Delegasi WWF Kunjungi Museum Subak, Danau Batur, dan Desa Wisata Jatiluwih

 Delegasi WWF Kunjungi Museum Subak, Danau Batur, dan Desa Wisata Jatiluwih

Delegasi WWF ke-10 saat mengunjungi Jatiluwih. (ist)

TABANAN – baliprawara.com

Delegasi dan peserta World Water Forum ke-10, berkesempatan berwisata atau field trip ke tiga tempat di Bali, pada penutupan rangkaian kegiatan di Bali, Sabtu 25 Mei 202. Tiga lokasi yang dikunjungi yaitu Museum Subak, Danau Batur, dan Desa Wisata Jatiluwih.

Kunjungan ke tiga lokasi ini, untuk menggambarkan bagaimana masyarakat Bali memperlakukan dan mengelola air dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk di museum Mandala Manthika (dulu bernama Museum Subak) yang berlokasi di Kabupaten Tabanan, delegasi diperkenalkan dengan koleksi peralatan pertanian tradisional hingga modern, termasuk juga sejarahnya. Kunjungan ke Museum ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada Delegasi tentang bagaimana tata kelolanya yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan zaman, tanpa mengganggu alam.

Salah seorang peserta field trip dari Global Water Partnership Swedia, Yumiko Yasuda mengaku sangat terinspirasi dengan sistem irigasi Subak di Bali. Pihaknya mengaku ingin mempelajari lebih jauh, bagaimana masyarakat Bali melakukannya, apalagi ini terkait dengan budaya dan agama.

Museum Mandala Manthika, merupakan museum khusus tipe A yang dipelopori dan digagas oleh Gubernur Bali periode 1978-1988 Dr. Ida Bagus Mantra, yang saat ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan. Setelah diresmikan pada tahun 1991, museum ini direstorasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2023, dan selesai pada 2024, menjelang perhelatan World Water Forum ke-10.

Sementara itu, pemandu Mandala Manthika Ni Nyoman Mirahwati, yang mendampingi para delegasi menyampaikan bahwa, museum ini menyimpan berbagai koleksi alat pertanian dari berbagai sejarah peradaban manusia yang dibagi menjadi tiga seksi.

Untuk seksi pertama, menyimpan berbagai artefak yang berhubungan dengan sejarah dan perkembangan irigasi negara China, Jepang, dan Korea. Seksi kedua, menyimpan informasi tentan sistem irigasi Nusantara, yakni dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku.

Sedangkan, untuk seksi ketiga, khusus menampilkan berbagai informasi dan benda koleksi terkait sistem irigasi Subak. Seksi ini menampilkan proses pra-penanaman, masa menanam, hingga proses memanen padi. Para peserta dan delegasi juga menyaksikan tayangan video dokumenter tentang Subak.

Selain ke Museum Subak, peserta dan delegasi juga ada yang mengunjungi Danau Batur, Kabupaten Bangli. Pesona dan keindahan alam berpadu sempurna dengan udara yang sejuk di danau yang terbentuk dari kaldera letusan Gunung Batur puluhan ribu tahun yang lalu. “Pemandangan disini indah sekali, udaranya juga segar,” kata peserta dari Pacific Community Fiji Dave Hebblethwaite.

Pada kesempatan tersebut, Dave yang baru pertama kali ke Indonesia itu, mengaku merasakan terkoneksi antara Bali dan Fiji. Hal itu karena Bali maupun Fiji, sama-sama berada dalam jalur gunung api di kawasan Pasifik. “Sepertinya kita terkoneksi. Kita berada di jalur gunung api yang sama,” kata Dave mengungkapkan.

Selain ke Gunung Batur, delegasi juga berkunjung ke Danau Batur, mengunjungi Pura Jati Segara, Agromina Songan, Hutan Pinus Glagah Lingga, Ubud Water Palace, dan berakhir di Pasar Seni Ubud, Desa Wisata Jatiluwih 

Peserta asal Nepal, Santosh, dibuat kagum melihat kemampuan para petani yang tetap produktif dengan keterbatasan air. (MBP)

 

redaksi

Related post