Yoga Segara Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Bidang Antropologi Budaya

 Yoga Segara Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Bidang Antropologi Budaya

I Nyoman Yoga Segara dikukuhkan menjadi guru besar bidang antropologi budaya Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa, Selasa (7/12) di Kampus Pusat UHN IGB Sugriwa. (istimewa)

DENPASAR – baliprawara.com

I Nyoman Yoga Segara dikukuhkan menjadi guru besar bidang antropologi budaya Universitas Hindu Negeri IGB Sugriwa, Selasa (7/12) di Kampus Pusat UHN IGB Sugriwa. Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Menata Ulang Residu Kebijakan Negara terhadap Agama Lokal di Indonesia”, Yoga menarasikan soal agama lokal, Hindu Alukta.

Mengawali orasi ilmiahnya, Yoga Segara memberi pengantar bahwa ia akan menjadikan Hindu Alukta di Tana Toraja sebagai pintu masuk untuk membuka dialektika tentang bagaimana peran negara dan strategi bertahan penganut agama lokal, diskursus yang sampai saat ini masih hangat menjadi perbincangan publik.

 

Laporan penelitian dari Pusat Kehidupan Keagamaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama menyatakan bahwa jumlah penganut agama lokal dan sering pula disebut kepercayaan lokal cukup besar dan tersebar di seluruh Indonesia. Yang menarik, salah satu kesimpulan penelitian tersebut adalah mereka tidak mendapatkan pembinaan dan pelayanan yang maksimal dari negara, terutama pelayanan di bidang pencatatan sipil dan administrasi kependudukan seperti akta kelahiran, perkawinan dan kematian serta terutama belum mendapatkan rekognisi atar kepercayaan yang mereka anut. Intinya, mereka menginginkan kesetaraan dengan agama resmi. 

Berdasarkan fakta itu, beberapa penganut kepercayaan lokal mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi RI. Melalui kajian yang komprehensif, akhirnya MK mengeluarkan keputusan penting dengan Nomor 97/PUU – XIV/2016 yang salah satunya memasukkan mereka sebagai “Penghayat Kepercayaan”. Dengan rekognisi ini, para penganut kepercayaan lokal secara sah diakui keberadaannya di Indonesia dan mendapatkan pelayanan yang sama dengan agama resmi lainnya, termasuk menuliskan nama kepercayaannya pada kolom Kartu Tanda Penduduk.

See also  Guru Besar FK Unud Raih Penghargaan Dunia Kedokteran di Indonesia

Rektor UHN IGB Sugriwa Prof. Dr.Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., mengatakan, dengan dikukuhnya Dr. I Nyoman Yoga Segara menjadi Prof. Dr. I Nyoman Yoga Segara, S.Ag., M.Hum, maka total guru besar yang ada di UHN IGB Sugriwa sebanyak 13. Ia berharap setiap tahun ada satu guru besar yang dikukuhkan sehingga UHN IGB Sugriwa memiliki 19 guru besar untuk menjadi universitas yang ideal.

“Prof. Yoga Segara merupakan satu – satunya profesor dari Serangan, Denpasar, anak laut yang menjadi guru besar. Tapi kebanggaan ini tidak cukup meliputi Serangan tapi juga meliputi seluruh Indonesia, karena guru besar yang dicapai bukan hanya untuk UHN tapi untuk nusadan bangsa dan juga bagi SDM Hindu,” ujarnya. 

 

Kata Sudiana, guru besar merupakan kehormatan tinggi yang diberikan negara pada dosen dan gelar guru besar hanya dikeluarkan oleh perguruan tinggi. Pada hari itu diharapkan menjadi momentum penguatan yang bisa memicu kemajuan civitas akademik. “Dengan bertambahnya profesor yang ketiga belas diharapkan menjadi motivasi untuk lahirnya guru besar yang baru ke depannya, yang ekspert dalam bidangnya,” ujarnya.

Dirjen Bimas Hindu Tri Handoko yang menyampaikan sambutannya secara virtual mengatakan, bidang antropologi budaya yang merupakan gelar guru besar Yoga Segara diharapkan memberi kontribusi bagi pengembangan agama di seluruh nusantara ini. Menurutnya nusantara yang kaya akan budaya dan Hindu sangat lekat dengan budaya, maka dalam rangka membangun Hindu nusantara, bidang antropologi budaya menjadi sangat penting.

See also  Prof. Suka Arjawa Menjadi Guru Besar Pertama Fisip Unud

Ke depan, ia berharap perguruan tinggi khususnya semakin fokus pada upaya – upaya untuk mendokumentasikan melalui cara – cara menggali, melakukan penelitian kemudian mempublikasikan dalam jurnal berkelas internasional agar seluruh data informasi tentang budaya Hindu nusantara menjadi pemahaman informasi yang ilmiah. “Hal ini penting bagi kita untuk mengkampanyekan kekuatan Hindu Nusantara melalui forum ilmiah, buku – buku, bahan ajar yang perlu diajarkan pada seluruh anak didik. Ini diharapkan menjadi fokus arah riset perguruan tinggi ke depan,” ujarnya. (MBP)

 

redaksi

Related post