Ungkap Peliknya Mengurus Segara, Duta Klungkung Tampil Apik pada Lomba Taman Penasar
DENPASAR – baliprawara.com
Lantunan geguritan yang mengungkap peliknya mengurus segara di jaman sekarang, dibawakan Sekaa Taman Penasar Babakan Pule, Duta Kabupaten Klungkung, mengangkat tema Bendega ring Kusamba. Geguritan yang dibawakan melalui Wimbakara (Lomba) Taman Penasar, serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Panggung Wantilan, Taman Budaya, Minggu 25 Juni 2023 sore, membawakan materi khusus terkait kehidupan pesisir Kusamba yang berada di wilayah bumi serombotan itu.
Menampilkan tujuh orang masing -masing berperan menjadi seorang guru, juru tembang dan peneges/ penterjemah dan satu orang selaku warga yang selalu mengeluh dan menolak adanya sekaa pesantian yang dianggap tidak penting. Diawali dengan dramatisasi alur cerita yang dimulai saat peserta memasuki kalangan yang dikisahkan dengan peran bendega yang mengeluh dengan krisis atau sulitnya mencari kehidupan di laut.
Namun semua diskusi serta permasalahan segar itu, dibahas dan dituntun agar semua masyarakat pesisir sadar betapa pentingnya menjaga, melestarikan segara sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar.
Sekaa Taman Penasar dibawah asuhan penata santi Ni Nengah Sukiartini, penata tabuh I Wayan Sukada, melantunkan sejumlah pupuh dengan ekspresi menarik dan suara yang merdu mendapat respon bagus dari penonton. Taman Penasar ini semakin hidup dengan iringan tabuh geguntangan yang dipadukan dengan barungan terompong, sehingga membuat mata dan telinga penonton terhibur. Beberapa lagu seperti pupuh sinom, ginada dan pupuh pangkur dinyanyikan dengan merdu dan sarat makna serta dibawakan secara bergiliran. Masing -masing pupuh mengetengahkan situasi pesisir dan pesan moral yang harus dijaga di pesisir atau segara.
Koordinator pergelaran I Komang Gede Suastika menyebutkan, topik yang diangkat dalam sajian Taman Penasar ini adalah kehidupan pesisir, yang kebetulan di Kusamba sebagian besar adalah kehidupan nelayan.
Seperti yang terungkap dalam kitab Adiparwa, Dewa Wisnu, atau juga disebut Dewa Narayana, mengatakan kepada para Dewa dan Denawa, di segara tempat untuk mencari kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Baik tiga penjuru dunia bhur, bwah, swah, oleh karena disanalah letak tirta amerta itu, akan membuat kesejahteraan dunia.
“Jadi, tak ubahnya kehidupan nelayan yang ada di Pantai Kusamba, semua kehidupan bersumber dari hasil melaut. Walau terkadang di jaman sekarang banyak sekali hambatan permasalahan di laut, termasuk akomodasi di tepi Pantai,“ katanya.
Sementara itu, salah satu dewan juri Guru Anom Ranuara mengungkapkan, secara umum penyaji Taman Penasar dari berbagai kabupaten / kota, ada peningkatan kreativitas dari tahun sebelumnya. “ Totalitas pentas peserta Taman Penasar ada peningkatan, namun yang perlu mendapat catatan kedepan adalah bagaimana pola pembinaan oleh Disbud sebelum tampil di PKB,” jelas Anom Ranuara.
Dikatakan, pembinaan ini penting agar bagaimana mengarahkan peserta untuk menekankan tema yang disajikan agar sesuai dengan apa yang dibawakan. “Kelemahan dari panitia tidak pembina, jadi terkadang alurnya jadi liar, dimana isi yang dibahas harus sesuai tema, seharusnya mempunyai acuan, bagaimana pendramaan yang diinginkan oleh juri, seperti ada beberapa yang mengangkat judul namun tidak konek dengan isi yang dibahas, jadi ada beberapa duta yang nyaplir,” imbuhnya.
Pihaknya menambahkan, yang perlu mendapat catatan kedepan biar kedepan lebih baik dan bagus lagi, bagaimana penyampaian pesan atau berupa program dibarengi dengan daftar Pustaka yang baik.
“Ada penegasan beberapa daftar Pustaka yang harus disebut, biar tidak seenak perut nya bicara, agar tidak ada pembodohan masyarakat, kalau ada rujukan misalnya terkait perda, pergub, perwali perlu disampaikan , ya sementara itu saja catatan saya,” pungkasnya. (MBP)