Pererat Rasa Kekeluargaan, Ribuan Pratisentana Bandesa Manik Mas Buleleng dan Jembrana Nganyarin di Pura Pedarman Kawitan

 Pererat Rasa Kekeluargaan, Ribuan Pratisentana Bandesa Manik Mas Buleleng dan Jembrana Nganyarin di Pura Pedarman Kawitan

Bakti penganyar pratisentana Bandesa Manik Mas Kabupaten Buleleng dan Jembrana, Selasa 25 Juni 2024.

AMLAPURA – baliprawara.com

Ribuan krama pratisentana Bandesa Manik Mas dari Kabupaten Buleleng dan Jembrana, memadati area wewidangan mandala 3, Pura Agung Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa 25 Juni 2024. Ribuan krama terlihat sudah berdatangan silih berganti sejak pagi hari, untuk mengikuti prosesi penganyaran, serangkaian Karya Melaspas, Ngenteg Linggih lan Tawur Balik Sumpah, Ring Pedarman Bandesa Manik Mas di Pura Agung Besakih.

Pemangku Pangempon Pura Pedarman Kawitan Bendesa Manik Mas pura Agung Besakih, Jro Gede Anglurah Bandesa, mengatakan, upacara pangenteg linggih, pamelaspasan, padudusan agung dan tawur balik sumpah ini, merupakan agenda rutin setiap 10 tahun sekali. Kegiatan ini kata dia, digelar, sesuai dengan apa yang tertuang di dalam lontar Padma Bhuwana.

Selain itu, pelaksanaan upacara ini juga sesuai dengan ilenan upacara di Pura Besakih. Karena, wewidangan mandala 3 pura Agung Besakih ini, masuk dalam Mandala Utama. Sehingga, periode uapaca tidak sama dengan di tempat lain, namun upacara dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.

Disinggung terkait apa makna dari upacara melaspas ini, Jro Gede Anglurah Bandesa mengatakan bahwa, upacara ini digelar untuk menghilangkan kekotoran terhadap bangunan fisik yang baru saja rampung diperbaiki. Selain itu juga, terkait dengan mental dari penyungsungnya.

“Ngeteg linggi yang dilaksanakan ini, memiliki makna untuk menstanakan ida betara kembali pada pelinggihnya, dan menstanakan kembali sanghyang atma kepada pratisentana,” katanya.

Untuk itulah pihaknya selaku pemangku pengempon Pura Pedarman Kawitan Bandesa Manik Mas dan Watulepang berharap, upacara ini tidak hanya sebagai prosesi seremonial saja. Namun diharapkan memiliki makna tersendiri, dimana selain Ida Batara ngenteg linggih, kita juga ngenteg linggih dalam artian, pasemetonan akan semakin raket atau terjalin.

See also  Aktivitas Pendakian di Gunung Agung Ditutup Selama Karya Ida Betara Turun Kabeh di Besakih

“Upacara ini juga memiliki makna bagi diri sendiri yakni, pasemetonan juga harus meningkatkan kekeluargaan pasemetonan. Hal itu karena, melalui momen yang digelar setiap 10 tahun sekali ini, pasemetonan yang belum pernah ketemu, akan bisa bertemu disini,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Pratisentana Bandesa Manik Mas Kabupaten Buleleng, Ketut Wiratjana, mengungkapkan, upacara ini digelar setelah sebelumnya dilakukan perbaikan palinggih Pangeran Bendesa Manik Mas. “Setelah usai perbaikan, sekarang dilaksanakan pamelaspasan palinggih,” ucapnya.

Pihaknya berharap, melalui bakti ini, keluarga Ageng dari seluruh Bali, rasa kekeluargaan bisa semakin terjalin antara pasemetonan. Tak hanya se Bali, bahkan kata di juga Senusantara. “Upacara ini digelar setiap 10 tahun sekali. Puncak upacara digelar Rabu 26 Juni bertepatan dengan Buda Cemeng Klawu,” katanya menambahkan. (MBP)

 

redaksi

Related post