BKP Denpasar Optimalkan Mitigasi dan Pengawasan Lalulintas Hewan Jelang Idul Adha
MANGUPURA – baliprawara.com
Meski Pulau Jawa dan Lombok sudah terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Bali yang berada di antara dua wilayah yang terjangkit ini, ternyata masih bebas dari PMK. Tentu hal ini harus tetap dijaga, agar PMK tidak sampai menyebar di Bali. Untuk itu, dalam menjaga agar Bali tetap bebas dari wabah PMK, apalagi menjelang hari raya Idul Adha, Balai Karantina Pertanian (BKP) kelas 1 Denpasar, terus melakukan mitigasi risiko terhadap penyebaran penyakit PMK.
Menurut Kepala Balai Karantina Pertanian (BKP) Denpasar, I Putu Tarumanegara, khusus untuk Bali, Mitigasi ini penting dilakukan, karena sangat beresiko tertular. Pasalnya, Bali yang berbatasan dengan Jawa dan Lombok, tentu resiko tertular sangat tinggi.
Untuk itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait, pelaku usaha di lapangan, untuk melakukan pengawasan selama 24 jam penuh di setiap pintu masuk. Yakni di Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Padang Bai, Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa. Pengawasan ini kata dia, penting dilakukan agar Bali tetap aman dari PMK. Terkait lalu lintas ini, pihaknya tetap melakukan mitigasi risiko penyebaran, untuk bisa memenuhi kebutuhan hari raya Idul Adha.
“Dengan dibolehkannya lalulintas ternak atau sapi potong untuk Idul Adha melalui darat, mitigasi risiko harus dioptimalkan. Sehingga distribusi ternak untuk kebutuhan Idul Adha, dapat berjalan dengan baik. Inilah dua hal yang perlu dijaga, pasalnya resiko penyebaran, tidak hanya bisa ditularkan melalui hewan, namun alat angkut dan orangnya juga bisa sebagai perantara,” katanya, saat acara Koordinasi Kehumasan dengan Media Lokal dan Nasional di kantor setempat, Kamis 16 Juni 2022.
Dikatakan, kendaraan yang digunakan mengangkut ternak ke Jakarta, yang akan balik lagi, tentu perlu strategi tepat agar alat transportasi ini tidak membawa virus PMK. “Kami telah melakukan pengawasan dan berkolaborasi, seperti di Gilimanuk, pintu masuknya telah dipasangi spraying otomatis. Begitu kendaraan itu masuk kembali ke Bali, secara otomatis desinfektan ini disemprotkan. Setiap kendaraan yang akan datang, kita tidak tahu sebelumnya apakah melewati kawasan yang terpapar PMK. Untuk itu di pintu masuk ini, telah disiapkan desinfektan 24 jam, termasuk juga di Padang Bai,” bebernya.
Pihaknya menegaskan, ini penting dilakukan, karena, apabila Bali sampai terjangkit, tentu ternak dari Bali tidak boleh dikirim keluar. Namun demikian, dengan Bali masih bebas dari PMK, tentu ini harus dijadikan peluang oleh para petani dan peternak. Karena sekarang lalulintas ternak Sapi dan Kambing untuk kebutuhan Idul Adha, maupun hewan lain, hanya boleh dilalulintaskan dari daerah bebas PMK. Tentu ini menjadi peluang bagus.
Seperti sebelumnya, dari sapi potong yang belum pernah dikirim ke Kalimantan, kini telah dikirim ke kalimantan mencapai 500 ekor. Karena mereka tidak mungkin lagi mengambil di wilayah Jawa dan Madura. “Untuk itu ini harus dijadikan peluang, dan harus tetap dijaga ,jangan sampai Bali tertular. Peternak dan pelaku usaha juga harus diedukasi, agar tetap menjaga biosecurity. Ternaknya harus disemprot, kendaraan yang datang dari jawa juga harus disemprot secara mandiri,” harapnya. (MBP1)