Desa Adat Sangeh Gelar Upacara Mecaru Kadurmangalan Usai Insiden Pohon Tumbang

 Desa Adat Sangeh Gelar Upacara Mecaru Kadurmangalan Usai Insiden Pohon Tumbang

Upacara mencaru Kadurmangalan usai insiden pohon tumbang di DTW Sangeh.

MANGUPURA – baliprawara.com
Desa Adat Sangeh di Kecamatan Abiansemal, Badung, melaksanakan upacara mecaru Kadurmangalan di pelataran Pura Bukit Sari pada Jumat 5 Desember 2025. Prosesi ini untuk pembersihan secara niskala setelah kejadian pohon tumbang yang sebelumnya menelan satu korban jiwa serta merusak sejumlah bangunan suci di kawasan Daya Tarik Wisata (DTW) Sangeh.

Upacara yang berlangsung sejak pagi itu dihadiri sejumlah krama dan prajuru desa adat. Peristiwa pohon tumbang yang terjadi beberapa hari sebelumnya bukan hanya mengakibatkan kerugian material, tetapi juga meninggalkan dampak spiritual bagi masyarakat setempat sehingga diperlukan rangkaian ritual pembersihan.

Bendahara Desa Adat Sangeh, Jro Mangku Made Mantra, menjelaskan bahwa prosesi mecaru Kadurmangalan merupakan tahapan pertama dari rangkaian upacara yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Menurutnya, pembersihan awal penting dilakukan agar desa adat dapat melanjutkan upacara susulan setelah area dinyatakan bersih secara niskala maupun sekala.

Jro Mangku Made Mantra menyampaikan bahwa, dalam pelaksanaan mecaru kali ini pihaknya menggunakan sarana ayam brumbun sebagai wujud pembersihan sederhana yang menjadi awal sebelum upacara utama. Ia menegaskan bahwa prosesi tersebut merupakan langkah wajib sebelum tahapan ritual berikutnya bisa dilaksanakan.

Dikatakan, musibah pohon tumbang tersebut, merusak hingga 80 persen bangunan yang ada di kawasan Pura Bukit Sari. Meski demikian, sejumlah pelinggih utama masih dapat terselamatkan dari terjangan pohon besar yang tumbang di area hutan pala itu.

Ia menjelaskan bahwa beberapa pelinggih penting seperti Meru, Padmasana, Gedong Pelik, Bale Pengiasan, dan Pelinggih Pesimpangan berada dalam kondisi aman. Selebihnya, banyak bangunan di sekitar area pura yang mengalami kerusakan cukup parah akibat hantaman batang pohon berukuran besar.

Berdasarkan penuturan warga, kawasan tersebut memang berada di tengah hutan yang dipenuhi pohon-pohon pala berusia puluhan hingga ratusan tahun, sehingga memiliki risiko tinggi saat cuaca ekstrem.

See also  Indonesia Coffee Festival 2024, Bangkitkan Kejayaan Kopi Nusantara

Jro Mangku Mantra juga mengungkapkan bahwa sebelum musibah terjadi, pihaknya baru menyelesaikan rangkaian upacara besar seperti Ngenteg Linggih, Padudusan Agung, Mapadanan, serta Mapaselang Medasar Taur Balik Sumpah Utama yang dilaksanakan pada 5 November 2025. Namun, musibah yang datang setelah rangkaian upacara tersebut membuat pihak desa adat harus kembali menggelar rapat internal untuk menentukan langkah lanjutan sesuai arahan ratu pedanda.

Ketua Pengelola Objek Wisata Sangeh, Ida Bagus Gede Pujawan, menuturkan bahwa proses pembersihan area pascakejadian akan dilaksanakan secara bertahap mengikuti arahan desa adat. Ia menyebutkan bahwa pecaruan yang dilaksanakan merupakan pembersihan niskala, sedangkan pembersihan sekala dilakukan dengan menyingkirkan puing-puing bangunan yang tertimpa pohon.

Pujawan juga menjelaskan bahwa dari hasil identifikasi awal di lapangan terdapat sekitar 30 pohon yang tumbang, termasuk 9 pohon berukuran besar. Namun, jumlah pasti kerusakan pada bangunan pura maupun sarana umum masih menunggu hasil pengukuran resmi dari pihak PUPR. Menurutnya, pendataan ini sangat penting sebagai acuan perbaikan jangka panjang di kawasan wisata tersebut.

Dalam keterangannya, ia menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Badung yang telah memberikan pendampingan teknis secara cepat sejak hari pertama kejadian. Pendampingan tersebut mencakup pembersihan awal, peninjauan area terdampak, serta koordinasi untuk perbaikan fasilitas wisata.

Sebagai langkah mitigasi dan demi keselamatan pengunjung, pihak pengelola memutuskan untuk menutup sementara kawasan Objek Wisata Sangeh selama satu minggu. Penutupan ini dilakukan agar proses pembersihan pohon tumbang dan perbaikan area terdampak dapat berjalan maksimal tanpa mengganggu aktivitas wisatawan.

Pihak pengelola menargetkan kawasan dapat kembali dibuka secara bertahap pada 11 Desember mendatang. Tanggal tersebut dipilih agar persiapan menyambut libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dapat berjalan optimal dan area wisata sudah dalam kondisi aman, terutama aksesibilitas menuju area utama Pura Bukit Sari.

See also  Dorong Informasi Hukum yang Akurat dan Cepat, KPU Denpasar Gelar Sosialisasi JDIH

Sebagai bentuk mitigasi tambahan, pengelola kembali menegaskan aturan evakuasi wisatawan ketika hujan deras turun. Karakteristik akar pohon pala yang tumbuh melebar ke samping membuat pohon rentan tumbang saat tanah jenuh air. Dengan demikian, prosedur pengamanan akan diperketat setiap kali terjadi cuaca ekstrem di kawasan hutan Sangeh. (MBP)

 

redaksi

Related post