegiatan seleksi dan rekrutmen merupakan kelanjutan dari apa yang telah direncanakan dalam sebuah perencanaan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja yang sudah direncanakan, baik dari segi jumlah maupun kualifikasi yang diinginkan harus segera direalisasikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas dan berkompeten harus diperoleh dengan proses seleksi dan rekrutmen yang berkualitas pula. 

Dalam proses rekrutmen dan seleksi secara umum salah satu indikator yang sering digunakan untuk calon karyawan yang berasal dari lulusan perguruan tinggi adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK dijelaskan menunjukan kinerja lulusan, atau performance mahasiswa selama dibangku kuliah serta mencerminkan perwakilan dari Intelligence Quotient atau IQ dari mahasiswa tersebut. Sehingga dapat dikatakan dengan IPK yang tinggi mencerminkan kinerja yang baik. 

Begitu juga dalam kenyataannya saat ini banyak perusahaan yang mengiklankan rekrutmen karyawan dengan menstandarkan IPK minimal 3,00. Pada umumnya, IPK dipergunakan sebagai salah satu persyaratan, karena perusahaan membutuhkan satuan standar atau patokan untuk menyaring pelamar atau calon karyawan tersebut. Dimana belakangan ini dasar pemikirannya adalah kalau mempunyai IPK yang cukup tinggi, berarti pelamar tersebut mengerti dan menguasai bidang pendidikan yang telah dipilihnya dan juga mempunyai logika yang lebih baik untuk menganalisis setiap permasalahan atau memecahkan suatu permasalahan nanti dalam pekerjaan yang akan dilakukan. 

Akan tetapi disisi lain dan kenyataan yang ada dilapangan saat ini bahwa IPK tinggi tidak menjamin calon pekerja dapat bekerja dengan baik pada perusahaan jika tidak didukung dengan kemampuan soft skill yang baik dan benar. Oleh sebab itu, arti nya dalam hal ini dan keadaan saat ini adalah dengan IPK yang rendah tidak akan mengandaskan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang layak, jika calon pelamar kerja tersebut memiliki kemampuan soft skill yang baik maka mereka layak untuk mendapatkan kesempatan pekerjaan yang mereka inginkan berdasarkan sesuai dengan keahliannya dan kompetensi diri yang dimiliki.

Menghadapi era persaingan yang ketat dalam dunia kerja saat ini, memperluas jaringan atau networking nyatanya tak kalah penting dari menggapai IPK tinggi. Bukan berarti nepotisme, dimana luasnya jaringan akan meningkatkan kemungkinan seseorang diterima di suatu perusahaan karena adanya rekomendasi dari network yang mereka miliki di perusahaan tersebut. Pastinya, hal ini juga harus didukung dengan bukti kinerja saat melaksanakan pekerjaan yang diamanatkan karena akan berpengaruh terhadap pandangan atasan maupun pihak manajemen untuk meningkatkan karier dan posisi dalam pekerjaan kita. 

Saat ini juga sering kita temui seseorang yang bekerja di bidang yang tak selaras dengan jurusan kuliahnya, bahkan justru bisa meraih kesuksesan meskipun bidang keilmuannya tidak selaras dengan apa yang telah didapatkan pada saat dibangku kuliah. Karena tidak jarang, pekerjaan itu justru lebih cocok baginya karena lebih sesuai dengan passion yang ada pada dirinya. Jika sudah seperti ini, nilai IPK menjadi tidak begitu penting, selama ketekunan dalam mempelajari ruang lingkup pekerjaan dan kesungguhan dalam bekerja bisa diutamakan dan selalu ditingkatkan. Begitu pula kita harus selalu peka akan perubahan yang terjadi disekitar kita dan hal yang lebih penting adalah harus bisa mengasah talenta yang kita miliki untuk dapat selalu meningkatkan kualitas diri yang ada pada diri kita.

Saat ini banyak perguruan tinggi juga sudah mulai sadar dalam kebutuhan soft skill maka perguruan tinggi mulai membekali soft skill kepada para mahasiswa khususnya yang akan dilepas untuk menghadapi kerasnya persaingan dunia kerja. Soft skill sering juga disebut keterampilan lunak, dimana keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Soft skill dapat dievaluasi berdasarkan psikotes dan wawancara mendalam. Hasil dari psikotes tersebut akan digunakan perusahaan untuk menempatkan karyawan di posisi yang tepat berdasarkan sesuai dengan karakteristik karyawan tersebut. 

Jika seseorang memiliki soft skill yang baik maka, seseorang tersebut akan memiliki kemampuan berkomunikasi dan bertindak dengan baik, kejujuran, ulet dan gigih dalam bekerja, memiliki rasa tanggung jawab dalam bekerja, serta mampu bekerja sama dalam tim. Begitu pula saat ini juga telah banyak perusahaan memilih calon karyawan yang memiliki kepribadian dan karakter lebih baik ketimbang IPK, adapun alasannya adalah karena melatih keterampilan teknis jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter seseorang, dimana karakter setiap orang sangat begitu susah untuk diubah dan diperbaiki terkecuali ada kemauan dari pribadi orang tersebut. 

Keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skill yang lebih baik. Soft skill dapat diasah dan ditingkatkan seiring dengan bertambahnya pengalaman seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada di lingkungan pekerjaannya.

Mari kita bersama bisa mengambil contoh dari beberapa tokoh terkenal seperti Mark Zuckerberg, Steve Jobs, hingga Bill Gates yang bisa dibilang sukses besar meski tak pernah lulus dari bangku kuliah. Itu semua terjadi karena mereka tahu apa yang mereka ingin lakukan sehingga mereka tak perlu nilai di atas kertas untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Mereka mampu memaksimalkan ide dan pemikiran yang mereka yakini bisa mengubah dunia, lalu mereka wujudkan ide tersebut dengan bekerja keras. Oleh sebab itu, pada akhirnya pro dan kontra mengenai pentingnya nilai IPK memang akan terus ada, akan tetapi tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kemampuan akademis maupun non akademis jadi dua faktor yang sama pentingnya dalam menunjang kesuksesan dalam dunia kerja. Attitude, kerja keras, serta networking, juga jadi hal yang tak bisa disepelekan perannya dalam kaitan dengan kepribadian seseorang. Oleh sebab itu yang terpenting adalah kenali diri kita, pahami kemampuan kita, serta pertimbangkan dengan matang langkah apa yang paling sesuai yang harus kita ambil demi memaksimalkan potensi yang kita miliki. Dimana hal ini bertujuan selain mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus (jabatan tinggi) juga akan bisa meningkatkan kualitas yang ada pada diri kita. Mari kita bersama-sama dalam hal ini mulai mengasah talenta yang ada pada diri kita dan mulai membuka pikiran seluas mungkin untuk lebih cepat mengetahui atau lebih peka terhadap perkembangan perubahan yang ada disekitar kita.  (MBP)

See also  Jajaran Pimpinan Universitas Udayana Hadiri Temu Rektor 2022

prawarautama

Related post