Desa Adat Asak Sebagai Desa Tua, Masih Pertahankan Tradisi Ngaben Dikubur dan Dibakar
AMLAPURA – baliprawara.com
Desa Adat Asak, merupakan salah satu desa kuna atau sering disebut Desa Tua, yang ada di Kabupaten Karangasem. Sebagai desa Tua, Desa Adat Asak sampai saat ini masih menjaga tradisi agama dan tradisi budayanya yang unik yang menjadi pembeda antara warga Bali Mula yang sudah tinggal di Asak sejak dahulu, dengan warga pendatang.
Salah satunya, tradisi ngaben yang secara umum dilakukan dengan cara dibakar, namun di Desa Adat Asak, masih menerapkan dua versi ngaben. Yakni, ngaben dengan cara dikubur, dan ngaben dengan cara dibakar.
Menurut Bendesa Adat Asak, Wayan Segara, sebagai desa tua, Desa Adat Asak memiliki adat istiadat yang sangat kuat, yang masih terjaga hingga saat ini. Salah satunya untuk prosesi ngaben, ada dua versi yang secara prosesi juga berbeda. Ia bahkan mengklaim bahwa tradisi ngaben dengan dua versi ini, mungkin satu-satunya ada di Bali.
“Di Desa Adat Asak, ini mungkin satu-satunya ngaben dengan dua versi yakni ngaben versi dikubur dan versi dibakar. Dalam prosesinya, ada dua ‘Salu’, yakni yang dibakar dan yang dikubur,” kata Wayan Segara, saat ditemui serangkaian upacara Ngaben, Mejong dan Ngeroras Massal tahun 2024, yang puncaknya 23 Agustus 2024.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk prosesi upacaranya yang dilakukan, juga berbeda. Yang mana, untuk yang dikubur, setelah upacara ngaben ada lanjutan prosesi yang dinamakan Mejong. Sedangkan, yang dibakar, upacaranya namanya ngeroras.
Begitu juga untuk kuburannya (setra) ada dua setra berbeda. Untuk pembakaran letaknya dibawah, dan untuk yang dikubur letaknya di atas. Tradisi ini bahkan sudah dilaksanakan sesuai dresta yang ada di Desa Adat Asak.
Ia menjelaskan, yang membedakan untuk Ngaben Dikubur dengan yang Dibakar adalah, kalau yang Kubur itu khusus untuk warga Bali mula yang berkedudukan di Asak sejak dulu. Sedangkan untuk yang pendatang, biasanya menggunakan prosesi ngaben secara dibakar.
“Karena desa ini merupakan Desa Tua. Konsep yang diambil, kami menerima konsep dari leluhur yang sudah ada dari dulu. Bahkan yang menarik, ada juga yang memandikan mayat untuk di Bali mula dilakukan di dalam kamar, tidak di natah. Kalau biasanya dilakukan di natah. Konsep ini tetap kita laksanakan.termasuk juga konsep dikubur dan dibakar,” bebernya. (MBP)