Ajus Linggih Kritisi Alam Ganjar yang Tolak Bandara Bali Utara

 Ajus Linggih Kritisi Alam Ganjar yang Tolak Bandara Bali Utara

Agung Bagus Pratiksa Linggih.

SINGARAJA – baliprawara.com

Tingginya jumlah pergerakan penumpang dan pesawat udara yang dilayani Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, sejalan dengan semakin meningkatnya tingkat kepercayaan diri dan minat masyarakat untuk kembali berwisata. Sayangnya, aktivitas ekonomi di Pulau Bali masih berpusat di wilayah Bali Selatan saja. Hal itu kembali memunculkan bahwa pembangunan Bandara Bali Utara untuk pemerataan ekonomi, dinilai perlu.

Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi memproyeksikan Pada 2023, jumlah penumpang di Bandara Ngurah Rai tumbuh menjadi 20 juta penumpang. Alhasil, pada 2024, Bandara berkode DPS ini sudah mencapai kapasitas penumpang maksimalnya dan diperkirakan 3 tahun kedepan Bandara Ngurah Rai mengalami over capacity atau kelebihan penumpang.

Beberapa waktu lalu putra Calon Presiden Ganjar Pranowo, Alam Ganjar mengatakan bahwa Bali Utara tidak perlu dibangun bandara. Karena kata dia, pembangunan bandara baru di Bali Utara tidak akan meningkatkan wisatawan datang ke Bali. Hal itu diungkapkan Alam usai bertemu dengan para pengusaha muda.

Statement Alam ini dikritik tajam oleh Caleg Muda Partai Golkar, Agung Bagus Pratiksa Linggih, yang akrab disapa Ajus Linggih. Ketua AMPI Bali tersebut, menyayangkan statement dari Alam Ganjar. 

Menurutnya, Presiden dan 4 menteri yang sepakat pembangunan Bandara Bali Utara, telah memiliki kajian yang optimal untuk menjaga budaya dan meratanya ekonomi di Bali Utara.

“Bandara bali akan full capacity 3 tahun lagi. Kira-kira kapan harus ada bandara baru?. Ekonomi Bali bergantung pada tumbuhnya wisatawan. Kalau kapasitas bandara sudah mentok, kira2 gimana langkah konkrit agar ekonominya tumbuh dan merata? Saya rasa Presiden dan 4 menteri beserta kementeriannya itu putra-putra terbaik bangsa yang sudah teruji kompetensinya. Mereka tidak bodoh yang memasukkan Bandara Bali Utara ke proyek strategis nasional tanpa kajian teknis yg mendalam,” ucapnya.

See also  Badung Bentuk Satgas, Antisipasi Penyebaran PMK

Dalam ungkapannya, Ajus menegaskan kembali bahwa menteri-menteri yang mengkaji proyek Bandara Bali Utara ini, sudah mempertimbangkan banyak aspek apa yang menjadi solusi dan apa yang bukan solusi. Dirinya juga menegaskan agar Alam tidak berkomentar lebih jauh jika tidak memiliki rencana yang lebih baik daripada pembangunan Bandara Bali Utara. Melihat data Angkasa Pura, wisatawan yang datang ke Bali di tahun 2023 mengalami kenaikan 9%.

“Darimana statement pembangunan bandara baru ngga akan nambah wisatawan. Logikanya kan justru kalau tidak ada Bandara Bali Utara, pertumbuhan wisatawan dan ekonomi Bali akan stagnan. Lagipula rencana Bandara Bali Utara itu investasi swasta. Bukan hutang yg membebani APBD. Tau ngga Buleleng itu kabupaten dengan angka kemiskinan tertinggi di Bali? Udah pernah ke Buleleng? Apa Mas Alam punya rencana yg lebih baik?. Jangan hanya pandai beretorika. Anak muda tu harus kasi solusi nyata,” tegas Bendahara Umum HIPMI Bali ini.

Ajus melanjutkan bahwa, budaya Bali itu harus diteruskan, dijaga agar tetap ajeg. Dirinya khawatir jika penduduk Buleleng terus merantau karena tidak meratanya ekonomi di Bali Utara, maka budaya di Bali Utara akan menyusut dan hilang.

“Tau arti budaya? Budaya itu kebiasaan masyarakat. Nah kalau generasi mudanya lebih banyak merantau untuk mencari nafkah, gimana caranya meneruskan budaya itu? Budaya Bali adalah menyama braya dan mebanjar. Perlu Mas Alam pahami setiap desa punya budayanya masing-masing yang berbeda,” sentilnya. (MBP)

redaksi

Related post