Diminati Musisi Luar Negeri, Sejak 2005 Wayan Tuges Pasarkan 2 Ribu Gitar Ukir

 Diminati Musisi Luar Negeri, Sejak 2005 Wayan Tuges Pasarkan 2 Ribu Gitar Ukir

GIANYAR – baliprawara.com

Sejak tahun 2005, seniman ukir asal Banjar Sakih, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar, I Wayan Tuges telah memproduksi gitar dengan ornamen ukiran khas Bali. Agar bisa membuat gitar berkualitas, dirinya belajar selama dua tahun dengan seorang seniman asal Amerika Serikat. Setelah dua tahun belajar, usaha ini diresmikan dan diperkenalkan pada sebuah ajang festival jazz.

“Sebelumnya, saya sudah sering mengukir togog (patung-red). Sejak SD memang sudah belajar mengukir. Hingga saat ini berlanjut untuk mengukir gitar dan dipasarkan,” kata Wayan Tuges.

Tak hanya gitar, sejak tahun 2005, ia juga memproduksi instrumen musik berdawai seperti ukulele, mandolin dan bass. Sejauh ini ia telah mampu menjual sekitar 2.000 gitar. Tak tanggung-tanggung, pembelinya dominan berada di Amerika Serikat.

“Yang beli, musisi asal Amerika Serikat, seperti Michael Franti, dan lainnya, juga ada Iwan Fals, Dewa Budjana dan beberapa seniman nasional lainnya. Tidak begitu banyak yang lokal tapi memang lebih dominan musisi luar,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan Tuges, selama Covid-19, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali terus berkurang dan hampir tidak ada. Praktis, hal ini sangat berpengaruh pada tingkat pemesanan gitar. Selain itu, akibat pandemi Covid-19 ini, pihaknya juga mulai melakukan pengurangan tenaga kerja selama proses produksi. “Sebelumnya ada 15-20 orang, namun saat ini hanya mempekerjakan 10 tenaga kerja,” bebernya.

Untuk persentase pemesanan gitar juga mengalami penurunan lebih dari 50 persen. Biasanya di waktu normal bisa memproduksi lebih dari lima jenis gitar. Namun, saat ini hanya memproduksi dua sampai tiga jenis gitar. Untuk pembuatan satu buah gitar membutuhkan waktu minimal dua sampai tiga bulan hingga satu tahun. Kayu yang digunakan yaitu jenis kayu spruce, beberapa kayu impor, dan ada kayu cempaka lokal yang dipakai sebagai bahan utama gitar.

See also  Covid-19 dari Sebuah Pandemi, Ramalan Hingga Paksaan Perubahan Paradigma dan Inersia Kehidupan

Selama Covid-19, dirinya hanya memasarkan gitar ukir melalui media sosial. “Penjualannya selama Covid ini menggunakan sistem online melalui media sosial Instagram dan Facebook. Ada juga pemesan yang langsung datang ke tempat produksi kami, tapi tidak banyak,” ucapnya menambahkan. (MBP1)

prawarautama

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *