Laleilmanino Gandeng Chicco Jerikho di Single ‘Dengar Alam Bernyanyi’

 Laleilmanino Gandeng Chicco Jerikho di Single ‘Dengar Alam Bernyanyi’

JAKARTA – baliprawara.com

Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi mengakibatkan berbagai perubahan pada alam dan kehidupan manusia, seperti cuaca ekstrem, bencana alam, gagal panen, dan kemarau berkepanjangan. Anindyo Baskoro (vokalis RAN), serta Arya Aditya Ramadhya dan Ilman Ibrahim (gitaris dan keyboardist Maliq & D’Essentials) merasa resah dengan kondisi saat ini. Trio Laleilmanino ini makin tersadar, kalau manusia tidak mulai beraksi sejak sekarang, kita sendirilah yang akan merasakan dampak buruknya.

Berangkat dari keresahan itu, mereka terinspirasi untuk menciptakan Dengar Alam Bernyanyi. Yang menarik, dalam menyambut Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada 22 April, Laleilmanino menggandeng tiga kolaborator dari generasi muda di dunia seni yang punya kepedulian serupa terhadap kelestarian bumi. Mereka adalah Chicco Jerikho, HiVi!, dan Sheila Dara.

Dalam momentum Hari Bumi Sedunia, mereka juga mengajak seluruh pihak untuk kembali ‘melihat’ Bumi dan berkolaborasi bersama untuk menjaga hutan demi mencegah dampak perubahan iklim yang semakin parah dan membuat Bumi dalam kondisi tidak baik.

Apa saja cerita di balik Dengar Alam Bernyanyi ?

Tercipta di belantara

Pertengahan Maret lalu, trio Laleilmanino jalan-jalan ke kawasan Hutan Wisata Situ Gunung, salah pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango. Menepi sejenak dari ingar-bingar kehidupan Jakarta, mereka mendapatkan pengalaman yang langka bagi warga perkotaan.

Nino, panggilan akrab Anindyo, bercerita, “Rasanya mudah sekali mencari inspirasi, hingga kemudian kami mendapatkan hal-hal yang bisa kami tuangkan ke dalam lagu,” katanya. Ia menyebutkan, Dengar Alam Bernyanyi bisa dibilang merupakan lagu pertama Laleilmanino yang diciptakan langsung di tengah hutan, di luar studio, dengan cara “berbincang” langsung dengan hutan. Berbekal pengalaman dan pengetahuan berharga yang dibawanya dari hutan, Nino menyempurnakan lagunya di kota.

Saat jalan-jalan ke hutan, trio produser dan pencipta lagu tersebut mengajak Verena Puspawardani (Program Director Coaction Indonesia) dan Christian Natalie (Manajer Program Hutan Itu Indonesia – HII) sebagai teman diskusi. Ve mengamati, proses penciptaaan lagu itu berlangsung sangat cepat. Tak lama setelah mengobrol santai sambil duduk-duduk dipayungi pepohonan, lagu itu sudah siap diperdengarkan, lengkap dengan liriknya. “Kami diminta mengomentari lagu dan liriknya. Ada kata-kata yang membuat kami tercengang, yaitu ‘hajar selimut polusi’. Wah, powerful sekali,” seru Ve.

Sementara itu, Tian kagum, karena selama ini Laleilmanino merasakan koneksi dengan alam dan mempunyai pandangan tersendiri. “Saya bisa belajar dari sudut pandang mereka dalam melihat sesuatu. Dalam lagu bisa muncul kata-kata yang ‘mereka banget’. Misalnya, kata-kata ‘jaga hutan’ sudah jadi seperti resonansi dalam benak mereka, hingga kemudian menjadi bagian dari lirik.”

See also  Tekun Membuat Kaligrafi Berbahan Koran, WBP Rutan Negara Diganjar Asimilasi di Rumah

Gemakan pesan penting

Chicco, yang sebenarnya bukan penyanyi, menyambut ajakan berkolaborasi, karena lagu tersebut membawa isu sangat penting. Bagi aktor yang juga menyumbangkan suara untuk film Ben & Jody ini, isu tentang lingkungan hidup bukan sesuatu yang baru. Karena, selama beberapa tahun terakhir ini ia ikut menyuarakan kepedulian tentang perlindungan gajah.

