Ratusan Krama Banjar Adat Lumintang, Mengikuti Prosesi Nyenuk ke Pura Desa Denpasar
DENPASAR – baliprawara.com
Rangkaian Karya Agung Balik Sumpah, Caru Tawur Tabuh Gentuh, Mupuk Pedagingan, Ngenteg Linggih lan Mapedudusan Agung di Pura Dalem Manik Penataran Agung Lumintang, diisi dengan prosesi Nyenuk, Senin 15 Mei 2023. Ratusan krama dari Banjar Adat Lumintang, mengikuti prosesi Nyenuk ke Pura Desa Denpasar, dengan berjalan kaki menempuh jarak kurang lebih 3,5 km dari Lumintang ke Pura Desa Denpasar.
Saat mapeed ini, krama pengiring, mengenakan pakaian warna-warni yakni merah, kuning, hitam, putih, poleng dan berjalan berpasangan lelaki dan perempuan. Sebelumnya, krama yang mengiringi, berangkat dari Pura Dalem Manik Penataran Agung Lumintang melewati Jalan Ahmad Yani, Jalan Kartini, Jalan Nakula, Jalan Arjuna, Jalan Sahadewa, Jalan Sutomo, Jalan Gajah Mada dan finish di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Denpasar.
Menurut Panitia Karya, Jero Mangku Ketut Sudiarta, tujuan nyenuk ini adalah untuk melengkapi rangkaian karya yang digelar di Pura Dalem Manik Penataran Agung. Yang mana sebelumnya, rangkaian karya diawali dengan Matur Piuning Karya yang telah dilaksanakan pada 21 Maret lalu. Dilanjutkan dengan berbagai rangkaian seperti Negteg Beras, Ngingsah dan Tawur. Saat Buda Umanis Wuku Dukut dilaksanakan Puncak Karya.
Setelah puncak karya, Ida Bhatara akan nyejer hingga tanggal 17 Mei mendatang untuk selanjutnya Nyineb dilaksanakan pada tanggal 18 Mei. Yang dilanjutkan dengan Napak Pertiwi dengan sesolahan Calonarang. “Dengan pelaksanaan karya ini, semoga Ida Sesuhunan yang berstana di Pura Dalem Manik Penataran Agung, Pura Dalem Kahyangan dan Pura Taman Beji Lemintang memberikan berkah kerahayuan kerahajengan kepada kita semua,” katanya.
Sementara itu, Yajamana Karya, Ida Pedanda Gede Made Gelgel mengatakan, karya ini mengambil tingkatan utama atau Karya Agung. Sementara untuk nyenuk merupakan sebuah prosesi yang bermakna menengok bila diartikan dalam bahasa Indonesia. “Dalam nyenuk ini semua lengkap. Memakai catur wara, perwakilan segala golongan, ada catur warna, catur wangsa, soroh,” bebernya.
Prosesi Nyenuk dikatakan, dilakukan ke pura yang tak melaksanakan karya seperti Pura Puseh, Pura Desa maupun Pura Masceti. “Intinya upacara atau karya agung ini untuk keharmonisan bhuana agung dan bhuana alit,” ungkapnya. (MBP)