Bukan Sekadar Pencapaian Akademik, Prof. AA Bagus Udayana Dikukuhkan sebagai Guru Besar ISI Bali

Prof. AA Bagus Udayana
DENPASAR – baliprawara.com
Cita-cita menjadikan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sebagai ISI Bali telah terwujud. Kabar gembira itu disampaikan Rektor ISI Bali Prof. Kun Adnyana saat memberikan sambutan pada acara Sidang Senat Terbuka Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar, “Karma Citta Waskita”, di kampus setempat, Kamis(20/2). Berbagai capaian yang telah diraih ISI Bali, dibarengi dengan makin bertumbuhnya jumlah Guru Besar atau Profesor. Maka, pada acara itu sebanyak lima Guru Besar dikukuhkan. Mereka itu adalah Prof. Dr. Hendra Santosa, Prof. Dr. Anak Agung Gde Bagus Udayana, Prof. Dr. Ni Ketut Dewi Yulianti, Prof. Dr. I Wayan Karja, dan Prof. Dr. I Ketut Muka Pendet.
Menarik, dari lima guru besar anyar yang dikukuhkan itu, tiga di antaranya berasal dari wilayah Ubud yakni Prof. AA Gde Bagus Udayana, Prof. Muka Pendet dan Prof. Wayan Karja.
Bagi Prof. AA Bagus Udayana, capaian Guru Besar di Bidang Desain Komunikasi Visual, sangatlah bermakna.
Meraih gelar Guru Besar di bidang Desain Komunikasi Visual bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi sebuah amanah besar yang diemban sebagai bentuk tanggung jawab intelektual dan moral. “Sebagai dosen, saya meyakini bahwa peran utama seorang akademisi bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing, meneliti, dan menginspirasi generasi penerus agar mampu beradaptasi dan berinovasi dalam dunia desain yang terus berkembang,” ujar Dekan FSRD ISI Bali ini. Ditegaskan, Desain Komunikasi Visual tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga bagaimana pesan disampaikan secara efektif kepada masyarakat.
“Sebagai Guru Besar, saya berkomitmen untuk terus mengembangkan keilmuan ini, baik melalui penelitian, publikasi, maupun kontribusi nyata bagi industri kreatif. Ilmu yang saya bagikan bukan hanya teori, tetapi juga refleksi dari pengalaman, eksperimen, dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Tanggung jawab ini juga menjadi pengingat bahwa ilmu harus terus berkembang dan diwariskan. Saya berharap peran ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan kolega akademisi untuk terus berkarya, menciptakan inovasi, serta menjadikan DKV sebagai bidang yang memiliki dampak besar bagi masyarakat,” kata cucu seniman AA Sobrat (alm) dan putra Prof. AA Rai Kalam (alm) ini.
Ditegaskan, perjalanan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari tugas yang lebih besar—mengabdikan ilmu untuk kemajuan bangsa dan membangun ekosistem kreatif yang lebih baik. Meraih jabatan akademik tertinggi sebagai Guru Besar di bidang Desain Komunikasi Visual bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga sebuah amanah untuk semakin berkontribusi bagi ISI Bali dan masyarakat luas. Dalam peran ini, pihaknya berkomitmen untuk mendharmabaktikan ilmu dan pengalaman melalui beberapa aspek utama: Pertama, Penguatan Keilmuan dan Kurikulum DKV. Dalam konteks ini Prof. AA Bagus Udayan akan terus berperan dalam pengembangan kurikulum yang adaptif dan relevan dengan perkembangan industri kreatif serta teknologi. Dengan memastikan bahwa mahasiswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan berorientasi masa depan, ISI Bali dapat mencetak lulusan yang tidak hanya kreatif, tetapi juga kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.
Kedua, Riset dan Inovasi dalam Desain Komunikasi Visual.
Sebagai seorang akademisi, riset menjadi bagian utama dalam mengembangkan keilmuan. Dalam hal ini ia akan fokus pada penelitian yang dapat memberikan solusi inovatif bagi industri kreatif, budaya visual, dan komunikasi digital, serta mendorong kolaborasi antara akademisi, desainer, dan pelaku industri.
Ketiga, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desain.
DKV memiliki peran besar dalam kehidupan sosial dan budaya. Oleh karena itu, ia akan terus berupaya mengaplikasikan ilmu desain untuk pemberdayaan masyarakat, baik melalui pelatihan, pendampingan UMKM, maupun pengembangan desain berbasis budaya lokal yang dapat meningkatkan daya saing produk kreatif Bali di pasar global.
Keempat, Membangun Ekosistem Kreatif Berbasis Budaya.
Bali memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan salah satu tugasnya adalah memastikan bahwa DKV dapat menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi. Dengan mendukung berbagai program yang mengangkat nilai-nilai budaya dalam desain, ISI Bali dapat semakin dikenal sebagai pusat kreativitas yang mengakar pada kearifan lokal.
Kelima, Meningkatkan Kolaborasi dan Jejaring Internasional.
Sebagai Guru Besar, pihaknya juga memiliki tanggung jawab untuk memperluas jejaring akademik dan profesional, baik di dalam maupun luar negeri. Kolaborasi dengan universitas, institusi seni, serta industri kreatif global akan membuka peluang baru bagi mahasiswa dan dosen untuk belajar, berkarya, dan berkontribusi dalam skala yang lebih luas.
“Jadi, jabatan akademik ini bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tentang pengabdian. Saya berharap, dengan dedikasi dan kerja sama yang erat antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat, kita dapat terus mengembangkan ISI Bali sebagai institusi seni rupa dan desain yang berdaya saing tinggi serta memiliki dampak nyata bagi kemajuan budaya,” pungkasnya.
Sementara itu dalam pidato orasi ilmiahnya, Prof. Dr. Anak Agung Gde Bagus Udayana, mempresentasikan judul: Transformasi Digital dalam Mengembangkan Ekonomi Kreatif Desain Komunikasi Visual di Era Teknologi 5.0 di Bali.
Dikatakan, transformasi digital telah mengubah cara desainer komunikasi visual bekerja, membuka peluang baru di pasar global. Strategi pemasaran digital dan kolaborasi dengan klien internasional menjadi kunci sukses dalam ekonomi kreatif. Namun, tantangan dalam adaptasi teknologi dan persaingan global tetap menjadi isu yang harus diatasi. Pandemi COVID-19 juga telah mempercepat adopsi teknologi digital, menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi kreatif. Dengan menggabungkan kreativitas dan teknologi, dengan kolaborasi yang kuat antara desainer, pemerintah, pernguruan tinggi, dan pemangku kepentingan, ekonomi kreatif dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di era digital. (MBP2)