Abrasi Pantai Kuta Makin Parah, Sejumlah Pohon Perindang Roboh
MANGUPURA – baliprawara.com
Abrasi yang melanda kawasan pantai Kuta, kini semakin parah akibat cuaca ekstrem yang melanda sejak beberapa hari terakhir. Tak hanya merobohkan lapak pedagang pantai Kuta yang berupa gerobak kayu, Cuaca ekstrim berupa gelombang tinggi dan angin kencang, juga mengakibatkan pasir di sejumlah titik tergerus ombak.
Kondisi terparah terlihat di depan Setra Asem Celagi, Kuta. Yang mana, dari pantauan, sejumlah pohon perindang berukuran besar, berjatuhan akibat tergerusnya pasir di bawahnya. Kondisi ini kemudian diperparah dengan adanya sampah pantai berapa produk plastik yang mulai menepi. Tentu kondisi ini sangat mengganggu pemandangan, terutama saat libur Natal dan Tahun Baru saat ini.
Salah seorang pengunjung asal Bandung, Dewi yang ditemukan di pantai Kuta, mengaku sangat terganggu dengan kondisi cuaca kurang bersahabat. Pasalnya, dengan kondisi cuaca yang terus hujan, dirinya mengaku tidak bisa kemana mana. Beruntung hari ini, kondisi cuaca mulai mereda, sehingga ia bersama keluarga, bisa berkunjung ke pantai Kuta. “Iya, sebelumnya kita di hotel aja nggak bisa kemana-mana akibat hujan lebat. Sekarang kebetulan cuaca agak reda, kami sengaja ke pantai untuk bisa berfoto-foto bersama keluarga,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Satgas Pantai Kuta, I Wayan Sirna, saat dikonfirmasi, Senin 26 Desember 2022, mengatakan, terkait cuaca ekstrim yang terjadi, sebenarnya sudah muncul sejak Rabu 12 Desember 2022 sore sekitar pukul 18.00 Wita. Pada malam hari pukul 21.30 Wita, kondisi angin kembali meningkat dan bisa dibilang menjadi puncaknya saat itu. Alhasil pada Kamis 22 Desember 2022 pagi, sejumlah tenda pedagang pasar seni mengalami kerusakan.
Pada Jumat 23 Desember 2022 malam, kondisi angin kembali mengalami peningkatan, hingga membuat sejumlah gerobak pedagang terjatuh dan mengalami kerusakan. Kondisi itu juga mengakibatkan rak tempat papan surfing yang berada di pinggir pantai sempat terseret ombak hingga sejauh 5 meter. Saat itu cuaca ekstrim juga dibarengi gelombang air laut setinggi 2 hingga 2,5 meter, karena bertepatan dengan tilem (bulan mati). “Kondisi ini memang lumrah terjadi pada saat puncak musim hujan. Kami sudah melaporkan iru kepada Desa Adat selaku pengelola Pantai Kuta,” ungkapnya.
Disinggung terkait abrasi yang semakin parah, Sirna tidak tampil hal itu. Ia mengungkapkan, abrasi yang terjadi saat ini, kondisi semakin parah karena selain menghabiskan daratan, sejumlah pohon kelapa dan pohon perindang, juga habis tergerus.
Dulu kata dia, saat awal penataan pada tahun 2005 silam, saat itu sudah dilakukan penambahan pasir hingga mencapai 30 meteran ke bibir pantai. Namun, akibat abrasi yang terjadi, hingga tahun 2022 ini, kondisi daratan hampir habis. “Di sepanjang pantai, kondisi abrasi parah sekali. Dulu waktu penataan tahun 2005, penambahan pasir hampir mencapai 30 meter sampai bibir pantai. Namun saat ini, kembali tergerus, hingga puluhan pohon kelapa dan pohon perindang habis,” bebernya.
Lebih lanjut dikatakan, pantai Kuta yang memiliki bentang pantai sepanjang 4 km, dari ujung landasan bandara hingga perbatasan Legian, diharapkan dapat segera diambil tindakan penanganan. Karena, apabila kondisi ini dibiarkan, dikhawatirkan abrasi akan menyentuh bangunan satgas pantai. Karena, kondisi seperti ini pasti akan terus terjadi sepanjang tahun, yang mana kondisi gelombang tinggi, akan terus mendekati daratan. “Biasanya kalau pas gelombang tinggi di musim-musim tertentu. Air laut naik hingga mencapai jalan raya. Kami khawatir bisa menggerus bangunan satgas,” katanya sembari berharap agar segera ada tindakan penanganan abrasi. (MBP1)