Rektor UNR Prof. Ni Putu Tirka Widanti ‎Usung Filosofi Pemimpin Rendah Hati

 Rektor UNR Prof. Ni Putu Tirka Widanti ‎Usung Filosofi Pemimpin Rendah Hati

Prof. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM., M.Hum., bersama Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., MA.

DENPASAR- baliprawara.com
Sebagian orang menilai bahwa seorang profesor mengetahui segalanya. Puncak dari segala pengetahuan, sehingga tidak perlu lagi belajar hal-hal baru. Namun hal itu tidak berlaku bagi Rektor Ngurah Rai (UNR) Denpasar, Prof. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, M.M., M.Hum.

‎Sebaliknya, setelah dikukuhkan sebagai Profesor/Guru Besar bidang Kebijakan Publik Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar, dua tahun lalu, Tirka Widanti justru merasa perlu lebih banyak belajar.

‎Menyandang jabatan profesor baginya adalah tantangan tersendiri. Meskipun tak dipungkiri setiap dosen pasti berhasrat mencapai puncak pendakian tersebut agar pengabdian di bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi paripurna.

‎Baru-baru ini, Tirka Widanti menimba ilmu khusus di bidang telematika dan Artificial Intelegensi (AI) dari pakarnya langsung, Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A., pada ajang 8Th Annual Convention SPK Indonesia di Kota Bandung, Jawa Barat.

‎”Dari sisi usia, Prof. Eko Indrajit lebih muda dua tahun dari saya. Tapi soal teknologi informasi, saya enggak ada apa-apanya di banding beliau. Saya senang bisa menjadi muridnya,” kata Tirka Widanti.

‎Diketahui, Eko Indrajit adalah seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika asal Indonesia yang kini menjabat Rektor Universitas Pradita. Pengalamannya tidak diragukan lagi. Berbagai gelar didapatkan dari luar negeri serta pengalaman kerja yang luar biasa.

‎Wawasan baru yang diperoleh dari pertemuan di Bandung itu, sangat berarti bagi Tirka Widanti, khususnya bagi perkembangan UNR. Tak puas sampai di sana, sebagai rektor, ia berencana mengundang langsung Eko Indrajit ke UNR untuk menggetoktularkan pengetahuan di bidang AI.

‎Konsep kepemimpinan rendah hati memang dia terapkan di manapun dia mengabdi, termasuk di Green School, bahkan di lingkup keluarga. Sikap rendah hati bisa menghindari diri dari keangkuhan atau “nyapa kadi aku” dalam filosofi Bali.

‎”Saya merasa kemampuan saya terbatas. Tajam dalam satu bidang. Kalau debat soal konstruksi bangunan, tentu saya bisa kalah dengan mahasiswa smester awal prodi teknik sipil,” kata Tirka Widanti.

‎Rasa haus akan pengetahuan terus ia pelihara. Ia tak segan belajar dari security, staf bahkan anak kecil. Menurut Tirka Widanti pengetahuan sangat luas dan tidak terbatas. Tidak ada pemimpin yang mampu menguasai segala ilmu. Sehingga menjadi pemimpin yang bijaksana menjadi pilihan paling realistis.

‎Ia melanjutkan, sikap rendah hati pada pemimpin penting karena meningkatkan keterlibatan dan kinerja karyawan, memupuk kepercayaan dan budaya kerja yang positif, memfasilitasi pertumbuhan dan pembelajaran, serta membantu pemimpin mendapatkan promosi dan menghargai kontribusi orang lain.

‎Sebuah penelitian menunjukkan pemimpin yang rendah hati lebih mampu membangun rasa percaya, memberdayakan tim, dan mengelola kompleksitas di lingkungan kerja, sehingga menghasilkan organisasi yang lebih efektif.

‎Sebab, para pemimpin yang rendah hati akan berlaku adil, memiliki empati yang tinggi, serta akan mendengarkan karyawannya. Sehingga karyawan akan tidak segan untuk mengungkapkan ide, gagasan, termasuk kesulitan yang mereka hadapi saat bekerja. Tidak hanya bagi para pemimpin, setiap orang perlu bersikap rendah hati pada orang lain. Salah satu manfaatnya, agar dapat terhindar dari sikap sombong yang mampu merugikan orang lain. (MBP2)

See also  Indigo Airlines Beroperasi Perdana di Bandara Ngurah Rai, Konektivitas India ke Bali Bertambah

Redaksi

Related post