Karya Lotring Lebih Dikenal di Luar Daerah Asalnya

Penampilan Komunitas Seni Taksu Mandala dari Banjar Wijaya Kusuma, Ungasan, pada Parade Palegongan Klasik, Senin 14 Juli 2025.
DENPASAR – baliprawara.com
Popularitas I Wayan Lotring sebagai maestro gamelan palegongan dari wilayah Bali Selatan yakni Kuta, masih melekat hingga saat ini. Bahkan karya-karyanya masih menginspirasi bagi seniman untuk garapan-garapan baru.
Namun demikian, untuk di Bali Selatan, terutama wilayah Kuta Selatan, generasi muda justru tidak terlalu tertarik dengan Palegongan. Malahan karya-karya dari Lotring, lebih dikenal di wilayah Bali ke Utara.
“Popularitas Lotring di wilayah Bali ke Utara, bahkan lebih populer dan dikenal dibandingkan dengan di daerah asalnya di Bali Selatan. Hal itu menunjukkan kalau anak-anak muda di Bali khususnya Bali Selatan, masih kurang perhatiannya terhadap kesenian klasik,” kata Pembina Pelegongan Klasik Taksu Mandala, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Komang Trisandiasa Putra.
Dikatakannya, kurangnya antusias generasi muda terhadap legong klasik, karena dalam tarian ini, legong klasik memiliki ritme dan tempo yang pelan, serta melodinya agak melankolis. Sehingga, dalam pelegongan, hanya orang-orang tertentu saja yang tertarik dan terpilih. “Karena ngabetnya gending palegongan cukup sulit,” katanya.

Lebih lanjut Trisandiasa menyampaikan, generasi muda itu belum terlalu menikmati terhadap Palegongan. Meski demikian, pihaknya berharap generasi muda ke depan bisa lebih tertarik untuk melestarikan pelegongan. Mereka yang main biasanya secara spirit anak muda, harus tetap diarahkan agar membawakan palegongan tanpa mengubah esensi.
Ia menegaskan, upaya regenerasi ke depan perlu dilakukan edukasi secara intens, agar anak muda bisa lebih tertarik dengan palegongan. Ia juga mengupayakan bagaimana caranya menjadikan seni ini agar tetap menjunjung tinggi keharmonisan.
Pada gelaran Pesta Kesenian Bali ke-47, Komunitas Seni Taksu Mandala dari Banjar Wijaya Kusuma, Desa Adat Ungasan, Kuta Selatan, tampil pada Utsawa (Parade) Palegongan Klasik, Senin 14 Juli 2025. Bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, komunitas seni yang sebagian besar melibatkan anak muda ini, tampil membawa semangat pelestarian dan inovasi, dengan rangkaian tabuh dan tari Palegongan klasik serta kreasi baru.
Parade Pelegongan Klasik ini, duta kabupaten Badung tampil membawakan sebanyak empat garapan. Pertama adalah tabuh klasik petegak yang judulnya Kulicak, yang kedua membawakan Legong Jobog, ketiga Tabuh petegak Kreasi, dan terakhir membawakan legong kreasi berjudul Manohara.
Lebih lanjut dikatakan, untuk Legong kreasi berjudul Manohara diambil dari penggalan mantra yakni Manoharam. yang artinya keseimbangan. Yang mana Jagat Kerti, perlu keseimbangan, perlu sinergi yang benar-benar nyata antara putih dan hitam, feminim dan maskulin, rwa bhineda, yang kemudian digabungkan dan dikolaborasikan dengan spirit tari cak.
“Tari legong dan Cak ini digabungkan karena di kawasan Ungasan tarian Cak biasanya menjadi atraksi untuk wisatawan. Inilah yang diangkat di akhir pementasan. Ternyata ini sangat match dengan tarian kecak dan jadi kolaborasi yang sangat indah,” ucapnya.
Tarian ini melibatkan sebanyak 30 orang anak muda dengan persiapan latihan selama 3 bulan. Dalam pementasannya, pakem-pakem pelegongan masih tetap dijaga. Bahkan dalam garapan ini pihaknya juga masih mengacu pada karya dari maestro Legong yakni Lotring. “Ini juga didedikasikan untuk seniman Lotring. Pakem-pakemnya tetap dijaga agar pengembangan tradisinya lebih tertata,” ujarnya.
Salah seorang penari Legong, Bella, yang ditemui sebelum pentas mengakui kalau adanya perubahan generasi sekarang dibandingkan generasi lalu. “Anak-anak sekarang agak berbeda dengan yang dulu. Dimana generasi dulu agak keras, sedangkan sekarang kalau dikerasin agak susah,” ucapnya.
Namun demikian pihaknya berharap semakin bahyam generasi muda yang sadar dalam pelestarian budaya. Karena saat ini di jaman modernisasi di era globalisasi, dengan adanya internet, tentu keberadaan budaya bisa sedikit bergeser. “Saya harapkan masih ada anak muda yang peduli dalam pelestarian budaya, “ harapnya. (MBP1)