Rentetan 4 Kali Gempa Ternyata Tak Saling Berkaitan, Namun Patut Diwaspadai

 Rentetan 4 Kali Gempa Ternyata Tak Saling Berkaitan, Namun Patut Diwaspadai

DENPASAR – baliprawara.com

Gempa yang terjadi secara beruntun pada hari ini Selasa (7/7) ternyata tidak memiliki kaitan dengan gempa yang terjadi sebelumnya. Baik Gempa Laut Jawa di utara Jepara berkekuatan M6.1 yang terjadi pagi pukul 05.54.44 WIB, Gempa Selatan Banten M5.1 pukul 11.44.14 WIB, Gempa Selatan Garut M 5.0 pukul 12.17.51 WIB, dan Gempa Selatan Selat Sunda M 5.2 pada 13.16.22 WIB. Keempat gempa tersebut, berada pada sumber gempa yang berbeda, kedalaman yang berbeda, dan juga berbeda mekanisme. 

Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, ST., Dipl. Seis.,M.Sc., sebenarnya apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing. Kata dia, masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai stress maksimum sendiri-sendiri, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga sendiri sendiri. 

“Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Kita memang memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan maka itu hanya kebetulan saja,” bebernya.

Terkait apakah rentetan gempa ini sebagai pertanda akan terjadi gempa besar?. Hal itu kata dia sulit diprediksi, tetapi dengan adanya rentetan aktivitas gempa ini tentu patut diwaspadai. Karena dalam ilmu gempa atau seismologi, khususnya pada teori tipe gempa itu, ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka. Setiap gempa besar hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. 

See also  Ketua DPW Garda Pemuda NasDem Bali Kukuhkan PSP Bangli dan Kintamani

“Tetapi rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar. Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi yang penting juga untuk kita pahami,” ucapnya.

Banyak pertanyaan masyarakat yang menanyakan apakah gempa yang terjadi di Banten Selatan dan Selatan Garut bersumber dari sumber gempa yang sama?. Kedua gempa tersebut bersumber dari sumber gempa yang berbeda. Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer, sementara Gempa Selatan Garut dan Selatan Selat Sunda dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust.

Diungkapkannya, guncangan gempa M5,1 yang bersumber di Lebak sangat dirasakan di Jakarta karena adanya fenomena efek tapak  (local site effect). Dimana efek soft sedimen/tanah lunak  yang tebal di Kota Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa sehingga guncangan gempa diamplifikasi diperbesar guncangannya sehingga wilayah Jakarta sangat merasakan gempa tersebut. “Dalam teori gempa disebutkan bahwa dampak gempa tidak saja akibat magnitudo gempa dan jaraknya dari sumber gempa, tetapi kondisi geologi setempat sangat menentukan dampak gempa,” katanya menambahkan. (MBP)

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *