Angkat Tema “Mengawal Generasi Emas 2045”, Workernas AKSI Bahas Sejumlah Usulan Untuk  Kepala Sekolah

 Angkat Tema “Mengawal Generasi Emas 2045”, Workernas AKSI Bahas Sejumlah Usulan Untuk  Kepala Sekolah

Ketua Umum DPP AKSI, Asep Tapip Yani, memberi smabutan saat penbukaan Workshop dan Rakernas di Kuta, Jumat 13 Januari 2023.

MANGUPURA – baliprawara.com

Pendidikan manusia mesti sinergi. Maka itu, kebersamaan merancang proses pendidikan mesti dilakukan, sehingga tidak terjadi pengulangan-pengulangan. Sayangnya, otonomi daerah yang menyebabkan terpisah dalam perencanaan. 

“Otonomi daerah yang memisahkan kepala sekolah satu dengan lain. Missal kepala sekolah di Badung tak memiliki hubungan kerja dengan kepala sekolah di Gianyar, karena mereka menjadi binaan bupati atau walikota,” kata Ketua Umum DPP Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI), Asep Tapip Yani di sela-sela Workernas (Workshop dan Rakernas) di Kuta Paradiso Hotel Bali, Jumat 13 Januari 2023.

Demikian pula kepala sekolah SMA dan SMK yang binaanya ada di provinsi, sehingga walau mereka ada di Badung, tidak ada urusan dengan dinas di Kabupaten Badung. Mereka akan langsung ke provinsi. Mereka mempunyai urusan dan tanggung jawab masing-masing kepada Bupati, Walikota dan Gubernur. “Maka itulah, kami bersatu di AKSI. Di asosiasi ini, semua bersinergi saling berbagi. Kalau ada persoalan didiskusikan, termasuk untuk urusan kebijakan kepala sekolah,” sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, AKSI memiliki basis kegiatan, yakni peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan yang targetnya adalah mutu. Selain itu, masalah kebijakan tentang kepala sekolah, tugas dan kewenangan kepala sekolah. “Dulu kepala sekolah wajib mengajar 6 jam. Setelah dievaluasi tidak efekti, karena mereka memiliki tugas rapat, tugas keluar daerah, sehingga sering meninggalkan kelas. Maka itu AKSI melalui usulannya, guru yang diberi tugas sebagai kepala sekolah tidak mengajar, tetapi melakukan tugas utama manajerial, dan pengembangan kewirausahaan,” paparnya. 

Dulu, jabatan kepala sekolah menjabat 2 periode atau 8 tahun. Padahal mereka masih muda, sehingga semangat pengembangan sekolah menjadi terputus. Secara budaya dan psikologis, guru itu tak seperti Rektor, setelah selesai menjadi kepala sekolah, kembali menjadi guru. “Karena psikologisnya belum terbangun, maka kami mengupayakan kepala sekolah tidak ada batas waktu, sehingga disepakati jabatan kepala sekolah itu 4 periode atau 16 tahun,” paparnya.

See also  Penyakit Penyerta yakni Diabetes Melitus dan Hipertensi, Masih Dominasi Kematian di Denpasar

Lalu usulan sekarang, kepala sekolah itu menjadi profesi yang tersendiri, sehingga kedepan tunjangannya menjadi karier. Jenjang karir itu, mulai guru, wakil kepala sekolah pengawas dan bisa juga kepala dinas. Guru terbaik diusulkan menjadi wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah terbaik menjadi kepala sekolah, kepala sekolah terbaik menjadi pengawas. Sekarang calon kepala sekolah itu dari guru penggerak, selain punya sertifikat guru.

Karena itu, jelas Asep Tapip Yani tema Workernas ini adalah “Mengawal Generasi Emas 2045” sesuai cita-cita 100 kemerdekaan Indonesia. Proses masa depan digitalisasi, sehingga Workernas juga membahas pemanfaatan IT di dalam kehidupan berikutnya setelah masa pandemi Covid-19 ini.

“Karena itu, sengaja bekerjasama dengan penyedia platform digital untuk mengawal generasi emas itu. Maka itu bukan hanya mengadakan rapat, tetapi juga diisi dengan workshop. Dengan begitu, ada kegiatan menjadi pemantik untuk dilakukan di lapangan. Saling berbagi program termasuk MoU dengan penyedia platform digital. Itu karena kedepan pendidikan Indonesia berbasis IT, sehingga mereka perlu juga dilatih plus disertifikasi,” imbuhnya.

Terkait Merdeka Belajar, AKSI sangat mendukung sebagai pilihan terbaik saat ini. Karena diberikan kemerdekaan bagi guru ataupun bagi siswa, sehingga muncul potensi yang tergali. Manusia itu hidup dengan berbeda-beda kemampuan, sehingga kurikulum ini memberikan wadah sesuai dengan minatnya. Kemerdekaan untuk bekembang itu diwadahi, karena menangani orang yang berbeda-beda. 

Lalu untuk Wakernas ini, Asep Tapip Yani menjelaskan, merupakan kegiatan rutin. Setelah pandemi Covid-19, dimanfaatkan untuk bisa bertemu secara fisik. Lalu, memilih Bali karena memang suasananya mendukung. “Setelah 2,5 tahun rebahan, maka Workernas di Bali, sekalian kerja dan ada upgrade psikologis. Bali pilihan yang tepat, karena suasana mendukung, sehingga antusiasme kepala sekolah datang ke Bali,” pungkasnya senang. (MBP)

See also  Sebanyak 306 orang dari 71 Negara, Siap Ikuti Program Darmasiswa RI tahun 2023/2024

 

redaksi

Related post