Denphex Bukti Kalau Keberadaan Perangko Masih Bertahan di Era Digital
DENPASAR – baliprawara.com
Keberadaan perangko,ternyata masih bertahan meski saat ini telah memasuki era digital. Namun demikian, masyarakat masih banyak yang belum menyadari, bahwa perangko, bukan hanya berperan sebagai pelengkap dalam pengiriman surat menyurat. Lebih dari itu, prangko juga dapat merepresentasikan kekayaan suatu bangsa. Baik itu kekayaan alamnya, seni budaya, maupun sejarah yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
Sehingga selain dapat menjadi benda koleksi bernilai tinggi, prangko juga bisa dijadikan sarana eksibisi persahabatan filatelis antar daerah, bahkan antar negara. Karena dibalik keindahan serta nilai intrinsik yang dimiliki oleh sebuah prangko, dapat mencerminkan jati diri suatu bangsa. “Hal ini tentunya sejalan dengan salah satu misi yang dimiliki Kota Denpasar, yakni penguatan jati diri dan pemberdayaan masyarakat berlandaskan kebudayaan Bali,” kata Wali Kota Denpasar, IGN. Jaya Negara saat membuka Pameran Denpasar Philately Exhibition (Denphex) tahun 2022, yang digelar 29 Maret hingga 2 April 2022, di Gedung Dharmanegara Alaya Kota Denpasar, Bali.
Keberadaan Perangko menurutnya, masih Bertahan di Era Digital ini. Hal itu terlihat dari puluhan ribu Filateli atau Prangko dipamerkan di Denpasar. Dari ribuan koleksi yang dipamerkan terdapat prangko yang tertua yakni Tahun 1864.
Melalui pameran ini, selain sebagai peringatan hari filateli nasional, pada hari ini pula perkumpulan filatelis Indonesia (PFI) genap berumur 1 abad. 100 tahun, jelas merupakan perjalanan yang sangat panjang, dan tentunya tidaklah mudah. Karena harus dilalui di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang ada pada saat ini. “Pada kesempatan berbahagia ini, saya mewakili pemerintah Kota Denpasar memberikan apresiasi kepada perkumpulan filatelis Indonesia, khususnya pengurus daerah Provinsi Bali atas terselenggaranya Denpasar Philately Exhibition yang ke-6 tahun 2022 ini,” kata Jaya Negara.
Sementara Ketua Perkumpulan Filateli Bali Gede Ngurah Surya Hadinata mengatakan, meskipun sudah masuk era digital, namun filateli masih tetap eksis. Bahkan selalu ada keluaran baru setiap tahunnya.
Ia mengatakan pameran ini diikuti oleh 40 orang kolektor. “Untuk koleksi yang dipamerkan paling tua tahun 1864 sampai tahun 2022,” katanya.
Dikatakan, ada banyak tema yang dipamerkan. Mulai dari tema Mahabharata, Ramayana, surat-surat Hindia Belanda, Bali tempo dulu, hingga filateli bertema politik. “Sudah ada perangko yang memecahkan rekor untuk satu kepingnya bernilai sampai miliaran rupiah. Bahkan ada yang menyentuh harga Rp 8 miliar untuk satu keping perangko,” katanya.
Sementara untuk di Indonesia yang termahal terjual satu keping perangko dengan harga Rp 2 miliar. Namun diakuinya, sejak pandemi Covid-19, secara umum kegiatan pelelangan perangko mulai turun, tetapi secara nilai perangko tetap tinggi. Dirinya mengatakan perangko ini merupakan benda seni, perekam sejarah maupun investasi. “Tujuan kami bagaimana nilai-nilai positif dari filateli ini dikenal oleh generasi muda,” katanya.
Sementara itu untuk jumlah anggota perkumpulan perangko yang aktif di Bali sebanyak 75 orang. (MBP).