Demoday FSI 2022, Pelaku Ekraf Subsektor Kuliner Didorong untuk Berpikir Out of the Box
MANGUPURA – baliprawara.com
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) saat ini menjadikan Industri kreatif sebagai salah satu program prioritas. Mengingat, dengan semakin membaiknya penanganan Covid-19 saat ini, mendorong pemerintah melakukan percepatan pemulihan ekonomi dan finansial.
Melalui subsektor kuliner, Kemenparekraf/Baparekraf bersama Ultima Rasa Akselerasi (Ultra) konsisten menyelenggarakan perhelatan FoodStartUp Indonesia (FSI) sejak 2016. Sama seperti tahun sebelumnya, tahun ini, puncak FSI bertajuk Demoday, kembali digelar 20-22 Juni 2022, di The Westin Nusa Dua Bali.
Mengusung tema Planet, People and Profit, FSI 2022 mencari bisnis kuliner yang menginspirasi dan berkembang dengan orientasi keseimbangan antara keberlanjutan, dampak sosial, dan profitabilitas. Sebelum Demoday, seluruh peserta yang mendaftar terlebih dahulu melalui proses panjang sejak pendaftaran dibuka Maret 2022. Tahapan selanjutnya yaitu seleksi administratif, mentoring, kurasi dan pengumuman lolos Demoday.
Menurut Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Henky Hotma Parlindungan Manurung, kegiatan Demoday kali ini berhasil memilih 69 brand atau sekitar 138 peserta. Yang terdiri dari 37 brand food manufacture, 15 brand food service, dan 17 brand gabungan dari keduanya.
Demoday tahun ini, kata dia, finalis FSI 2022 terus mengalami peningkatan kualitas usaha. Tentunya, dengan ini FSI terbukti berhasil meningkatkan kolaborasi semua pemangku kepentingan industri, kuliner tanah air yang sempat terdampak Pandemi Covid-19. “Peran FSI salah satunya mendukung rantai pasok industri melalui akses pembiayaan, distribusi dan pemasaran produk subsektor kuliner. Penguatan ekosistem kuliner sangat dibutuhkan agar proses pemulihan industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ekraf) berjalan secara komprehensif,” jelas Henky usai pembukaan Demoday FSI 2022, Senin 20 Juni 2022, di The Westin Nusa Dua Bali.
Lebih lanjut dikatakannya, beberapa investor yang hadir dalam Demoday FSI tahun ini, berasal dari kategori Fintech, dan Venture Capital. Selain investor, FSI 2022 juga menghadirkan berbagai narasumber dan mentor dalam sesi seminar serta coaching yang dilakukan bagi masing-masing finalis. “Kehadiran berbagai narasumber dan mentor dalam Demoday dapat mempertajam aspek soft skill dan hard skill peserta atas bisnis yang sedang dijalankan. Sehingga seluruh peserta Demoday tampak antusias mengoptimalkan kesempatan ini saat sesi seminar, coaching, dan pitching,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim, menambahkan, finalis terpilih tersebut berasal dari F&B Service sebanyak 15 peserta, food manufacture 37 peserta dan campuran 17 peserta. Semua peserta kata dia, berasal dari 9 provinsi dimana perwakilan terbanyak dari Jakarta (16 peserta), Jawa Barat (13 peserta) dan Jawa Timur (2 peserta). “Melalui Demoday, para pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner didorong untuk berpikir Out of the Box untuk tetap bangkit dan berinovasi dalam menciptakan produk yang dapat diterima oleh masyarakat dan investor,” ungkapnya.
Co-Founder FSI, Bonnie Susilo, menambahkan, setiap tahun Demoday sangat ditunggu pelaku ekraf kuliner karena mengumumkan pemenang terbaik guna mendapatkan komitmen investasi. Penilaian pemenang berdasarkan kesiapan produk, keamanan, inovasi, kesiapan pasar, risiko investasi, partnership dan strategi investasi. Meski bukan menjadi pemenang, ajang Demoday tetap strategis bagi finalis lainnya. Pasalnya, banyak finalis yang mendapatkan jejaring usaha dan dukungan langsung oleh masing-masing investor yang disampaikan usai pergelaran FSI.
Jika dilihat pada jenisnya, dukungan pendanaan yang dibutuhkan terdiri dari lima sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing dan lembaga pinjaman lainnya. Berbagai jenis pendanaan yang diajukan tersebut tentu saja harus disertai oleh profesionalisme dan akuntabilitas pelaku UMKM sektor kuliner yang mengikuti FSI. Besaran dana investasi yang paling banyak dibutuhkan pada FSI tahun ini terdiri dari 2 kelompok yaitu antara 500 juta hingga 1 miliar dan 100 juta hingga 500 juta.
Konsistensi FSI telah memberikan dampak besar dalam mendukung perkembangan subsektor kuliner tanah air. Kegiatan ini seakan telah menjadi brand dan prestise bagi pelaku bisnis kuliner skala UKM di Indonesia. “Perlu disampaikan, FSI telah membawa dampak yang signifikan dalam mempercepat kemandirian UKM pangan dan agroindustri Indonesia. Kemandirian ini dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia yang terampil, solid serta bisnis yang berkelanjutan,”pungkas Bonnie Susilo.
Sampai dengan 6 tahun penyelenggaraan, FSI telah memberikan kontribusi bagi subsektor kuliner. Tercatat sekitar 25 ribu pelaku ekonomi kreatif kuliner terlibat, 3.200an pitchdeck usaha dibangun, dan 65 miliar rupiah dana investasi bergulir. Pada tahun ini pencapaian FSI lebih strategis karena berhasil menggandeng Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Global Conference 2022. AVPN sendiri merupakan forum tahunan investasi sosial terbesar di Asia. Kerja sama ini tentu saja membuka peluang lebih banyak investor dunia membangun kemitraan dengan pelaku industri kuliner nasional. “Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan peserta FSI 2022,” tambahnya. (MBP)