Alih Media Seni, Dorong Transformasi Nilai dan Peluang Ekonomi Kreatif

 Alih Media Seni, Dorong Transformasi Nilai dan Peluang Ekonomi Kreatif

Narasumber dan moderator Aguron-guron “Upaya Alih Media Seni Kini” FSBJ VII Kamis (24/7) di Taman Budaya Bali.

DENPASAR – baliprawara.com

Alih media dalam seni tak hanya sebatas perubahan bentuk, namun juga menyentuh aspek nilai, makna, hingga pengalaman estetis. Dalam era seni Bali modern dan kontemporer, proses ini menjadi semakin relevan, terutama dengan berkembangnya teknologi digital yang membuka jalan baru bagi seniman mengelaborasi karya.

Salah satu wujud nyata transformasi tersebut tampak pada dunia perfilman, di mana karya sastra dialihwahanakan ke dalam bahasa gambar sinema.
Menurut seniman visual dan pertunjukan asal Singaraja, Putu Kusuma Wijaya, sinema sebagai bentuk alih media kini tengah berada di puncak kejayaan, khususnya di Indonesia yang kini menjadi magnet bagi industri audio visual global.

“Perusahaan Cina bahkan telah membangun bisnis drama layar vertikal di Indonesia, mengadaptasi cerita-cerita dari Tiongkok menjadi konten berbahasa Indonesia. Ini bukti bahwa pasar industri kreatif kita mendapat sorotan dunia,” ujar Kusuma Wijaya saat menjadi narasumber dalam diskusi Aguron-Guron bertajuk “Upaya Alih Media Seni Kini”, serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2025 di Kalangan Angsoka, Kamis (24/7).

Namun, ia juga menegaskan bahwa proses alih media bukan hal mudah secara ekonomi. “Perlu biaya dan tenaga yang besar. Saya berharap FSBJ ini menjadi ruang untuk membangkitkan kesadaran, bahwa Bali punya kekayaan budaya yang bisa kita angkat ke ranah media seni kontemporer,” tambahnya.

Seniman ilustrator Ida Bagus Antoni Putra alias Monez turut memperkuat pandangan tersebut. Ia menilai, alih media kini adalah keniscayaan di era digital. “Generasi muda saat ini menyerap informasi secara visual, bukan lagi lewat teks. Tradisi tetap hidup, tapi medianya berubah,” katanya.

Monez yang dikenal dengan gaya ilustrasi Pop Art bercorak budaya Bali—mulai dari mitologi, cerita rakyat, hingga warna-warna khas—mengajak para kreator muda untuk konsisten menjaga orisinalitas dalam berkarya. Ia juga menegaskan bahwa dunia ilustrasi digital bukan sekadar ekspresi seni, tapi juga peluang karier dan bisnis yang menjanjikan.

See also  Tingkatkan Kualitas Layanan Informasi, PPID Universitas Udayana Ikuti Diseminasi Kebijakan dan Penguatan Keterbukaan Informasi Publik

“FSBJ ini bisa menjadi titik temu bagi komunitas kreatif untuk terus berkembang dan memperluas karya di ranah digital,” tandasnya.
Acara Aguron-guron yang dihadiri kalangan siswa, mahasiswa dan masyarakat umum tersebut dipandu Ida Ayu Frischa, kurator dan peneliti senirupa kontemporer; fokus pada alih media dan seni visial Bali.
(MBP2)

Redaksi

Related post