Bupati Giri Prasta Berharap Festival Ngerobok Jadi Wujud Nyata Culture Tourism
MANGUPURA – baliprawara.com
Jalan Raya Kerobokan, seputaran Pura Desa dan Pura Puseh, Desa Adat Kerobokan, Kuta Utara, Sabtu 11 Juni 2022, diwarnai bermacam penjor setinggi 12-13 meter. Deretan penjor-penjor ini bertajuk “Ngerobok” yakni Lomba Penjor pertama yang diselenggarakan oleh Yowana Desa Adat Kerobokan, Kuta Utara Kabupaten Badung. Ngerobok diikuti 52 Sekaa Teruna masing-masing Banjar yang ada di Wilayah Desa adat Kerobokan.
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta berkesempatan menghadiri langsung Lomba Penjor Ngerobok dan UMKM Kuliner di Desa Adat Kerobokan. Adapun yang membuat perbedaan lomba penjor dengan yang lainnya adalah pembuatan dilakukan secara bersama-sama dan kegiatan ini pun merupakan kegiatan yang pertama kali di diadakan di Bali. Turut hadir Kapolres Badung AKBP. Leo Dedy Defretes, DPRD Badung AA. Ngurah Ketut Agus Nadi Putra dan Wayan Sandra, Ajik Krisna, Ketua MDA Kabupaten Badung sekaligus Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja, Camat Kuta Utara I Putu Eka Parmana,Manggala Yowana Desa Adat Kerobokan I G Prayoga Mahardika, Pamucuk Prawartaka Agus Ariana Putra dan undangan lainnya. Bupati Giri Prasta bahkan turut menyumbang Rp 2,5 juta untuk 52 Sekaa Teruna di Desa Adat Kerobokan dan Sekaa Adi Merdangga sebesar Rp 5 juta.
Dalam sambutannya, Bupati Nyoman Giri Prasta memberikan apresiasi kepada MDA Kabupaten Badung dan Yowana Desa Adat Kerobokan atas penyelenggaraan lomba tersebut. Ditegaskannya, sudah ada klasifikasi 2 jenis penjor. Pertama, penjor sakral untuk hari raya Galungan, upacara agama dan tempat-tempat suci umat Hindu. Kedua, penjor hiasan atau dekorasi yang didesain cantik, indah dan menarik, seperti saat ada acara pernikahan, kegiatan atau event-event tertentu pada sebuah hotel atau perusahaan, yang menonjolkan unsur seni, bukan perlengkapannya atau unsur-unsur yang berhubungan dengan simbol-simbol kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
“Kita di Badung sudah siapkan pakem untuk kegiatan keagamaan baik untuk saat Galungan dan tempat suci. Penjor merupakan simbol dari Naga Basuki yang artinya kesejahteraan dan kemakmuran. Bagi umat Hindu di Bali, penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan. Penjor pun merupakan sebuah sarana upacara wajib dalam menyambut kemenangan Dharma melawan Adharma dengan meletakkan di depan rumah. Penjor seyogya dipasang tepat pada hari Penampahan Galungan, setelah jam 12 siang. Tujuan dipasangnya penjor adalah sebagai wujud rasa bakti dan ungkapan rasa terima kasih umat Hindu atas kemakmuran yang diberikan. Inilah prinsip, filosofi, yang perlu kita laksanakan dan lakukan bersama. Tujuan kami adalah tepat, bermanfaat dan pelestarian adat agama, tradisi, seni dan budaya,” ucapnya.
Ia juga berharap, dengan diadakan event ini bisa menjadi wujud nyata Culture Tourism. Culture Tourism adalah pariwisata berbasis budaya dan ini akan dilakukan berkelanjutan sehingga kedepannya menjadi Sustainable Tourism. “Agar bagaimana dengan pariwisata yang berkelanjutan yang akan dilakukan oleh generasi-generasi muda kita yang tergabung dalam sekaa teruna. Dua jempol untuk Sekaa Teruna Kerobokan dari 52 banjar,” ujarnya.
Manggala Yowana Desa Adat Kerobokan IG. Prayoga Mahardika mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bupati Badung dan seluruh elemen yang sudah membantu mensukseskan acara ini. Adapun harapan dari pelaksanaan lomba, selain nantinya dapat melahirkan seniman-seniman penjor yang baru, juga akan membangkitkan UMKM.
Lomba penjor ini tentu dapat memperluas rantai ekonomi masyarakat, seperti kelengkapan merangkai penjor akan menghidupkan para pedagang. “Kita menggunakan sistem saling support antar daerah kita. Jadi, lomba ini selain menghasilkan seniman, dapat dikatakan telah mampu memutar perekonomian secara masif karena telah terbukti, bahkan mampu meningkatkan harga ental itu sendiri,” katanya. (MBP)