Bali Harus Berbenah dan Kembali pada Kepariwisataan yang Berlandaskan Budaya dan Tri Hita Karana

 Bali Harus Berbenah dan Kembali pada Kepariwisataan yang Berlandaskan Budaya dan Tri Hita Karana

Akademisi Fakultas Ekonomi (FE) Undiksha Singaraja I Putu Gede Parma, S.St. Par., M.Par.

DENPASAR – baliprawara.com

Industri pariwisata dalam dua tahun terakhir masa pandemi mengalami mati suri. Pariwisata meredup dan lesu karena tidak adanya kunjungan tamu mancanegara. Situasi ini, disikapi pemerintah dengan memberdayakan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), ada pula rencana jangka panjang pemerintah lewat pembangunan Sirkuit Mandalika, Lombok, yang diharapkan memacu kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara di Tahun 2022.

Menurut pariwisata sekaligus Akademisi Fakultas Ekonomi (FE) Undiksha Singaraja I Putu Gede Parma, S.St. Par., M.Par., wilayah Bali dan Lombok sangat berdekatan dengan memiliki potensi pariwisata yang sama-sama ramai dikunjungi wisatawan. Namun, kini Lombok makin berbenah lewat bantuan pusat, dibangun Sirkuit Mandalika yang menjadi daya tarik di masa depan.

“Saya melihatnya ini sebagai blessing in disguise, yaitu ini momentum untuk Bali berbenah untuk kembali kepada jati diri pengembangan kepariwisataan yang berlandaskan budaya dan berfilosofi Tri Hita Karana, yang mana harapan kita adalah pariwisata yang berkualitas, yang didasarkan pada: length of stay atau lama tinggal wisatawan, expenditure atau pengeluaran, dan repeatable guest atau tamu yang datang berulang. Jadi tidak hanya pada kuantitas kunjungan. Hal ini terkait daya tampung lingkungan hidup Bali yang terbatas dalam pengembangan kepariwisataan,” kata Parma, Kamis (18/11).

 

Munculnya destinasi baru di Lombok di tengah pandemi mampu menarik mata dunia, lewat Sirkuit Mandalika sekaligus mampu mempromosikan objek-objek wisata lain yang ada di Indonesia. Sebab, Sirkuit Mandalika akan banyak menghadirkan pengendara motor GP atau Superbike berkelas dunia. “Jadi menurut saya pengembangan Lombok ini kita jadikan momentum untuk memperbaiki visi pembangunan pariwisata Bali yang lebih ramah alam lingkungan dan ramah budaya. Selanjutnya, kita bisa melihat ini sebagai peluang bukan hanya tantangan, karena juga untuk kerja sama yang saling menguntungkan dengan Lombok terkait pembagian kue pariwisata, pembagian segmen wisatawan, pembagian segmen daya jual atraksi dan pembagian pembukaan lapangan kerja. Hal ini karena Bali juga sudah sangat jenuh atau padat dengan kedatangan pekerja-pekerja dari warga luar Bali,” tegasnya.

See also  Terkait Calon Penerima Dana Hibah Pariwisata, 671 Hotel dan 200 Restoran di Badung Siap Diajukan ke Pusat 

Selanjutnya, tambah Parma, bisa juga dilakukan kerjasama-kerjasama program, sharing kemampuan Sumber Daya Alam (SDM), serta sharing pengembangan ekonomi kreatif sebagai bagian penting dari kepariwisataan. “Terakhir pembangunan kepariwisataan Indonesia memang sudah semestinya holistik, antar daerah antar destinasi harus bisa saling berkolaborasi, saling mengisi, saling melengkapi, demi pemerataan ekonomi yang berkeadilan,” pungkas Parman Kandidat Doktor S3 Ilmu Pendidikan Undiksha ini. (MBP)

 

redaksi

Related post