Bali Direkomendasikan Bangun Kebun Koleksi Mangga Lokal Bali

 Bali Direkomendasikan Bangun Kebun Koleksi Mangga Lokal Bali

Ir. Putu Suwardike, MP., (kanan) usai ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktor pada program studi doktor (S3) Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana di Denpasar pada Jumat (26/8).

DENPASAR – baliprawara.com 

Pemerintah Provinsi Bali direkomendasikan untuk membangun kebun koleksi plasma nutfah mangga lokal Bali, sebagai pusat konservasi ex-situ. Kebun koleksi tersebut juga bisa berfungsi sebagai pusat pelestarian dan pengembangan aksesi potensial secara berkelanjutan melalui penelitian dan pengembangan. Pembangunan kebun koleksi dapat memanfaatkan sebagian lahan pada kebun-kebun percobaan milik Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Rekomendasi tersebut disampaikan oleh Ir. Putu Suwardike, MP., saat mempertahankan disertasinya dalam ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktor pada program studi doktor (S3) Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana di Denpasar pada Jumat (26/8). Dosen Universitas Panji Sakti Singaraja ini menyampaikan disertasi dengan judul “Studi Morfologi, Agronomi, Dan Molekuler  Mangga (Mangifera sp.) Lokal Bali Sebagai Dasar Pengembangannya”.

Berdasarkan hasil penelitian selama 48 bulan, sejak Nopember 2016 hingga Nopember 2020, pria kelahiran 25 Oktober 1969 mencatat terdapat 44 aksesi (populasi tanaman dengan karakteristik morfologis spesifik dari wilayah tertentu) mangga lokal Bali. Terdiri dari 34 aksesi tergolong landraces dan 10 aksesi non landraces. Berdasarkan spesiesnya, aksesi mangga lokal Bali yang ditemukan berasal dari 4 spesies, yaitu M. indica L.; M. odorata Griff.; M. foetida Lour. dan M. lalijiwa Kosterms. “Ditambah dengan M. caesia Jack yang telah diteliti sebelumnya oleh Rai et al. (2008), maka secara keseluruhan terdapat 5 spesies mangga di Bali,” kata Suwardike.

 

Suwardike menjelaskan, secara morfologi, aksesi mangga lokal Bali memiliki variasi pada bentuk kanopi, karakter batang, daun, bunga, buah dan biji.  Hal ini menunjukkan bahwa variasi karakter morfologi aksesi mangga lokal Bali memiliki rentang yang sangat luas sehingga mengenal aksesi mangga lokal Bali tidak cukup hanya menggunakan satu penciri morfologi. Diduga hal ini terjadi karena kemiripan satu aksesi dengan aksesi lainnya justru cukup menyulitkan identifikasi sampai tingkat jenis.

See also  KPU Denpasar Gelar  Webinar "Pilwali Kota Denpasar 9 Desember 2020 Di Tengah Pandemi Covid 19"

Disertasi Suwardike mengungkap beberapa temuan baru, salah satunya potensi Poh Bikul (Mangga Bikul) sebagai varietas unggul baru (VUB) manga lokal Bali. Mangga  lokal Bali ini memiliki ruang diisi biji pada pelok tergolong rendah karena pada umumnya buah mangga ini memiliki biji sangat pipih, bahkan tidak berbiji, dalam Bahasa Bali disebut Ngumpen. “Ditemukan potensi perubahan sifat genetik Mangga Bikul hanya 30% jika diperbanyak secara generatif, dan sekitar19,05% jika diperbanyak secara vegetatif,” paparnya. 

Menurut Suwardike, Poh Bikul memiliki lebar buah 4,19 cm dan tebal buah 3,87 cm,  terkecil  dibanding aksesi lainnya, namun menunjukkan edible fruit 83,44%, total gula 63,94%, dan TSS 23,35 oBrix tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Poh Bikul merupakan aksesi paling unggul dilihat dari kandungan total gula pada buahnya. Kandungan total gula ditentukan oleh banyak faktor. Selain faktor genetik, tingkat kemasakan buah saat panen dan lama penyimpanan setelah panen juga sangat menentukan kadar gula dalam daging buah

Ia mengungkapkan secara umum mangga lokal Bali secara umum memiliki berat per buah berkisar antara 86,1-672,4 g. Poh Sakti merupakan aksesi dengan buah berukuran paling kecil. Sedangkan Brazil menunjukkan berat buah tertinggi. Brazil memiliki berat per buah tertinggi karena memiliki lebar buah (10,25 cm) dan tebal daging buah (3 cm) tertinggi. Panjang buah bervariasi antara 6,56-18,28 cm.  Poh Golek memiliki Panjang buah terpanjang. Sedangkan Poh Pelem memiliki buah terpendek. Poh Brazil menunjukkan lebar buah dan tebal buah tertinggi, yaitu sebesar 10,25 cm dan 9,18 cm. 

See also  Bupati Sanjaya Ngupasaksi Karya Ngenteg Linggih Pura Sang Hyang Landu 

Suwardike menambahkan berdasarkan peniaian keunggulan karakter agronomi 44 aksesi  mangga lokal Bali menunjukkan besaran standar deviasi berkisar antara 0,88-1,31 dan ragam antara 0,77-1,71.  Arumanis 143 dan Poh Depeha menunjukan total skor tertinggi diantara 44 aksesi mangga lokal Bali.

Sementara Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S.selaku promotor berharap Putu Suwardike dapat mengembangkan hasil penelitian dan melanjutkan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. “Dilakukan riset-riset yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Prof. Rai.

Suwardike juga diharapkan dapat berperan dalam membangun dan mengembangkan pertanian, khususnya di Singaraja. Terutama dalam upaya pelestarian mangga lokal Bali. (MBP)

 

redaksi

Related post