Usung Tema “Garis, Warna, dan Ruang”, Tien Hong Pameran Tunggal di Santrian Gallery Sanur

 Usung Tema “Garis, Warna, dan Ruang”,  Tien Hong Pameran Tunggal di Santrian Gallery Sanur

Tien Hong bersama Made Djirna dan pecinta seni Dewa Sahadewa saat pembukaan pameran tunggal Tien Hong, di Santrian Art Gallery, Jumat (19/9).

DENPASAR – baliprawara.com

Santrian Art Gallery Sanur kembali memberikan kesempatan kepada seniman untuk memamerkan karya senirupanya. Kali ini Santrian Art Gallery menampilkan Tien Hong, perupa kelahiran Banjar Lampu, Desa Catur Kintamani Bangli.

Pameran tunggal perdana Tien Hong ini mengusung tema “Garis, Warna dan Ruang”. Menampilkan 28 karya lukis, pameran tersebut dibuka seniman Made Djirna, Jumat 19 September 2025. Dari 28 karya yang dipamerkan, lukisan terbesar berukuran 160 cm x 160 cm, selebihnya ukuran bervariasi.

Lahir di lingkungan daerah agraris, Tien Hong memilih jalur berkesenian dengan penuh tanggung jawab dan menjaga eksistensi melalui perjuangan. Semua itu dilakoni seperti air mengalir. Lahir di desa pegunungan nan sejuk, Tien Hong amat dekat dengan alam.
Melalui pameran ini ia berharap ada masukan dan kritik konstruktif dari pecinta dan praktisi seni demi kematangannya berkarya ke depan.
Pria kelahiran 1982 ini akhirnya bisa berpameran tunggal karena didorong oleh para senior dan kerabat. Bahkan beberapa di antaranya selalu bertanya, “Kapan pameran tunggal?” Akhirnya lulusan ISI Denpasar ini bisa menjawabnya di Santrian Art Gallery, pada pameran yang dimulai 19 September 2025 hingga sebulan ke depan.
Atas dorongan semua pihak, Tien Hong menyampaikan terimakasih, utamanya Santrian Art Gallery yang telah memberi kesempatan baginya untuk berpameran. “Santrian telah mensupport seniman secara tulus. Saat ini kesempatan itu diberikan kepada saya. Terima kasih, ” ujar Tien Hong.

Kurator pameran, I Made Susanta Dwitanaya menyampaikan ini momen spesial bagi Tien Hong karena bisa pameran tunggal perdana.
Tien Hong salah satu pelukis abstrak yang dekat dengan alam. Di tengah kejenuhan beraktivitas sehari-hari, Tien Hong kerapkali memilih berjalan di antara rimbun pepohonan, di sela-sela lebat dedaunan, atau mendaki terjal perbukitan, atau menuruni curam lembah. Tetapi ia tidak datang untuk menghafal bentuk dedaunan, atau mengabadikan lengkung horizon di kanvasnya, atau menyalin panorama alam ke dalam bidang kanvas. Baginya, alam adalah ruang untuk bernapas, bukan ruang untuk mencatat, layaknya seorang naturalis. Ketika kembali ke studio, yang ia bawa adalah nuansa, ritme, dan gairah artistik tak kasatmata yang memantiknya melukis kembali.
Visual di kanvas Tien Hong bukanlah objek, melainkan resonansi perasaan yang ia alami di hadapan lanskap alam yang sublim. Ia tidak mengambil bentuk alam sebagai inspirasi dalam karya, tetapi membawa spirit dan kesegaran yang diberikan oleh alam untuk memantik pilihan visual abstrak yang membebaskan dari citra dan representasi.
Bagi Tien Hong, nirmana adalah bahasa hidup. Unsur rupa saling berdialog dan membangkitkan resonansi emosional.
Alam memberikan ritme, lalu nirmana merangkainya menjadi harmoni visual: sapuan kuas gestural sekaligus terstruktur; warna kontras yang imbang; ritme komposisi dan ruang yang terjaga.

See also  Tertinggi Sepanjang 2025, Bandara Ngurah Rai Layani Sebanyak 2,36 Juta Penumpang Selama Bulan Juli
Tien Hong bersama Dolar Astawa.

Beri Ruang Seniman

Manajer Santrian Art Gallery Made “Dolar” Astawa menyampaikan, Santrian tetap memberi ruang bagi seniman untuk berpameran, baik tunggal maupun tampil bersama.
Santrian rutin memberikan support kepada seniman berbagai genre di Bali maupun luar Bali untuk menampilkan karyanya.
“Kali ini perupa Tien Hong tampil dalam pameran tunggal dengan karya-karya abstraknya yang mempesona,” ujar Dolar Astawa yang juga perupa ternama. (MBP2)

Redaksi

Related post