Desa Adat Kuta Gelar Pamelaspasan Pasar Seni dan Fasilitas Lain

MANGUPURA – baliprawara.com

Pascarampungnya penataan pantai Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita), Desa Adat Kuta, menggelar prosesi melaspas, bertepatan dengan Buda Kliwon Matal, Rabu 15 Maret 2023. Pamelaspasan ini dilakukan pada sejumlah fasilitas yang baru selesai dibangun.

Menurut Bendesa Adat Kuta, Wayan Wasista, pemelaspasan untuk banguna yang baru rampung berkaitan dengan pembangunan dan penataan di kawasan pantai Kuta. Salah satu yang dipelaspas yakni, bangunan pasar Seni Kuta, yang berdiri di atas tanah aset Desa. Berkaitan dengan itu, pihak desa Adat mendahului menggelar upacara melaspas, karena di lokasi tersebut juga ada pura Melanting.

“Melanting ini perlu dicarikan tegak pujawali, atau paling tidak pauman. Pada prosesi ini, menggunakan Caru Rsi Gana, dan Panca Sata. Untuk di Pura melanting, menggunakan Caru Rsi Gana karena berkaitan dengan tegak pujawali,” kata Wasista saat ditemui di sela prosesi.

Lebih lanjut dikatakan, untuk yang dipelaspas, selain Pasar Seni, juga ada pura Melanting, Indra Blaka, Skatepark pantai Kuta, Tsunami Shelter. Upacara yang dilakukan menurutnya mendahului Pemkab Badung. Namun demikian, kemungkinan nanti dari Pekab sendiri akan ada upacara yang berbarengan dengan pemelaspasan fasilitas di pantai Seminyak, Legian dan Kuta (Samigita).

Untuk Skatepark, juga dilakukan upacara pamelaspasan karena saat ini di lokasi itu sudah mulai ada yang latihan. Dengan adanya tempat permainan baru ini, memang saat ini kata dia, di area Skatepark, sudah mulai ramai kunjungi. Selain pamelaspasan skatepark, juga dilakukan pamelaspasan tempat  pemelastian. Karena kata Wasista, dulu di Kuta tidak ada tempat untuk pemelastian yang terbebas dari pedagang. “Dulu di lokasi itu biasa digunakan oleh pedagang. Saat melasti, mereka disuruh tutup. Namun saat ini sudah khusus dibangun permanen untuk tempat Melasti,” terangnya.

See also  Selain 4 Dinyatakan Sembuh, Positif Covid-19 di Denpasar Juga bertambah 2 Orang

Selain itu, untuk mengapresiasi keinginan masyarakat, di desa adat Kuta, kini sudah ada tempat pengabenan, semacam krematorium. “Dari desa adat Kuta, khusus menyiapkan tempat pesayuban untuk krama yang mempunyai hajatan. Disana ada tempat untuk istirahat, untuk seka santi dan sekaa angklung. Ini tentu mengurangi biaya dalam prosesi upacara,” ucapnya.

Selain itu, di tempat pengabenan, kelengkapan lain juga disiapkan semua. Namun demikian, pihaknya mengklaim dalam hal ini, masih tetap mempertahankan tata cara adat seni budaya yang dimiliki, supaya tidak tergerus jaman. “Konsep prosesinya, sama seperti biasa, dengan biaya yang bisa ditekan. Untuk Srati banten Desa dilibatkan dalam pembuatan banten. Semua sarana upacara ini disiapkan oleh pihak desa. Tinggal di manage atau difasilitasi oleh BUPDA. Kalau ada upacara ngaben, silaka dengan harga semurah murahnya,” katanya. (MBP)

 

redaksi

Related post