SMK Pariwisata Dalung Gunakan Berbagai Aplikasi Untuk Pembelajaran Online
MANGUPURA – baliprawara.com
Selama pembelajaran berbasis online, SMK Pariwisata Dalung telah menggunakan berbagai macam aplikasi. Ini dilakukan ditengah situasi pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa untuk belajar di rumah secara daring.
“Kenapa kita berani jalankan seperti itu, karena kita semua siap. SDM kita siap, fasilitas kita siap untuk itu dan siswa kita mendukung untuk itu. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan itu,” ujar Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Pariwisata Bali Dwipa, I Putu Gede Panca Wasidipa, Senin (6/4).
Dikatakannya, proses pembelajaran tatap muka yang memerlukan media perantara ini dilaksanakan tetap sesuai dengan jadwal mata pelajaran masing-masing di sekolah. Kendala pada metode belajar seperti ini, lanjut Panca Wasidipa, yaitu pada kuota yang diperlukan untuk melakukan pembelajaran daring.
“Cuma kita bisa edukasi mereka, kita sampaikan berapa menghabiskan kuota, ya kalau untuk aplikasi untuk belajar mengajar dan aplikasi untuk kuis, jauh sekali konsumsinya (kuota) dengan kalau mereka membuka YouTube,” lanjutnya.
Tak hanya edukasi pada siswa mengenai jumlah data internet yang diperlukan, edukasi juga dilakukan kepada guru-guru senior yang berusaha menyesuaikan dengan teknologi. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMK Pariwisata Dalung, Ni Luh Erawati Setiawan.
“Kita edukasi dan kita dampingi. Dan rata-rata guru kita mau belajar, jadi mereka belum pakai Google Classroom tapi mereka memakai WA grup, mereka foto soal, lalu mereka share ke siswa. Jadi mereka masih mengimbangi walaupun tidak seoptimal guru-guru muda yang sudah ipteknya bagus,” paparnya.
Tantangan juga datang dari kebutuhan sekolah kejuruan pariwisata yang harus mengadakan praktik bagi para siswa. Hal ini pun, diakali dengan para siswa yang melakukan praktik mandiri dan dibuat dalam bentuk video. Oleh para guru, video tersebut nantinya dievaluasi.
Memang, metode ini memiliki tantangannya tersendiri di mana fasilitas yang dimiliki siswa tidak seperti fasilitas praktik yang disediakan sekolah pada pembelajaran umumnya. “Tentu kita akui sarana mereka di rumah kan tidak selengkap di sekolah ataupun yang sudah kita standarkan di hotel. Nah di sanalah muncul celah untuk kita diskusi dan edukasi lagi ke anak-anak, kenapa hasil praktiknya tidak maksimal, ternyata ada peranan dari segi alat yang mempengaruhi,” jelasnya. (praw)