Mereka-reka Perkenomian Bali 2026: Teropongan dari Sisi Akademis

 Mereka-reka Perkenomian Bali 2026: Teropongan dari Sisi Akademis

MODERATOR – Prof. IB Raka Suardana saat menjadi moderator Seminar Nasional Indonesia Economic Outlook 2026 yang digelar BPR Kanti, Senin 8 Desember 2025.

Oleh: Prof. Dr. IB Raka Suardana
(Guru Besar FEB Undiknas Denpasar)

Arah perekonomian Bali tahun 2026 jika diteropong dari sisi akademis menunjukkan dinamika yang bergerak antara optimisme pertumbuhan dan kewaspadaan terhadap berbagai risiko struktural. Pemulihan ekonomi Bali pascapandemi menunjukkan tren positif dan konsisten. Pada triwulan I 2025 ekonomi Bali tercatat tumbuh 5,52% secara tahunan, ditopang oleh sektor pariwisata, konsumsi, dan peningkatan pergerakan masyarakat. Pada triwulan II 2025, pertumbuhan meningkat menjadi 5,95%, memperkokoh posisi Bali sebagai salah satu provinsi dengan kinerja ekonomi terbaik di Indonesia. Bahkan pada triwulan III 2025, pertumbuhan tetap terjaga di level 5,88% dan masuk empat besar tertinggi nasional.

Struktur ekonomi Bali masih didominasi sektor pariwisata yang memberi kontribusi sekitar 54% terhadap PDRB Bali. Pemulihan sektor ini terus diperkuat oleh peningkatan kedatangan wisatawan, modernisasi layanan berbasis digital, dan integrasi sistem pembayaran seperti QRIS di berbagai pusat ekonomi dan ekosistem wisata. Peningkatan transaksi digital dan transformasi ekonomi digital membuka ruang baru untuk efisiensi dan pembentukan nilai tambah, khususnya bagi usaha jasa, transportasi, perhotelan, dan ekonomi kreatif. Di sisi lain, sektor pertanian, UMKM, serta usaha berbasis kearifan lokal mulai mendapat perhatian kembali sebagai strategi diversifikasi dan stabilisasi, terutama untuk menghadapi kondisi eksternal yang tidak terduga.

Prof. IB Raka Suardana

Namun peluang tersebut hadir dengan tantangan yang tidak sederhana. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai dicatat belum merata. Sebagian besar manfaat pertumbuhan masih dinikmati pelaku besar di kawasan pusat pariwisata, sementara pelaku UMKM serta masyarakat di wilayah non-destinasi belum begitu merasakan dampak signifikan. Ketergantungan ekonomi Bali pada pariwisata membuat struktur ekonomi rentan terhadap gangguan global seperti gejolak geopolitik, krisis kesehatan global, bencana alam, serta perubahan pola wisata dunia yang semakin berorientasi keberlanjutan. Selain itu, peningkatan digitalisasi perlu dibarengi inklusi teknologi agar tidak menciptakan jurang digital baru antara pelaku usaha besar dan usaha ultramikro.

See also  Implementasi Ajaran Tat Twam Asi dalam Penggalangan Dana ASN Bali

Dengan membaca data dan kecenderungan makro tersebut, peluang Bali tahun 2026 terletak pada akselerasi transformasi ekonomi digital, penguatan pariwisata berbasis keberlanjutan, serta diversifikasi ke sektor pertanian, ekonomi kreatif, dan usaha domestik berbasis komunitas. Tantangan utama terletak pada pemerataan hasil pertumbuhan, mitigasi risiko eksternal, dan peningkatan kapasitas adaptif pelaku ekonomi lokal.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Bali memiliki peluang besar untuk menjaga momentum pertumbuhan stabil di kisaran 5–6 persen pada tahun 2026, namun keberhasilan tersebut sangat ditentukan oleh strategi diversifikasi ekonomi, pemerataan hasil pembangunan, serta kebijakan berbasis data yang berpihak pada keberlanjutan jangka panjang. (*)

Redaksi

Related post