Manfaatkan Media Sosial untuk Membangun Loyalitas Wisatawan ke Bali
DENPASAR – baliprawara.com
Media sosial memiliki peran penting dalam pemasaran pariwisata sejak beberapa tahun belakangan. Media sosial juga sarana menjadi komunikasi efektif antara manajemen destinasi dan wisatawan, para pengelola dapat memprediksi ekspektasi wisatawan terhadap produk wisata yang seharusnya ditawarkan agar mereka merasa puas melakukan perjalanan wisata. Untuk meningkatkan loyalitas wisatawan terhadap Bali sebagai destinasi wisata unggulan diperlukan optimalisasi pemanfaatan media sosial dalam pemasaran pariwisata.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Universite Bretagne Sud, Prancis Prof. Christine PETR saat hadir sebagai dosen tamu (kuliah dosen tamu) Fakultas Pertanian Universitas Udayana, di Denpasar (10/11/2023). Kegiatan tersebut dipandu Koordinator Pengampu Mata Kuliah Pengembangan Agrowisata Prodi Agribisnis Prof. Ir. I Gusti Ayu Oka Suryawardani, M.Mgt.,Ph.D. dan dihadiri kalangan dosen dan mahasiswa serta dibuka secara resmi oleh WD II FP Unud, Dr. Widhianthini, SP, M.Si, Dalam Berbagai acaranya Dr. Widhianthini meminta mahasiswa dan dosen yang ikut kuliah tamu untuk menyimak materi yang disampaikan Prof. Christine karena sangat relevan dengan bidang kajian unggulan FP Unud yakni integrasi pertanian dan pariwisata. “Saya yakin kuliah tamu ini akan memberikan manfaat besar demi kemajuan Fakultas Pertanian Unud,” tegasnya.
Prof Christine menegaskan dalam pemasaran pariwisata perlu memperhatikan berbagai aspek meliputi: jenis produk wisata yang disukai wisatawan, harga produk dan informasi dimana mereka dapat menyampaikan dan bagaimana menyampaikan untuk meyakinkan wisatawan. “Pengembangan produk wisata haru jelas produk inti dan pendukungnya, bagaimana mengemasnya dan nama atau brandnya harus mampu memberikan gambaran jelas apa sebenarnya produk wisata yang diunggulkan apakah wisata budaya atau agrowisata dan ekowisata,” tutur Prof. Christine. Untuk mengetahui preferensi wisatawan, pengelola destinasi wisata harus mempelajari postingan wisatawan di media sosial. Selanjutnya, harapan wisatawan tersebut direspon dengan baik sehingga wisatawan yang bersangkutan akan memiliki loyalitas tinggi berkunjung ke Bali.
Prof Christine mengakui Bali merupakan destinasi pariwisata yang unik sehingga banyak wisatawan Eropa termasuk Prancis bersedia jauh-jauh datang ke Bali. Agar loyalitas wisatawan Eropa semakin tinggi, maka komunikasi melalui media sosial perlu diintensifkan.
Mahasiswa FP Unud yang mengikuti kuliah umum mengaku sangat gembira dapat belajar langsung dari dosen yang tinggal di negara asal wisatawan. Ni Wayan Mita Parameswari menanyakan apakah perbedaan kebiasaan orang Indonesia dan orang Eropa tidak mempengaruhi tingkat kepuasan wisatawan? Prof Christine mengakui perbedaan kebiasaan memungkinkan wisatawan merasa kurang puas. Misalnya, tingkat layanan yang tidak tepat waktu membuat wisatawan merasa bosan. “Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan penjelasan lebih detail, atau mereka disajikan dengan menggunakan pakaian yang berbeda dan unik, sehingga mereka penasaran atau merasa terhibur,” tuturnya. Pertanyaan lain terkait brand, pengelolaan agrowisata serta pandangan Prof. Christine terkait pemanfaatan subak sebagai destinasi agrowisata. Prof Christine menegaskan sejumlah wisatawan berkunjung ke Bali untuk mempelajari subak. “Jadi bidiklah wisatawan dengan segmentasi khusus ini dengan promosi yang lebih gencar terkait aktivitas wisata yang dapat ditawarkan dalam subak,” tutupnya. Ditambahkan, pengembangan agrowisata berbasis subak di Bali sebaiknya tidak hanya dikembangkan di Subak jatiluwih tetapi juga subak-subak yang lain. Jejaring antar subak sebagai destinasi agrowisata harus dibangun sehingga keberagaman daya tarik wisata antar subak dapat ditawarkan untuk mengantisipasi kebosanan wisatawan. ( MBP/ unud.ac.id )