Prosesi Doa Lintas Agama dan Pentas Budaya, Meriahkan Ulang Tahun Sumedang Larang
DENPASAR – baliprawara.com
Serangkaian peringatan hari ulang tahun yang ke 444 Sumedang Larang atau kota Sumedang yang jatuh pada tanggal 22 April lalu, padepokan Gagak Karancang bersama semeton sedulur yang dari lintas adat, lintas agama dan budaya, menggelar doa bersama untuk Kota Sumedang. Kegiatan doa Bersama, Mieling Milangkala Sumedang Larang ke 444, “Mapag Dewi Sri Nyi Pohaci”, ini, digelar di Pura Dalem Sumedang, Jumat 20 Mei 2022.
Menurut Guru besar Padepokan Gagak Karancang, Ki Raga Sukma, kegiatan syukuran doa bersama ini dipusatkan di pura dalem sumedang, yang berlokasi di Pemogan Denpasar. Tentunya, prosesi yang digelar ini, untuk mendoakan atau syukuran sumedang larang atau kota Sumedang di Jawa Barat. Pada upacara kali ini, kata Ki Raga Sukma, banyak semeton sedulur yang dari lintas adat, lintas agama dan budaya juga, bersama sama berdoa untuk Kota Sumedang. “Dengan ini, kamu berharap, kota Sumedang selalu tidak melupakan ajaran atau adat istiadat, budaya leluhur,” ucapnya.
Dijelaskannya, adapun proses yang digelar, diawali dengan doa bersama dari Pengempon Pura Dalem Sumedang, oleh Jero Mangku di Pura setempat, secara Hindu Bali. Kemudian, prosesi dilanjutkan dengan tata cara Sunda Wiwitan atau dari Sunda, dengan diiringi dengan alat musik tarawangsa, karinding dan kecapi suling. “Jadi kita mengeforiakan rasa bangga, rasa bahagia kita untuk Kota Sumedang. Kita tadi lihat ada yang nari, ada yang ngibing atau ngigel, karena euforia rasa yang sangat bahagia, muncul begitu saja,” bebernya.
Melalui kolaborasi ini, pihaknya berharap untuk tetap menjaga adat-istiadat dan budaya Nusantara. Mengingat, kalau melihat hubungan Secara singkatnya, setelah ngobrol dengan pemangku setempat, dulunya leluhur Sumedang, ada yang Hijriah atau pindah ke Pulau Dewata Bali. Ketika zaman Masih zaman kerajaan zaman dulu, leluhur Sumedang bersama istrinya, berjanji tidak akan kembali lagi ke kampung halamannya. “Jadi beliau menetap di pulau dewata ini udah ribuan tahun,” pungkasnya.
Sementara itu, pangelingair Puri Pemecutan, Anak Agung Ngurah Putra Dharma Nuraga, menyampaikan, pihaknya bersama bersama-sama pasemetonan Puri-puri, dengan keluarga dari Sumedang Larang, merayakan ulang tahun Sumedang Larang yang ke 444, yang dilaksanakan dengan sangat sederhana. Meski sederhana, namun prosesi ini, mempunyai makna yang luar biasa. “Ini memiliki makna luar biasa. Bagaimana kita mempersatukan keluarga khususnya dari Sumedang Larang, dan semua komponennya. Demikian juga bagaimana kita dalam keluarga Nusantara ini, NKRI bisa bersatu padu, untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia,” kata Penglingsir Puri Pemecutan ini.
Hal senada disampaikan Badesa adat Kesiman, I Ketut Wisna, juga mengucapkan selamat ulang tahun untuk Kota Sumedang yang ke 444. Pihaknya berharap, semoga adat budaya tradisi Sunda, Bali, Nusantara umumnya, bisa tetap Lestari. Untuk di Bali, pihaknya sangat berterimakasih atas prakarsa dari Padepokan Gagak Karancang. “Terima kasih karena sudah ikut berperan serta dalam pelestarian adat budaya Nusantara, khususnya adat budaya Sunda Wiwitan, dan semoga bisa berkolaborasi atau kerjasama dalam penguatan adat budaya masing-masing, adat budaya Bali dan budaya Sunda,” harapnya. (MBP1)