Nyang-nyang Airplane, Ikon Wisata Baru di Badung

MANGUPURA – baliprawara.com

Nyang-Nyang Airplane atau Pesawat Nyang-Nyang yang berlokasi di kawasan perbukitan kapur di atas pantai Nyang-nyang, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, diinisiasi oleh Felix Demin seorang pengusaha asal Rusia yang sebelumnya telah mengembangkan berbagai property di Bali. 

Ide penempatan pesawat di atas tebing pantai Nyang-Nyang, berangkat dari keprihatinan Felix Demin atas kondisi masyarakat di sekitar wilayah pantai Nyang-Nyang yang sebagian besar menggantungkan pendapatannya dari sektor pariwisata. 

 

Meskipun kawasan pantai Nyang-Nyang terkenal dengan keindahan dan pantainya yang alami, kurangnya perhatian dunia usaha untuk mengembangkan kawasan ini menyebabkan nilai tambah yang dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai Nyang-Nyang sangat terbatas. 

Kondisi ini diperburuk dengan tata-guna lahan yang menempatkan kawasan ini dalam aglomerasi kawasan agronomi sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan pengembangan kawasan permanen tanpa melanggar aturan pemerintah, padahal lahan di kawasan ini tergolong berkapur dan kering.

Berangkat dari pengalaman Felix Demin membangun dan mengembangkan Bubble Hotel Bali yang unik, timbul ide gagasan untuk mengembangkan sebuah konsep akomodasi hyper-luxury dengan memanfaatkan badan pesawat terbang yang hampir saja dikirim ke cina sebagai besi bekas. “Kami ingin memberikan ikon wisata baru bagi kabupaten Badung yang sudah terkenal dengan destinasi uniknya serta memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Pecatu Kabupaten Badung melalui kehadiran ikon tersebut,” kata Felix, Selasa 14 September 2021. 

See also  Tak Perlu Panic Buying, Ketersediaan Beras dan Minyak di Badung Cukup untuk 6 Bulan Kedepan

 

Bekerjasama dengan Made Kur sebagai perwakilan pemilik lahan di sekitar pantai Nyang-Nyang, Felix Demin mengembangkan wisata fotografi dan hyper-luxury akomodasi di wilayah Pantai Nyang-Nyang. Selain memanfaatkan body pesawat Boeing 737-200 dengan kode penerbangan PK-RII yang dahulu dioperasikan oleh Mandala, kelompok ini juga mengembangkan Sacredatos Bali, sebuah restoran tanpa harga atau yang disebut sebagai Contribution Based Restaurant guna menarik minat wisatawan berkunjungan ke pantai Nyang-Nyang. 

“Restoran dengan konsep kontribusi dimana setiap orang dapat makan apa saja dan bayar sesukanya merupakan sebuah konsep baru yang lebih bertujuan kepada membuktikan bahwa Pantai Nyang-Nyang layak dijadikan sebagai sebuah destinasi wisata,” ucapnya.

Social Experiment project yang dilaksanakan oleh Felix Demin, Made Kur, dan kelompoknya menjadi sebuah oase ditengah kesulitan pertumbuhan pariwisata di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya selama pandemi Covid-19 ini berlangsung. “Diharapkan pada saatnya, social experiment melalui pesawat Nyang-Nyang dan Sacredatos Bali dapat menjadi contoh sebuah upaya membangkitkan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat,” harapnya. (MBP)

 

redaksi

Related post