Jalur Pendakian ke Pucak Mangu Ditutup Sementara Terkait Karya Sakral Sepuluh Tahunan

 Jalur Pendakian ke Pucak Mangu Ditutup Sementara Terkait Karya Sakral Sepuluh Tahunan

Aktivitas pendakian di pucak Mangu.

MANGUPURA – baliprawara.com
Jalur pendakian menuju Pura Pucak Mangu di wilayah Desa Adat Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, resmi ditutup sementara selama hampir satu bulan. Kebijakan ini mulai berlaku dari 21 Oktober hingga 17 November 2025. Penutupan dilakukan karena kawasan suci tersebut akan menjadi pusat pelaksanaan karya besar yang digelar setiap sepuluh tahun sekali, melibatkan ribuan krama dari berbagai wilayah di Kabupaten Badung.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya menjaga kesucian tempat suci selama berlangsungnya rangkaian upacara keagamaan besar di Pura Penataran Agung Pucak Mangu. Pemerintah Kabupaten Badung bersama masyarakat adat setempat telah sepakat untuk sementara menutup akses pendakian demi kelancaran prosesi yadnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gede Sudarwitha, saat dikonfirmasi pada Jumat 24 Oktober 2025, menjelaskan bahwa penutupan ini dilakukan secara menyeluruh pada jalur pendakian dari arah Plaga. Menurutnya, selama masa tersebut, akan dilaksanakan berbagai rangkaian upacara suci yang sangat penting dalam tradisi masyarakat Bali.

Sudarwitha merinci bahwa kegiatan keagamaan itu meliputi Pujawali, Mapadudusan Agung, Manawa Ratna, Mapeselang, Mapadanan Madasar Tawur Balik Sumpah Utama, hingga pelaksanaan Segara Kerthi, Danu Kerthi, dan Wana Kerthi. Semua upacara ini merupakan bagian dari prosesi besar yang diyakini dapat menjaga keseimbangan alam semesta serta keharmonisan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Dalam kesempatan tersebut, Sudarwitha juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, khususnya para pendaki yang kerap menjadikan jalur menuju Puncak Mangu sebagai lokasi favorit untuk aktivitas spiritual maupun wisata alam. Ia meminta pengertian agar masyarakat dapat menunda sementara kegiatan pendakian sampai seluruh prosesi selesai dilaksanakan.

“Kami mohon pengertian masyarakat, terutama para pendaki, untuk sementara tidak melakukan pendakian ke Pucak Mangu. Saat ini di puncak sedang berlangsung karya suci yang dilaksanakan sekali dalam sepuluh tahun,” ungkapnya.

See also  Kondisi Sosial dan Ekonomi Akibat Covid-19, Bisa Berpengaruh Terhadap Stabilitas Pertahanan dan Keamanan

Pejabat asal Kecamatan Petang tersebut menegaskan bahwa keputusan penutupan jalur pendakian tidak hanya demi menjaga ketertiban selama upacara berlangsung, tetapi juga untuk memastikan kesucian kawasan suci tetap terjaga dari segala aktivitas yang berpotensi mengganggu jalannya upacara. Prosesi yadnya ini melibatkan ribuan warga adat yang datang dari berbagai desa pakraman di Kabupaten Badung dan sekitarnya.

Lebih lanjut, Sudarwitha menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Badung memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan karya sakral ini, baik dari sisi fasilitasi, koordinasi, hingga bantuan pendanaan. Pemerintah juga memastikan seluruh kebutuhan logistik dan sarana pendukung upacara dapat berjalan dengan lancar, sejalan dengan nilai-nilai pelestarian adat dan budaya Bali.

Menurutnya, dukungan tersebut juga mengacu pada Peraturan Bupati (Perbup) yang mengatur tentang tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pelaksanaan upacara di Kahyangan Jagat maupun Sad Kahyangan yang berada dalam wilayah administratif masing-masing.

“Pemerintah Kabupaten Badung turut menanggung tanggung jawab sebagai pengempon salah satu Sad Kahyangan, yakni Pura Pucak Mangu. Dukungan ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan nilai-nilai adat, agama, tradisi, dan budaya Bali,” jelasnya.

Selain memberikan dukungan teknis dan anggaran, pemerintah juga berkoordinasi dengan aparat keamanan, pecalang, serta instansi terkait untuk memastikan seluruh kegiatan berjalan tertib dan aman. Dengan pelibatan berbagai pihak, diharapkan pelaksanaan karya besar ini dapat berlangsung dengan khidmat tanpa gangguan dari luar.

Sudarwitha yang juga mantan Camat Petang menambahkan, puncak karya di Pura Penataran Agung Pucak Mangu dijadwalkan berlangsung pada Purnama Kalima, tepatnya 5 November 2025. Momentum ini menjadi bagian penting dalam kalender spiritual masyarakat Bali karena dipercaya dapat memperkuat keharmonisan antara alam, manusia, dan Tuhan (Tri Hita Karana).

See also  "RATNA" Karya Inovasi Mahasiswa dan Dosen FT Unud Siap Bantu Tenaga Medis

Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat untuk ikut menjaga suasana kondusif selama rangkaian upacara berlangsung. Kesadaran kolektif dinilai menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan upacara yang sarat dengan nilai sakralitas tersebut.
“Upacara besar yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun ini menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk memperkuat spiritualitas dan kebersamaan dalam menjaga keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan. Karena itu, kami harapkan masyarakat ikut menjaga ketertiban serta menghormati seluruh prosesi hingga selesai,” tuturnya.

Selama masa penutupan jalur pendakian, pemerintah bersama krama adat juga melakukan berbagai kegiatan persiapan seperti pembersihan area pura, penataan jalur prosesi, serta pembenahan sarana pendukung. Akses menuju area puncak hanya diperuntukkan bagi umat yang terlibat langsung dalam kegiatan keagamaan.
Sementara itu, foto dokumentasi yang beredar menunjukkan aktivitas warga dan pecalang saat melakukan pembersihan di jalur pendakian Pucak Mangu beberapa hari sebelum penutupan resmi diberlakukan. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari persiapan spiritual dan simbolis sebelum kawasan suci ditutup sementara.

Dengan adanya penutupan ini, diharapkan masyarakat luas dapat memahami pentingnya menjaga kesucian tempat suci selama berlangsungnya karya besar tersebut. Pemerintah Kabupaten Badung menegaskan kembali komitmennya untuk terus melestarikan warisan budaya dan spiritualitas Bali sebagai identitas luhur yang harus dijaga bersama. (MBP/a)

 

redaksi

Related post