Ciptakan Banyak Ekosistem, ITB STIKOM Bali Gaungkan Metaverse

 Ciptakan Banyak Ekosistem, ITB STIKOM Bali Gaungkan Metaverse

DENPASAR – baliprawara.com

Sebuah inovasi yang menggabungkan augmented reality dengan virtual reality yang disebut dengan Metaverse, mulai ramai diperbincangkan belakangan ini. Istilah Metaverse ini ramai diperbincangkan di media sosial, tak lama setelah CEO Facebook, Mark Zuckerberg mengubah nama induk perusahaan Facebook menjadi Meta Platforms Inc. (Meta).

Menurut Dosen ITB Stikom Bali, Dedy Panji Agustino, D.Kom. MMSI., secara etimologis, Metaverse berasal dari kata meta yang berarti melampaui dan ‘verse’ yang berarti alam semesta. Sehingga Metaverse dapat diartikan sebagai sebuah ruang berisi materi yang melampaui semua hal yang terlihat di dunia ini. 

“Metaverse yang punya prospek menjanjikan untuk dimanfaatkan terutama oleh generasi muda. Metaverse sebagai salah satu inovasi teknologi yang berkembang pesat kini justru booming belakangan ini,” kata Dedy Panji dalam acara Coffe Morning Peringatan HPN 2022 ITB Stikom Bali bersama media dengan tema Sinergi ITB Stikom Bali dan media dalam transformasi budaya berbasis digital, di Duta Orchid Resto, Denpasar, Rabu 9 Februari 2022.

Menurut Panji, kehadiran Metaverse akan memunculkan banyak ekosistem seperti, digital content creator, dan ahli-ahli teknologi informasi. Pihaknya mengayakan, kedepan, Blockchain, NFT, dan Metaverse akan dikembangkan di Inkubator ITB STIKOM Bali untuk mengasah kemampuan mahasiswa maupun alumni ITB STIKOM Bali, untuk menciptakan Start Up baru.

 

Sementara itu, Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Santi, Made Marlo Bandem menyebut Metaverse secara lebih singkat bisa dianggap sebagai internet yang diberikan dalam bentuk 3D. Selama ini lanjut dia, kehidupan manusia di media sosial hanya bertatapan di layar maka, Zuckerberg menggambarkan Metaverse sebagai lingkungan virtual yang bisa dimasuki lebih real secara 3D.

See also  Baru Dibuka, Program Magister Komputer ITB STIKOM Bali Sangat Ditunggu Masyarakat

“Metaverse bisa dikatakan adalah komunitas virtual yang saling terhubung di mana, orang-orang dapat bekerja, bertemu, bermain dengan menggunakan headset realitas virtual, kacamata augmented reality (AR), aplikasi smartphone dan atau perangkat lainnya,” bebernya.

Melalui Metaverse ini lanjut dia, pengguna bisa melakukan hal-hal seperti pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, membuat atau melihat karya seni dan mencoba pakaian digital untuk dibeli. Metaverse bahkan bisa menjadi sistem baru dalam dunia kerja seperti shift atau work from home di tengah kondisi pandemi Covid-19. Berbeda dengan bekerja secara virtual dengan panggilan video, di Metaverse karyawan bisa bergabung bersama di sebuah kantor virtual. “Dengan adanya Metaverse, kita mampu untuk masuk ke dunia virtual dan melakukan apapun yang kita inginkan,” katanya menambahkan. 

Sebagai implementasi dari Metaverse ini, ITB STIKOM Bali bersama Dr. Edward Herst dan berbagai pusat arsip di seluruh dunia, mengarsipkan kembali warisan pusaka seni dan budaya, hingga memulangkan kembali arsip tentang Pulau Bali. Selaku Koordinator Proyek Bali 1928, memaparkan perkembangan Proyek Bali 1928 yang sudah dimulai sejak 2013, yang sudah berhasil memulangkan puluhan jam film tahun 1930-an, 111 rekaman tabuh dan gending Bali 1928-1929, dan puluhan foto terkait masa kesejahteraan masyarakat Bali pada tahun 1930-an. “Kami menjadikan aksi pertama yang mendapatkan lisensi untuk menyebarkan seluruh dokumen bersejarah tersebut melalui internet,” bebernya.

Marlowe mengatakan, sejak diluncurkan pertama kali di internet, Bali 1928 langsung mendapatkan respon begitu baik dan banyak dari kalangan masyarakat. Marlowe berharap, dengan hadirnya Metaverse Bali 1928 dapat mengumpulkan orang-orang yang tertarik dengan arsip Bali 1928. (MBP)

 

redaksi

Related post