Film “Samsara” Berkonsep Magic Realism Mistisme Hadir di Gelaran INTUR 2024 Pulau Peninsula

 Film “Samsara” Berkonsep Magic Realism Mistisme Hadir di Gelaran INTUR 2024 Pulau Peninsula

Talkshow terkait pemutara film Samsara, di gelaran INTUR 2024, pulau Peninsula, The Nusa Dua, Jumat 16 Agustus 2024.

MANGUPURA – baliprawara.com

Rangkaian Festival Indonesia Bertutur (INTUR) 2024, yang digelar di pulau Peninsula kawasan The Nusa Dua, Jumat 16 Agustus 2024, menampilkan film bisu berjudul “Samsara”. Film garapan Sutradara Garin Nugroho ini, mengambil latar belakang Bali tahun 1930, yang mengangkat Magic Realism Mistisme atau hal-hal gaib yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Sutradara “Samsara”, Garin Nugroho, pengambilan film ini, dilakukan di Bali. Untuk lokasi shooting, ada di 6 lokasi, salah satunya ada di Kaldera Gunung Batur, Istana Anyar, Gunung Kawi, Tenganan, dan lokasi lain. Pembuatan film ini menurutnya, hanya membutuhkan waktu 12 hari dengan persiapan 3-4 bulan.

Dipilihnya bali sebagai lokasi shooting menurut Garin, karena Bali di tahun 30-an, sedang memasuki era emas. Karena kata dia, saat itu pariwisata untuk pertama mulai berkembang, yang saat itu juga banyak dikunjungi tokoh-tokoh dunia.

Sutradara Samsara, Garin Nugroho.

“Saat itu merupakan era yang sangat menarik di Bali. Dan tema realistic Magic Mistisisme ini diangkat karena mistis itu disukai dan dialami semua orang. Ini adalah tema yang penting di Indonesia dan Bali khususnya,” ucapnya, saat ditemui dalam talkshow di acara Intur 2024, Jumat 16 Agustus 2024.

Pesan yang ingin disampaikan dari film Samsara ini adalah, manusia akan mengalami tentang cinta dan kerakusan. Mistis itu ada pada diri setiap orang, baik itu saat akan menjadi pemimpin, untuk pasangan yang dicintai. Kadang kerakusan kata dia, akan mengakibatkan cinta yang kebablasan. “Semua itu terjadi di setiap kehidupan manusia. Semua itu terjadi dari dulu hingga sekarang. Cinta itu dapat menjadi kerakusan,” ucapnya.

Direktur Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra.

Sementara itu, Direktur Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra mengatakan, terkait film smansara yang dihadirkan di Indonesia Bertutur 2024, menceritakan tentang kelahiran kembali, sesuatu dari yang tidak baik menjadi baik. Hal ini menurutnya, tentu sangat cocok sekali dengan situasi saat ini. “Kita perlu melihat secara lebih luas atau makrokosmos. Samsara dibutuhkan untuk hari esok yang lebih baik. Samsara ini perlu disampaikan kepada masyarakat, untuk pengingat kita semua,” katanya menambahkan.

See also  Ratusan Peserta Ikuti Bali Championship The Dewata Series Vol.2 di Pulau Peninsula

Gelaran Indonesia Bertutur (Intur) 2024 ini, digelar di Bali, dengan mengusung tema “Subak: Harmoni dengan Pencipta, Alam, dan Sesama”. Intur 2024, merupakan megafestival yang kedua kalinya diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan, setelah sebelumnya berlangsung pada tahun 2022 di Borobudur, Yogyakarta, Jawa Tengah.

Festival ini, diadakan di Ubud dan Batubulan, Kabupaten Gianyar, serta Nusa Dua di Kabupaten Badung pada 7-18 Agustus 2024. Sejumlah karya seni dihadirkan pada Festival ini, dengan 120 karya seni pertunjukan, seni rupa, film, hingga seni media yang inspiratif. Untuk di Badung, festival ini diadakan di pulau Peninsula kawasan The Nusa Dua yang dikelola oleh ITDC, yang secara resmi dibuka Rabu 14 Agustus 2024.

“Indonesia Berturut digelar 2 tahun sekali sebagai upaya pelestarian dan memajukan kebudayaan. Tapi bagaimana cara menggali dengan kebudayaan relevan dengan anak muda saat ini. Kita melihat warisan budaya kita perlu di update, perlu dikeluarkan dan diperkenalkan dengan masyarakat indonesia. Indonesia Bertutur ini juga soal mengenal masa lalu, tapi juga diekspresikan dengan masa sekarang,” bebernya.

Untuk diketahui, film Samsara, bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dicintainya. Dia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, dalam prosesnya, ritual ini justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita.

Samsara menampilkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer. Samsara juga turut menampilkan seniman dan penari ternama Indonesia dan Bali, di antaranya Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.

See also  Seorang Napi Narkotika Bangli, Dipindah ke Nusakambangan

Pertunjukan musik Gamelan Bali dibawakan oleh I Wayan Sudirana, seorang komposer musik dan etnomusikologi lulusan University of British Columbia, Kanada. Ia mempelajari musik kuno Bali, berbagai tradisi musik dunia, dari Korea, Ghana, dan India, serta musik klasik barat. Selain itu, musik elektronik digital akan dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, yaitu Kasimyn dan Ican Harem, yang menyajikan hasil persilangan beberapa genre musik.

Produksi Samsara melibatkan para seniman yang telah berpengalaman dan mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya. Mereka adalah produser Gita Fara dan Aldo Swastia, penata busana Retno Ratih Damayanti, penata artistik Vida Sylvia, sinematografer Batara Goempar, I.C.S., dan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani (Bumi Bajra). (MBP)

 

redaksi

Related post