Dampak Perayaan Agama terhadap Perekonomian dan Inflasi

 Dampak Perayaan Agama terhadap Perekonomian dan Inflasi

Prof. IB Raka Suardana

Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E.,M.M.

‎Secara empiris, pelaksanaan Hari raya keagamaan Hindu di Bali, tentu memiliki dampak cukup signifikan terhadap dinamika perekonomian daerah. Soalnya, setiap perayaan besar selalu diikuti dengan peningkatan aktivitas ekonomi, terutama di sektor konsumsi rumah tangga, perdagangan, dan transportasi.

‎Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pengeluaran konsumsi rumah tangga (RT) pada periode menjelang Galungan dan Kuningan meningkat rata-rata 12–18 % dibandingkan bulan biasa. Fenomena itu terlihat dari meningkatnya permintaan terhadap barang kebutuhan upacara seperti daging babi dan ayam, buah-buahan, janur, bunga, kain adat, serta jasa perajin canang yang biasanya melonjak tajam. Akibatnya, harga sejumlah komoditas pokok mengalami kenaikan, terutama daging babi yang pada tahun 2024 sempat menembus Rp120.000 per kilogram dari harga normal Rp90.000. Selain itu, harga cabai, telur, dan beras juga mengalami fluktuasi akibat meningkatnya permintaan mendadak dari masyarakat.

‎Sektor pariwisata dan transportasi turut terdorong karena banyak wisatawan domestik maupun mancanegara memilih datang ke Bali untuk menyaksikan suasana perayaan dan upacara adat.

‎Data Dinas Pariwisata Bali mencatat, tingkat hunian hotel di kawasan Ubud, Kuta, dan Uluwatu meningkat 15–20 % menjelang hari raya besar. Aktivitas bandara juga meningkat, di mana pergerakan penumpang di Bandara Ngurah Rai di tahun-tahun sebelumnya naik lebih dari 10 % pada minggu Galungan.

Inflasi dan Multiplier Effect

‎Meningkatnya aktivitas ekonomi ini berdampak positif terhadap pendapatan masyarakat, terutama pelaku UMKM dan sektor informal. Namun, efek sampingnya adalah tekanan inflasi musiman. BPS mencatat, inflasi Bali pada perayaan Galungan April lalu mencapai sekitar 0,43 % month to month (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,18 persen. Pola serupa diprediksi akan berulang pada tahun 2025 karena faktor musiman dan meningkatnya daya beli masyarakat seiring pemulihan ekonomi.

‎Prediksi inflasi menjelang hari raya Hindu berikutnya diperkirakan berkisar antara 0,35 hingga 0,55 persen secara bulanan, dengan kontribusi utama dari kelompok makanan, minuman, dan transportasi. BI memperkirakan bahwa tekanan inflasi dapat terkendali apabila pasokan bahan pokok dijaga melalui sinergi antara pemerintah daerah, distributor, dan Satgas Pangan.

‎Secara keseluruhan, hari raya keagamaan Hindu membawa multiplier effect yang besar terhadap ekonomi Bali, meningkatkan sirkulasi uang dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka pendek. Namun, pengawasan harga dan distribusi logistik tetap menjadi faktor penting untuk menekan lonjakan inflasi agar perayaan keagamaan tetap memberi keseimbangan antara makna spiritual dan stabilitas ekonomi daerah.(*)

‎Penulis adalah Guru Besar Manajemen FEB Undiknas Denpasar

See also  83 Traders, Managers, and Parking Attendants At Ubung Traditional Market Took Rapid Test, the Results are All Non-Reactive

Redaksi

Related post