Pantang Tak Digelar, Desa Tegal Darmasaba Percaya Upacara Pangepikan untuk Nyomia Bhuta Kala

MANGUPURA – baliprawara.com

Bertepatan dengan rahina Wrespati Kliwon Wuku Langkir, pada Kamis 19 Januari 2023, Desa Adat Tegal, Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Badung, kembali menggelar upacara pangepikan atau pangerebegan. Upacara yang digelar rutin setiap enam bulan sekali ini, memiliki makna, dipercaya untuk nyomia atau menghalau Bhuta Dungulan. Bahkan, upacara ini pantang untuk tidak digelar.

Menurut Bendesa Adat Tegal, I Ketut Artawan,  upacara pengepikan ini tujuannya adalah untuk untuk mengusir atau nyomia Bhuta Kala di Desa Adat Tegal, seperti Bhuta Dungulan. Yang mana, upacara ini rutin digelar setiap Wraspati Kliwon Wuku Langkir, yang diikuti belasan ribu warga dari 8 banjar.

“Upacara Pangepikan ini, diikuti dari delapan banjar adat atau sekitar 12 ribu orang. Termasuk warga yang sudah menikah keluar desa,” katanya saat ditemui di sela prosesi, Kamis 19 Januari 2023.

Upacara ini kata dia, dipercaya telah dilaksanakan sejak dahulu. Namun, saat tingginya kasus Covid-19, upacara ini pun tetap dilaksanakan. Sebab sesuai kepercayaan, jika tidak dilaksanakan dipercaya akan ada wabah penyakit yang tidak bisa diprediksi. “Saat Covid-19 upacara ini hanya berlangsung di Pura Dalem Gede, tidak sampai melaksanakan Ngunya Nyatur Desa,” terangnya.

Menurutnya, rentetan upacara dimulai dari Pelawatan Ida Bhatara di wewidangan Desa Adat Tegal diiring ke Bale Agung Pura Dalem Gede. Setelah di Bale Agung, dihaturkan sarana upacara. Kemudian Pelawatan Ida Bhatara diiring atau ngunya nyatur desa. 

“Saat keliling desa, Pelawatan Ida Bhatara akan menuju Pura Kahyangan Desa dan Kahyangan Tiga. Di setiap Pura akan dihaturkan segehan. Setelah itu akan budal ke suang-suang linggih Ida,” bebernya.

See also  Dukung Work From Bali, Pastikan Semua Akomodasi di Badung Patuhi Prokes

Dalam prosesi upacara, dipercaya Ida Bhatara di Pura Dalem Gede, akan melihat dan menghitung atau disebut tek cor krama desa adat. Sehingga seluruh krama desa akan tumpah ruah untuk menghadiri upacara tersebut. Kemudian masing-masing akan menghaturkan satu uang kepeng. “Karena itu Ida Bhatara menghitung atau mengabsen panjak,” ungkapnya.

 

Terpisah, Pemangku di Pura Dalem Gede Tegal, I Wayan Suteja, menjelaskan, upacara pengepikan ini bertepatan dengan pertengahan odalan di pura. Upacaranya itu dimulai dengan persembahyangan menghaturkan pencanangan pengeraos, kemudian dilanjutkan pepranian dan menghaturkan banten dapetan untuk Ida Betara Ratu Gede Dalem di Desa Adat Tegal. Setelah itu baru ngilen terkait pangerebegan dengan nyomya bhuta Galungan dan bhuta Dungulan. 

Sebelum itu, ada prosesi nyambleh dilengkapi segehan 108 warnanya di jaba pura. Untuk nyambleh, menggunakan sarana berupa kucit butuan. Setelah itu baru dilanjutkan bersembahyang bersama. “Prosesi kemudian dilanjutkan dengan mengelilingi Bale Agung sebanyak 3 kali, yang dilanjutkan mengelilingi desa adat tegal,” jelasnya.

Untuk petapakan yang turut pada prosesi ini, ada dari Pura Puseh, Pura Sanggaran, Pura Dalem berupa petapakan Ratu Mas, Rayu Ayu dan 12 Sisia, dari Pura Dalem Gegelang berupa Barong Landung dan Pura Antagana beupa Barong Bangkun dan Barong Macan. (MBP)

 

redaksi

Related post