Dampak Ekonomi dan Solusi Padamnya Listrik

 Dampak Ekonomi dan Solusi Padamnya Listrik

Oleh Prof. Dr. IB Raka Suardana, S.E.,M.M.

Dampak pemadaman listrik secara ekonomi sangat nyata dirasakan oleh pelaku usaha, khususnya di sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Bali. Hotel, restoran, pusat oleh-oleh, dan tempat wisata modern sangat bergantung pada pasokan listrik yang stabil. Ketika listrik padam, sistem pendingin ruangan, pencahayaan, sistem pembayaran elektronik, serta fasilitas digital lainnya tidak dapat beroperasi secara normal. Ini bukan hanya menurunkan kenyamanan wisatawan, tetapi juga merusak reputasi Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia. Dalam laporan Bank Indonesia Perwakilan Bali tahun 2022, disebutkan bahwa sektor pariwisata menyumbang lebih dari 52% terhadap PDRB Bali. Jika gangguan listrik menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan, maka akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.
Selain itu, UMKM yang jumlahnya lebih dari 300 ribu unit di Bali juga akan sangat terdampak dengan padamnya listrik. Usaha laundry, percetakan, pengolahan makanan, serta toko-toko kelontong kini telah banyak bergantung pada mesin berbasis listrik dan sistem digital. Ketika listrik padam, produksi terhenti dan potensi kerugian meningkat, terutama jika pemadaman terjadi secara mendadak dan berkepanjangan. Rantai pasok bahan baku juga terganggu karena sistem logistik dan komunikasi menjadi tidak efisien. Apalagi di era digital saat ini, banyak UMKM yang mengandalkan pemasaran dan transaksi online, yang tentu tak dapat berjalan tanpa listrik dan koneksi internet yang stabil.
Solusi jangka pendek untuk mengurangi dampak padamnya listrik adalah dangan mempercepat instalasi pembangkit listrik energi terbarukan di tingkat lokal, seperti PLTS atap yang bisa diterapkan di hotel, restoran, dan gedung-gedung publik. Program Bali Energi Bersih perlu diperkuat dengan insentif fiskal bagi pengguna energi bersih dan peningkatan investasi infrastruktur listrik berbasis energi terbarukan. Sementara itu, sistem cadangan seperti genset memang masih dibutuhkan, namun tidak bisa dijadikan solusi utama karena biaya operasional yang tinggi dan dampak lingkungan yang besar.
Dalam jangka panjang, pemerintah daerah bersama PLN perlu memperkuat interkoneksi kelistrikan Bali dengan Jawa melalui jalur bawah laut berkapasitas tinggi yang lebih modern dan aman dari gangguan. Selain itu, dibutuhkan pembangunan pembangkit listrik lokal berbasis gas alam dan energi bersih lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar pulau. Ketahanan listrik yang kuat akan menjadi fondasi bagi pembangunan ekonomi Bali yang berkelanjutan, berdaya saing, dan ramah lingkungan. Tanpa pasokan listrik yg andal, visi menjadikan Bali sebagai pusat ekonomi hijau dan digital akan sulit terwujud.(*)

See also  Komunitas Honda Bali, Ngoprek Bareng Marc Marquez dan Pol Espargaro

Penulis, Dekan FEB Undiknas Denpasar

Redaksi

Related post