Tutup Bulan Bahasa Bali VII, Gubernur Koster: Kita Harus Bangga Memiliki Kekayaan Budaya

DENPASAR – baliprawara.com
Sebulan berlangsung, kegiatan Bulan Bahasa Bali VII 2025 ditutup Gubernur Bali Wayan Koster, Sabtu (1/3) malam di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Art Center Denpasar.
Gubernur Koster mengapresiasi acara Bulan Bahasa Bali VII telah berlangsung sukses. Patut disyukuri Bulan Bahasa Bali setiap tahun bisa berlangsung dan akan terus berlanjut. Dikatakan, ketika awal menjabat Gubernur Bali, pihaknya sempat khawatir generasi muda akan meninggalkan bahasa, aksara dan sastra Bali, karena pesatnya perkembangan teknologi. Di satu sisi ruang berbahasa Bali makin sempit. Di sekolah, para siswa berbahasa Indonesia. Di industri pariwisata para pekerja berbahasa asing. Di rumah, berkomunikasi dengan bahasa Bali kian berkurang. Fenomena itulah yang menggugah Gubernur Koster untuk membangkitkan dan menguatkan kembali budaya Bali, yang salah satu unsur pembentukannya adalah bahasa, aksara dan sastra Bali. Melalui visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Gubernur Koster membuat Pergub penguatan eksistensi desa adat. Hal ini dipandang penting karena desa adatlah yang menjaga dan melestarikan adat istiadat, tradisi, serta kearifan lokal Bali. “Kita patut bersyukur desa adat di Bali masih eksis. Hanya Bali yang punya desa adat yang bertahan hingga sekarang,” ujar Gubernur asal Sembiran Buleleng ini. Peraturan Gubernur untuk penguatan dan pemajuan kebudayaan juga dibuat. Juga dibuat Peraturan Gubernur tentang perlindungan dan penggunaan bahasa dan aksara Bali serta busana adat Bali.
Melalui kebijakan itu diharapkan budaya Bali makin kuat. Kemudian ke depan generasi penerus mampu menjaga jatidiri, karakter dan identitas nak Bali. “China dan Jepang taat beraksara warisan nenek moyangnya. Kita juga harus bersyukur punya warisan aksara Bali yang indah dan metaksu,” kata Gubernur Koster.
Itu makanya pada periode kedua ini pihaknya akan lebih tegas dan keras menegakkan Pergub tentang penggunaan aksara Bali. Serta menjaga keberlanjutan eksistensi Bali yang unik dan unggul ini.
Ditegaskan, krama Bali harus bangga memiliki kekayaan budaya. Kalau budaya tidak terawat, Bali tidak menarik lagi. Tanpa budaya tak ada pariwisata.
Karena itu Gubernur mengajak semua pihak menyatukan langkah bersama untuk menjaga budaya Bali. Budaya Bali harus tampil kuat.
Perkembangan teknologi yang makin pesat, mesti menjadikan kita lebih kuat menjaga dan menegakkan budaya Bali.
Sementara itu acara penutupan Bulan Bahasa Bali VII 2025 dimeriahkan penampilan juara I dan juara II debat bahasa Bali, serta penampilan penyanyi juara I lomba gending rare.
Penutupan Bulan Bahasa Bali VII juga
dimeriahkan penampilan juara mesatwa Bali, Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti duta Kota Denpasar dan pementasan drama modern dari Komunitas Kini Berseri Denpasar.
Penampilan juara debat berbahasa Bali dari Kabupaten Badung dan Gianyar, dengan tema “Dunia Maya Merusak Bahasa Bali” tersebut mendapat apresiasi Gubernur Koster. Demikian juga penampilan penyanyi cilik Putu Ayu Shtita Pradnya Diwiastra, siswa kelas V SD BBS Bangli, peraih juara I lomba gending rare.
“Penampilan para juara debat bahasa Bali sangat bagus. Demikian juga penampilan juara penyanyi gending rare, ” ujar Gubernur Koster.
Karena itu secara pribadi Gubernur Koster memberikan tambahan hadiah uang kepada para juara debat dan juara gending rare, karena telah berupaya melestarikan bahasa Bali.
Penutupan BBB VII bertema “Jagra Hita Samasta” tersebut diisi penyerahan piagam penghargaan kepada peserta pemenang lomba dan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada Ida Wayan Oka Granoka.
Pada acara itu Gubernur Koster juga meluncurkan tema Bulan Bahasa Bali ke VIII tahun 2026 “Atma Kerthi Udiana Purnaning Jiwa”.
Atas suksesnya pelaksanaan Bulan Bahasa Bali, Gubernur Koster juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Pemprov Bali, kabupaten/kota, desa adat, desa/kelurahan, sekolah dan kampus yang tekun menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali.(MBP2)