Diageo Indonesia Gandeng Yayasan Bambu Lestari, Lestarikan Air Melalui Desa Bambu Agroforestri

 Diageo Indonesia Gandeng Yayasan Bambu Lestari, Lestarikan Air Melalui Desa Bambu Agroforestri

Peresmian Desa Bambu Agroforestri dan Konservasi Air di Bali, kolaborasi Diageo Indonesia dengan Yayasan Bambu Lestari.

MANGUPURA – baliprawara.com

PT Langgeng Kreasi Jayaprima (Diageo Indonesia) bersama Yayasan Bambu Lestari meresmikan Kerjasama Desa Bambu Agroforestri dan Pemulihan Air di Bali, di Paviliun Hutan Bambu, Nusa Dua, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan B20 Indonesia, Senin 14 November 2022. Kolaborasi antara Diageo Indonesia dengan Yayasan Bambu Lestari ini, merupakan salah satu bentuk komitmen keberlanjutan Diageo terkait pelestarian air untuk kehidupan (“Preserve Water for Life”) yang tercantum dalam Society 2030: Spirit of Progress, secara khusus melalui pilar “Grain-to-glass sustainability”. 

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Yeh Penet dalam menjaga ketersediaan air berkualitas dan lestari melalui praktik wanatani bambu (agroforestry). Penandatanganan perjanjian kerjasama antara Diageo Indonesia dan Yayasan Bambu Lestari turut disaksikan oleh Komisioner Dagang Inggris untuk Asia Pasifik Natalie Black CBE, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste Owen Jenkins, Sekretaris Daerah Kabupaten Tabanan Gede Susila, dan Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja.

Komisioner Dagang Inggris untuk Asia Pasifik, Natalie Black CBE, yang membuka acara ini, menggarisbawahi bahwa pentingnya momentum kolaboratif G20. “Dalam semangat kolaboratif G20, saya percaya bahwa untuk mewujudkan transisi energi kita harus bekerja sama lintas batas, sektor, dan organisasi. Presidensi Indonesia B20 dan G20 merupakan kesempatan emas untuk bekerja sama mewujudkan perubahan berkelanjutan dalam pelestarian sumber daya alam. Pemerintah Inggris dengan bangga mendukung kemitraan Diageo Indonesia dengan Yayasan Bambu Lestari,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, I Made Teja, yang turut hadir pada kegiatan ini, menyampaikan bahwa kerjasama kali ini dapat menjadi model percontohan untuk menjaga sumber daya air Bali. Pohaknya berharap, mudah-mudahan ini di Bali menjadi sesuatu yang luar biasa untuk menjaga konservasi terutama di Kawasan Yeh Penet. “Selanjutnya kami harapkan ke depan bukan hanya di Yeh Penet saja. Kami juga berharap ada lokasi-lokasi lain yang dapat dikembangkan untuk menjaga sumber daya air di Provinsi Bali,” harapnya.

 

Direktur Eksekutif Yayasan Bambu Lestari, Monica Tanuhandaru, menyampaikan terima kasih kepada Diageo, karena telah membantu Bali melalui bambu. “Kami menantikan kerja sama yang panjang ini. Yayasan Bambu Lestari tidak bekerja sendirian. Kami juga berharap dapat bermitra dengan Diageo di negara lain terutama di sabuk tropis tempat bambu dapat tumbuh dan menjaga sumber daya air, serta mengurangi emisi. Ada kearifan lokal yang percaya kalau menanam bambu, maka menanam air,” ujarnya.

“Acara ini merupakan milestone penting bagi Diageo Indonesia karena inklusivitas dan keberlanjutan lingkungan merupakan inti dari rencana aksi 10 tahun kami ‘Society 2030: Spirit of Progress’ untuk membangun dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Melalui kolaborasi kami dengan Yayasan Bambu Lestari, kami berkomitmen untuk mempelopori ‘Grain-to-Glass Sustainability’ dan tujuan kami untuk melestarikan air untuk kehidupan merupakan salah satu bagian utama,” ujar Alefiyah Sarma, Presiden  Direktur PT Langgeng Kreasi Jayaprima (Diageo Indonesia). 

Melalui program pemulihan 7.500 Ha lahan kritis, kolaborasi ini menargetkan peningkatan debit air dan penyerapan air bawah tanah disertai penyerapan 19,8 kilo ton CO2e, pemberdayaan 150 keluarga petani serta proyeksi peningkatan pendapatan sebanyak Rp 240 juta per desa pada tahun ketiga. Melalui ekosistem Desa Bambu Agroforestri, yang melibatkan peran serta masyarakat dan pemerintah, akan dipertunjukkan bagaimana restorasi lingkungan dan mitigasi perubahan iklim dapat turut berpartisipasi pada pemberdayaan perempuan, dan pembukaan lapangan pekerjaan. Program kolaborasi ini akan berlangsung selama lima tahun dan dipusatkan pada sejumlah desa di alur DAS Yeh Penet, salah satu daerah aliran sungai terbesar di Bali. (MBP)

See also  Warga Banjarangkan Klungkung Siap Menangkan Koster-Giri, Diharapkan Lanjutkan Pusat Kebudayaan Bali

 

redaksi

Related post