Budi Daya Lobster Air Tawar Sangat Menjanjikan, Ini Alasannya
DENPASAR – baliprawara.com
Lobster merupakan salah satu sajian yang tergolong mewah bagi para pecinta kuliner. Ini merupakan peluang yang jika digarap maksimal akan sangat menjanjikan. Terlebih, pasokan lobster di pasaran tergolong masih kurang.
Peluang inilah yang dilirik pembudidaya lobster tawar, Deny Kurniawan (38). Saat ditemui di rumahnya jalan Buana Kubu Gang Asam VI nomor 8 ia menjelaskan, lobster air tawar tidak banyak yang mengetahui keberadaannya. Masyarakat lebih banyak tahu dan mengkonsumsi lobster hasil laut.
Di sisi penawaran, lobster laut tergolong minim stok. Apalagi pascadiberlakukannya aturan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai berat minimal lobster laut yang boleh ditangkap. Hal inilah yang kemudian membuat budidaya lobster tawar menjadi alternatif yang bisa dikembangkan.
“Awalnya dari hobi sih, Saya melihat peluang di Bali yang belum banyak budi daya, sekalian memperkenalkan semeton Bali untuk bisa budi daya dan menghasilkan di luar pariwisata. Karena ini bisa jadi industri penunjang pariwisata juga,” jelas Deny.
Soal pemanfaatan lahan, budi daya lobster air tawar tidak memerlukan media yang luas, cukup dengan terpal, styrofoam, aquarium, maupun kolam ikan. Untuk proses budidaya lobster tawar membutuhkan waktu mencapai 7 bulan untuk siap dipanen.
“Mulai dari lobster itu bertelur, sampai umur 7 bulan berukuran 4 inch, 5 inch setara dengan 12 centimeter itu siap dikonsumsi. Untuk penjualan, saat ini kita jual bibit sama konsumsi sebagian,” kata Deny.
Lobster yang ditawarkan Deny untuk konsumsi, yang rasanya hampir sama dengan lobster laut, yakni lobster tawar jenis red claw atau capit merah. Disampaikan juga, untuk harga bibit berukuran 1 inch dijual dengan harga Rp 2.500 dan indukan satu paket berisi 10 ekor dijual Rp 200 ribu. Dari ratusan telur, yang berhasil hidup mencapai 50 persen untuk satu indukan. Sedangkan Untuk pakan lobster tawar tidak susah dicari, cukup diberi sayur-sayuran seperti kecambah, kangkung, bayam, keong sawah, dan memanfaatkan sisa makanan.
Setahun sudah dia menjalani budi daya ini. Deny memperkenalkan lobster tawar melalui teman-temannya. Harapannya, dengan semakin banyak semeton Bali yang ikut budi daya, supply akan semakin besar dan mampu memenuhi kebutuhan di pulau Bali. Selain untuk konsumsi, lobster tawar bisa juga menjadi pajangan penghias aquarium.
Deny Kurniawan disapa mas DK yang tergabung dalam Komunitas lobster tawar budidaya LAT Bali ini berharap bisa bersinergi dengan dinas terkait untuk pembinaan, pengembangan penjualan, serta modal. (MBP6)