Sering keluar-masuk hutan, Chicco menganggap bahwa hutan bukan hanya berperan sebagai paru- paru dunia, melainkan juga berfungsi sebagai penyelamat masalah emisi karbon dunia. “Hutan adalah inti dari ekosistem setiap makhluk yang ada di bumi,” tegasnya. Senada dengan Chicco, keempat anggota HiVi! sepakat bahwa lagu ini menyimpan pesan yang sangat bagus untuk menjaga kelestarian bumi. Ezra Mandira ‘HiVi!’ berpendapat, pesan dalam lagu tersebut spesifik dan sangat relate untuk menyambut Hari Bumi Sedunia. Sementara Neida Aleida ‘HiVi!’ menyebutkan, lirik lagunya memberi pesan yang sangat kuat, terutama di bagian ‘Bila kau lelah, dengan panasnya hari. Jagalah kami, agar sejukmu kembali.’

Sheila yang sangat menyukai lagunya juga sangat suka pada pesan lagu itu. Bagi dia, salah satu lirik yang paling ‘berbicara’ terletak pada reffrain ‘Simpan gawaimu, hirup dunia. “Karena, sering sekali terjadi, walaupun sedang berada di alam, kita tetap sibuk dengan gadget. Rekam sana-sini sampai lupa menikmati yang ada di depan mata.”

Selagi dalam proses penciptaan lagu, Ve sempat bertanya kepada Laleilmanino, “Dengan pesan yang serius dan kuat, apakah bisa jika lagunya tetap terkesan happy dan positif, tetap riang seperti musik- musik karya Laleilmanino sebelumnya? Mereka menjawab, bisa. Hingga kemudian mereka membuat lagu yang ringan dengan lirik yang mudah dipahami pendengar, namun menggemakan pesan yang kuat.”

 

Lirik sarat makna

Laleilmanino sudah dikenal sebagai pencipta lagu yang jenius. Ve dan Tian menyebutkan, kekuatan mereka terletak pada komposisi musik dan lirik. Musiknya catchy dan dari liriknya audiens bisa menangkap rasa cinta. Tak mengherankan, jika Chicco suka sekali mendengar semua bagian liriknya. “Aransemen yang mereka ciptakan sangat easy listening dan melekat di benak, terutama lirik ‘Bayangkanlah hidupmu bila tak ada kami’.”

Saat berdiskusi dengan Ve dan Tian, Laleilmanino sempat bertanya, jika perilaku kita berubah, apakah kondisi alam bisa kembali lagi. “Kami menjawab, bisa. Mereka langsung menyimpulkan bahwa itu berarti kuncinya berada di kita, ya? Saya benar-benar kagum pada mereka. Dengan sangat cepat mereka bisa mengejawantahkan pemahaman itu menjadi lirik yang indah dan mengena. Pemahaman soal ini masuk di bagian ‘Ingat, kau yang pegang kendali, kau yang mampu obati’,” kata Ve.

Tian bercerita soal pentingnya menjaga hutan, karena hutan akan menjaga manusia dari berbagai bencana alam, sekaligus memberi penghidupan. Rupanya, kata-kata itu terngiang terus dalam benak Nino, hingga kemudian menjadi lirik ‘Bila kau jaga aku, ku jaga kau kembali.’

Kata-kata ini, meskipun pendek, menyimpan makna yang penting. Dari balik lirik ini Nino berharap, “Mudah-mudahan Dengar Alam Bernyanyi bisa mengajak teman-teman untuk sama-sama menyadari bahwa hutan dan segala isinya perlu kita jaga dengan baik, agar mereka juga bisa menjaga kita. Soalnya, kalau bukan kita, siapa lagi?”

