Berkaca dari Gempa Karangasem, Opsi Mitigasi Ini Harus Disiapkan Antisipasi Timbulnya Korban Jiwa

 Berkaca dari Gempa Karangasem, Opsi Mitigasi Ini Harus Disiapkan Antisipasi Timbulnya Korban Jiwa

Kerusakan bangunan akibat gempabumi M4,8 berpusat di Karangasem. (istimewa)

JAKARTA – baliprawara.com

Pascagempa bumi M4,8 yang terjadi Sabtu 16 Oktober 2021, di luar dugaan, dampak yang ditimbulkan sangat signifikan terhadap bangunan dan infrastruktur di wilayah Kabupaten Karangasem dan Bangli. Terhitung total 437 unit rumah rusak berat, 135 rumah rusak sedang dan 1.415 rumah rusak ringan. Kondisi ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian karena faktor bangunan yang tidak tahan gempa merupakan faktor utama kerentanan yang bisa menimbulkan korban jiwa saat terjadi gempa.

 

Ketika berbicara bahwa sebenarnya bukan gempa yang membunuh, melainkan bangunan yang tidak tahan gempa yang roboh saat gempa terjadi, maka perhatian terbesar untuk mitigasi harus diarahkan agar bangunan yang sudah ada bisa diperkuat agar tahan gempa. Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk hal tersebut menurut Guru Besar Universitas Andalas Prof. Dr. Eng. Fauzan, S.T., M.Sc.Eng., yakni dengan melakukan perkuatan rumah masyarakat menggunakan Ferrocement Layer. Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan kawat anyam yang dilapisi semen mortar ke dinding rumah.

 

“Salah satu mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perkuatan rumah masyarakat menggunakan Ferrocement Layer dengan menambahkan kawat anyam yang dilapisi dengan semen mortar,” ujar Fauzan, saat mengikuti diskusi umum, mengenai perkembangan situasi dan penanganan gempa yang terjadi di wilayah Provinsi Bali, Jumat 22 Oktober 2021.

 

Fauzan menambahkan, metode ini mampu menambahkan kekuatan pada bangunan rumah tinggal, hingga sepuluh kali lipat. Bangunan dengan menggunakan kawat anyam ini juga tergolong mudah dikerjakan dengan biaya terjangkau. “Dengan metode ini, bisa menambah kekuatan bangunan sepuluh kali lipat dari sebelumnya, tentu dengan menggunakan kawat anyam ini tergolong murah, simpel dan mudah dikerjakan,” jelas Fauzan.

See also  Awan Panas Guguran Gunung Semeru Berjarak Luncur 2.000 Meter

 

Metode perkuatan bangunan menggunakan kawat anyam ini kata dia, sudah diuji cobakan di Laboratorium National Research Institute for Earth Science, Jepang dan memberikan hasil yang sangat menjanjikan untuk diimplementasikan berbasis masyarakat. Fauzan mengatakan bahwa keunggulan utama metode ini adalah bahan baku yang bisa dengan mudah diperoleh di seluruh daerah, biaya pengerjaan yang relatif murah (hanya 10% – 30% dari biaya dengan metode lain), dan sangat mudah dilakukan oleh siapapun.

 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Abdul Muhari, mengatakan, metode Ferrocement Layer ini merupakan upaya mitigasi yang feasible dan reliable untuk dilakukan berbasis masyarakat. Tentunya ini perlu disosialisasikan sebagai opsi mitigasi di masyarakat.  “Dengan mensosialisasikan berbagai opsi mitigasi gempa dan penguatan bangunan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat, kita berharap secara bertahap kerentanan bangunan bisa dikurangi sedikit demi sedikit,” Abdul Muhari. (MBP)

redaksi

Related post