WBA Electric Utilities Benchmark 2021, PLN Teratas di Asia Tenggara dan Asia Selatan
JAKARTA – baliprawara.com
PT PLN (Persero) menempati peringkat teratas di Asia Tenggara dan Selatan sebagai perusahaan yang melakukan transisi rendah karbon. Hasil tersebut disampaikan pada acara launching the Electric Utilities Benchmark yang dilaksanakan secara daring, Rabu (1/12). The WBA Electric Utilities Benchmark 2021 menyajikan peringkat 50 perusahaan listrik dunia berdasarkan penilaian terhadap komitmen menekan emisi karbon.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Agung Murdifi mengatakan pemeringkatan ini memberikan semangat tambahan untuk PLN dalam melakukan transformasi dan mengejar target Carbon Neutral 2060.”Dalam jangka pendek, kita bisa melihat RUPTL 2021 – 2030. Hal ini menjadi komitmen kami mendorong pengembangan energi baru terbarukan,” ujarnya.
Ajang WBA Electric Utilities Benchmark 2021, PLN menempati peringkat ke-30, di atas perusahaan-perusahaan listrik di Asia Tenggara. WBA Electric Utilities Benchmark 2021 menggunakan metodologi pendekatan Transisi Rendah Karbon (ACT) seperti TNB (Malaysia) dan EGAT (Thailand).
ACT menilai kesiapan perusahaan dalam bertransisi ke ekonomi rendah karbon. Tujuannya, untuk mendorong perusahaan menjaga perubahan suhu sebesar 1,5 °C, yang dilihat dari model bisnis, investasi, operasi, dan manajemen emisi gas rumah kaca.
ACT dibangun di atas Pendekatan Dekarbonisasi Sektoral (SDA), yang dikembangkan oleh Science-Based Targets Initiative (SBTi), untuk membandingkan keselarasan perusahaan dengan jalur rendah karbon. WBA Electric Utilities Benchmark 2021, mengapresiasi target net zero emission PLN yang dianggap merupakan peningkatan positif bagi pencapaian tujuan Perjanjian Paris.
Agung mengatakan PLN mendukung penuh program dekarbonisasi yang diusung pemerintah guna menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan menggunakan skenario business as usual (BAU), Indonesia diperkirakan memberikan kontribusi 4 miliar ton CO2 per tahun pada 2060 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. “PLN memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan energi hijau di Indonesia. Kami berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi,” ujar Agung.
Jika dalam skenario BAU, emisi sektor listrik mencapai 0,92 miliar ton CO2 pada 2060 dan sektor transportasi 0.82 miliar ton CO2. PLN meluncurkan strategi demi menjadi perusahaan listrik yang bersih dan hijau dan berkontribusi terhadap target carbon netral Indonesia tahun 2060.
Salah satunya dengan menghentikan pembangunan serta mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting secara bertahap. Berdasarkan peta jalan, PLN akan mempensiunkan PLTU subcritical sebesar 10 gigawatt (GW) pada 2035. Kemudian PLTU supercritical sebesar 10 GW juga akan dipensiunkan pada tahun 2045. Tahap terakhir pada tahun 2055, PLTU ultra super critical 55 GW dipensiunkan.
Pada saat bersamaan, PLN akan berinvestasi besar-besaran untuk mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 20,9 GW, serta pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, program co-firing, Konversi PLTD ke EBT, hingga peningkatan efisiensi energi dan pengurangan susut jaringan.
Di sisi lain, upaya dekarbonisasi juga memerlukan partisipasi publik. Masyarakat, perlu mendukung penanganan perubahan iklim, setidaknya dalam perspektif konsumen. Sejumlah program transisi energi yang sekarang gencar dijalankan, seperti penggunaan kendaraan listrik, kompor induksi, dan lainnya bisa jadi pilihan masyarakat. “Penggunaan kendaraan listrik dapat dilakukan untuk menjawab tantangan dekarbonisasi sektor transportasi,” tambah Agung. (MBP)