Ini merupakan kali pertama bagi Sheila menyanyikan lagu tentang lingkungan. “Nyanyinya bareng teman-teman pula, dan untuk sesuatu yang positif sekali. Rasanya beda banget dari proyek-proyek aku sebelumnya. Senang sekali aku bisa terlibat dalam proyek ini, karena lirik lagunya sangat menginspirasi. Aku akan lebih senang kali, kalau lebih banyak teman yang juga terinspirasi ketika mendengarkan lagu ini,” kata Sheila.

Kolaborasi yang hangat

HiVi! bercerita, mereka punya sejarah yang panjang bersama Laleilmanino. Sejak beberapa tahun silam mereka sudah beberapa kali berkolaborasi. Namun, menurut Febrian Nindyo Purbowiseso ‘HiVi!’, Dengar Alam Bernyanyi merupakan lagu pertama tentang lingkungan yang mengajak mereka terlibat di dalamnya. “Bekerja dengan Laleilmanino seperti berkunjung ke rumah saudara. Kami punya ikatan personal, sehingga kolaborasi di antara kami memberi kehangatan dan menciptakan ‘klik’ tersendiri.”

Karena kedekatan mereka, bisa dibilang HiVi! tak menemukan tantangan berarti dalam proyek kolaborasi ini. Menghafal nada dan lirik bukan tantangan yang berat. Neida saja yang kebetulan mendapatkan bagian lagu yang nadanya terbilang tinggi untuk dia. Sheila juga sudah lama sekali berteman dengan Laleilmanino dan ia mengagumi ketiganya. Hanya saja, ia belum pernah mendapat kesempatan untuk kerja bareng dengan Laleilmanino. “Jadi, ketika ditawari untuk kolaborasi, aku langsung mau banget. Apalagi, karya ini juga untuk tujuan sangat positif. Tapi, karena lagu ini bercerita tentang suara alam, aku agak khawatir, bisa tidak, ya, aku menyampaikan pesan lagu ini dengan baik. Ditambah lagi, kolaboratornya musisi semua. Untunglah, Laleilmanino sangat helpful sepanjang proses rekaman.”

See also  Imigrasi Ngurah Rai Pulangkan 2 WNA di Hari Sama, Karena Langgar Aturan Keimigrasian

Sementara itu, menyadari bahwa ia bukan penyanyi tapi ingin ikut ambil bagian untuk menyuarakan kepedulian dan membangun awareness, Chicco juga tak lepas dari tantangan. “Saya harus mengimbangi para musisi yang suaranya sudah tidak perlu diragukan lagi. Tapi, saya memberanikan diri, karena saya percaya arahan Laleilmanino akan membimbing saya on the right track.”

Bangun kesadaran bersama

Nino menyadari, menumbuhkan rasa cinta generasi muda terhadap alam memang perlu kerja keras. Apalagi, jumlah anak muda di Indonesia terbilang sangat banyak. Karena itu, Ve sangat mengapresiasi diciptanya Dengar Alam Bernyanyi. Menurutnya, lagu yang mengajak audiens mencintai alam merupakan salah satu pintu masuk bagi musisi untuk menumbuhkan kesadaran bersama dan membuat pesan tersebar secara lebih masif.

Tian menanggapi, dengan pendekatan pop culture seperti ini, Laleilmanino menggunakan keahlian mereka untuk membuat lirik dan lagu yang sesuai gaya mereka, namun bisa sekaligus membangun awareness audiens. “Koneksi seperti inilah yang ingin kami bangun. Lewat lagu, mereka bisa memanfaatkan jejaring mereka untuk bisa menyebarkan virus ini, minimal dari kapasitas mereka sendiri. Apalagi, jika mereka melibatkan banyak talent.”

“Saat menyanyikan lagu ini, aku jadi sadar banget bahwa bumi memang membutuhkan kita untuk menjaga yang sudah dititipkan kepada kita. Sebenarnya, kalau kita berusaha untuk menjaga, pada akhirnya itu semua demi kita juga. Aku jadi terinspirasi untuk ikut menjaga mulai dari hal-hal kecil yang bisa aku lakukan sendiri, deh,” kata Sheila. (MBP)

 

tim redaksi

Related post