BBB VII, Diskriminasi Perempuan dalam Buku Made Suar – Timuhun

DENPASAR – baliprawara.com
Bedah buku, salah satu agenda Bulan Bahasa Bali VII 2025. Buku kumpulan cerpen karya Made Suar -Timuhun.
Ada dua buku yang dibedah yakni “Klangen Ngeberang Angen” dan “Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat.”
Bedah buku di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Selasa 11 Februari 2025 itu digelar atas kerjasama Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dengan Komunitas Mahima, Suara Saking Bali, Pustaka Ekspresi dan Komunitas Wartawan Budaya.
Dua pembedah dihadirkan yakni I Made Wiadnyana (Penyuluh Bahasa Bali) yang membahas buku Klangen Ngeberang Angen dan Made Nurjaya Putra Mahadika (penulis dan guru) membahas buku Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat.
Diskusi selama dua jam ini berjalan hangat dengan kehadiran siswa SMAN 3 Denpasar, SMPN 14 Denpasar dan beberapa Penyuluh Bahasa Bali.
Made Wiadnyana menuturkan, kumpulan cerpen Klangen Ngeberang Angen memuat 13 cerpen dengan tema edukasi hingga persoalan cinta.
Yang menarik menurutnya adalah salah satu cerpen berjudul Tresna Muduhin. “Tidak seperti pada umumnya, karena cinta menjadi gila. Tapi ini orang gila yang jatuh cinta,” paparnya.
Selain itu, ada juga beberapa cerpen yang memuat edukasi dan petuah. “Secara umum cerpen ini hampir senada. Beberapa juga konfliknya kurang diolah sehingga terkesan datar,” paparnya.
Sementara Made Nurjaya menyebut kumpulan Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat banyak memuat cerita diskriminasi terhadap perempuan.
Dari 11 cerpen, ia mencatat ada 8 cerpen yang memposisikan perempuan sebagai pembawa masalah. “Saya jadi ingat kisah Mahabharata yang konfliknya bermula dari Drupadi dan Ramayana, perang terjadi karena Dewi Sita,” katanya.
Bahkan dalam kumpulan cerpen ini juga ada kisah hubungan sedarah antara anak dengan ibu, hingga menantu dengan mertua.
Sementara tiga cerpen lainnya berkisah tentang pria. “Salah satunya ada yang unik, dimana ada seorang laki-laki yang mengalami keterbelakangan mental bisa sukses dari beternak sapi. Saya kira ini sangat unik,” paparnya.
Penulis Made Suar – Timuhun mengaku, cerpen dalam kumpulan Klangen Ngeberang Angen ia tulis sepanjang tahun 2016 hingga 2022.
“Ini saya tulis di masa-masa saya kurang produktif,” papar lelaki asal Klungkung ini.
Sedangkan kumpulan Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat ditulisnya selama 6 bulan dan terbit tahun 2024.
Baginya, dalam menulis sebuah cerpen harus terus berlatih dan menulis, sehingga sebuah cerita bisa terselesaikan. (MBP2)