Penjualan Daging Ayam Broiler Potong, Masih Abaikan Higienitas
GIANYAR – baliprawara.com
Penjualan daging ayam broiler di kalangan masyarakat umum selama ini dinilai masih dilakukan secara konvensional dan mengabaikan faktor higienitas. Produk ayam broiler potong hanya dijual menggunakan tas kresek hitam tanpa di press. Selain itu, pengelolaan usaha ayam broiler potong juga belum dilakukan secara baik, dalam arti masih dilakukan secara konvensional.
“Umumnya mereka tidak memiliki pengetahuan akan nilai karkas dan daging ayam broiler yang dijualnya. Keterbatasan pengetahuan tersebut menyebabkan mereka menjual ayam potong tersebut dengan tingkat higienitas yang sangat kurang,” kata Akademisi Fakultas Pertanian-Universitas Warmadewa (FP-Unwar) Ir. Ni Made Yudiastari, M.Si., di sela-sela kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Batursari, Blahbatuh, Gianyar, Sabtu 13 Mei 2023.
Menurutnya, konsumen umumnya menginginkan daging ayam sesuai dengan preferensinya, sehingga baik produsen maupun pedagang sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi preferensi konsumen daging ayam sehingga dapat memuaskan konsumen. Konsumen pada wilayah tertentu menyukai ayam broiler dengan ukuran kecil atau berat dibawah 1 kg per ekor. Disisi lain, ada pula konsumen yang menyukai ayam broiler berukuran besar atau lebih berat dari 2,0 kg per ekor. Ayam broiler berukuran kecil kebanyakan diminati oleh konsumen rumah tangga, sedangkan ayam broiler berukuran besar dipergunakan untuk pengolahan produk olahan seperti sate, opor, dan soto.
Yudiastari mengungkapkan daging ayam broiler merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi yang baik bagi kebutuhan manusia. Harga yang murah, rasa dan aroma yang enak, tekstur yang lunak dan relatif mudah didapatkan di pasaran menjadikan daging ayam broiler ini bahan pangan alternatif yang disukai hampir semua orang.
Ia menambahkan, berdasarkan data Organization of Economic Cooperation and Development konsumsi daging ayam Indonesia hanya sebesar 8,1 kilogram per kapita pada 2021. Konsumsi di dalam negeri masih di bawah rata-rata dunia yang sebesar 14,9 kg per kapita. Pola hidup sehat yang diterapkan oleh masyarakat modern saat ini menuntut penyediaan kebutuhan pangan yang bernilai gizi baik bagi kebutuhan manusia. (MBP)