AFPI Optimis Fintech Lending Tumbuh Sebesar 50 Persen Tahun 2022
MANGUPURA – baliprawara.com
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bambang W. Budiawan, mengatakan, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022, akan semakin membaik. Pertumbuhan diperkirakan di kisaran angka 5,0 – 5,2%.
Belajar dari tahun 2020, perlu tetap mengantisipasi potensi gelombang pandemi lanjutan yang dapat mengancam pemulihan perekonomian yang telah berjalan cukup baik. Apalagi dengan kemunculan varian Omicron di beberapa negara, tentu juga perlu menjadi perhatian agar tak mengancam akselerasi pemulihan ekonomi.
Karena seperti diketahui, selama ini, Indonesia menghadapi beberapa tantangan utama, yang diperburuk dengan mewabahnya virus Covid-19 di Indonesia sejak 2020. Yang mana, capaian pertumbuhan ekonomi, sempat minus 2,07% pada tahun 2020. Namun perlu disyukuri, kondisi pertumbuhan ekonomi Triwulan 3 tahun 2021, telah membaik dengan tumbuh sebesar 3,51% year on year.
Untuk itulah, OJK terus mendukung penuh upaya percepatan pemulihan perekonomian nasional. Salah satunya adalah dukungan melalui pendanaan UMKM melalui industri peer-to-peer lending atau fintech lending. Dalam hal ini, OJK mendorong penyaluran pinjaman ke sektor produktif atau UMKM agar terus ditingkatkan.
Dikatakannya, data per Oktober 2021, penyaluran industri fintech lending ke sektor produktif sebesar Rp69,39 triliun atau 53,63% dari total penyaluran sepanjang tahun. Prosentase ini kata dia, terus naik dibandingkan tahun 2019 dan 2020. Salah satu alasan mengapa pendanaan UMKM sangat diperhatikan dalam industri fintech lending yaitu karena UMKM merupakan pilar terpenting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional.
“Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2021, jumlah UMKM yang mencapai 99,9% dari pelaku usaha juga telah berhasil menyerap tenaga kerja sebesar 97% dari total tenaga kerja Indonesia. Secara keseluruhan, UMKM telah berkontribusi sebesar 61,07% terhadap PDB Indonesia atau senilai Rp8.573,89 triliun,” katanya pada Diskusi Panel “Fintech Lending Outlook 2022”, di Hotel Conrad, Kuta Selatan, Badung, Jumat 10 Desember 2021.
Lebih lanjut kata Bambang, menurut data we are social dan hootsuite, menyebutkan bahwa ada sebanyak 202,6 juta penduduk di Indonesia terkoneksi dengan internet dan 170 diantaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Jumlah tersebut terus bertumbuh signifikan masing masing 15,5% dan 6,3% yoy. “Angka tersebut menggambarkan besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia di masa depan yang perlu dimanfaatkan secara optimal terutama oleh industri fintech lending,” ucapnya.
Berdasarkan data sampai dengan bulan Oktober 2021, industri fintech lending telah berhasil menyalurkan pinjaman sebesar Rp 272 triliun sejak kehadirannya di Indonesia. Kini telah ada sekitar 72 juta rekening pengguna dengan transaksi pinjaman lebih dari 500 juta transaksi. Lebih lanjut, data pada akhir Oktober 2021, juga menunjukkan adanya pertumbuhan pinjaman outstanding yang signifikan mencapai lebih dari 110% (yoy) atau menjadi sebanyak Rp27,91 triliun. Tak hanya itu, kualitas pinjaman juga semakin membaik dengan angka TKB90 sebesar 97,87% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 92,42%.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah yang hadir pada diskusi panel ini mengatakan, fintech lending tahun 2021 ini, tumbuh 100% dibandingkan 2020, disaat industri keuangan sebagian besar mengalami Zero dan negatif. Pihaknya optimis, fintech lending akan tumbuh sebesar 50 persen pada tahun 2022. “Kami melihat bahwa ruang tumbuh di tahun depan di 2022 itu masih tetap akan tinggi. Ya setidaknya akan terjadi paling nggak ada tumbuh 50%. Jadi kami optimis, karena salah satunya adanya dukungan dari perbankan, Multifinance, BPR. Kolaborasi-kolaborasi itu akan semakin meningkat di Tahun 2022 nanti,” ucapnya.
Namun demikian, pihaknya menyebutkan kalau tantangan kedepan adalah belum semua UMKM di Indonesia, terintegrasi dalam ekosistem apalagi ekosistem digital. “Kami yakin bahwa, banyak sekali pemangku kepentingan yang peduli untuk mengupgrade supaya UMKM kita ini semakin terintegrasi dalam ekosistem-ekosistem digital. Artinya potensi dari 60 juta lebih UMKM Indonesia itu semakin ke depan akan semakin digital,” harapnya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Bernardino Vega, Ketua Bidang Kelembagaan dan Hubungan Internasional AFPI yang juga CEO AdaKami. Sementara sebagai panelis, Tris Yulianta, Direktur Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan, Bambang Dwi Anggono, Direktur Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan (LAIP) Kemkominfo. Akhmad Sudirman Tavipiyono, Direktur Fasilitasi Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan, (Plt. Sekretaris Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil), Kementerian Dalam Negeri RI. Adrianus Hitijahubessy, Deputi Bidang Manajemen Risiko dan Teknologi AFPI dan CEO JULO, Perwakilan dari Bank Negara Indonesia.
Untuk diketahui, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) merupakan asosiasi yang resmi ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Asosiasi Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI). (MBP1)