Diburu Kolektor, Tuksedo Studio Bali Produksi Mobil Klasik Seharga Puluhan Miliar Rupiah

GIANYAR – baliprawara.com

Kendaraan roda empat klasik yang harganya sudah tidak bisa terjangkau, ternyata mampu diproduksi dengan karya seni handmade berkualitas tinggi. Siapa sangka, karya seni kualitas tinggi ini, mampu memikat hati para kolektor di pecinta otomotif. Pembuatan berbagai karya Mobil klasik ini dapat ditemui di bengkel Re-creation, Tuksedo Studio Bali, yang berlokasi di Ketewel, Kabupaten Gianyar.

Menurut Founder Tuksedo Studio, Pudji Handoko menyampaikan, produksi mobil klasik ini berawal dari hobinya di Otomotif, dan keinginannya memiliki salah satu mobil klasik yang harganya puluhan miliar tidak terjangkau terbeli. Sehingga tercetus ide untuk membuat kembali sebuah mobil klasik yang dibentuk dari tempaan aluminium yang tebal di bengkelnya.

Ini kata dia merupakan mobil re-creation atau membuat kembali sesuai dengan bentuk aslinya. “Ya awalnya nyoba-nyoba bikin buat sendiri, ternyata kolektor senang. Mobil-mobil yang kita buat itu istilahnya re-creation, atau meng create kembali semirip mungkin dengan aslinya. Bukan Replika. Mobil-mobil yang kita buat itu, semua mobile legend yang harganya sudah tidak terjangkau, ada yang sampai hampir 1 triliun,” ucap Ucap Pudji Handoko, belum lama ini.

 

Dalam perjalanannya, pria kelahiran Yogyakarta ini, sebelum fokus menggarap mobil klasik, dirinya bertemu seorang kolektor dan menjadi partner kerjanya saat ini. Sehingga ia mendapat tantangan untuk memproduksi lebih banyak mobil klasik dengan harga diatas 10 Miliar. “Dari situ tergugah memperbanyak. Membuat jenis mobil legend yang harganya tidak murah, karena biaya pembuatan sendiri  mahal. Saya bikin mobil harganya yang diatas Rp 10 Miliar,” Ungkapnya.

See also  Terseret Arus di Batu Belig, Andika Akhirnya Ditemukan di Petitenget

Disebutkan peminatnya hampir semua kolektor mobil klasik, baik dalam negeri maupun luar negeri. Baginya memiliki mobil klasik menjadi impian bagi kolektor. “Ada beberapa mobile legend yang bisa kita produksi, namun yang memungkinkan diproduksi di indonesia itu tidak semuanya. Mengingat kita untuk mencari part itu susah, alatnya sulit. Mobil re-creation ini juga harus ada mobil donor, yang  mana bagian suspensinya, engine nya, kaki-kakinya bisa dipakai. Kalau Body memang diproduksi di studio,” bebernya. 

Dalam proses pengerjaan, pihaknya membutuhkan waktu setahun dan dapat menyelesaikan 10 mobil yang dikerjakan berkelompok, dimana 1 mobil diselesaikan 5 orang. Saat ini ia mempekerjakan 60 orang yang dominan dari mahasiswa Universitas di Bali. “Kita hampir tidak ada tukang, ya dari mahasiswa. Kita mesti training anak yang masih fresh, jauh lebih gampang,” Katanya.

Diharapkan melalui hasil karya klasik ini menjadi salah satu langkah untuk belajar membuat mobil dari sesuatu yang telah sempurna.Pihaknya kedepan akan membuat karya dengan brand milik sendiri, tidak lagi tertuju pada mobil klasik eropa yang sudah ada. “Next, kita bikin jangan niru, kalau bisa kita mendesain sendiri,” katanya optimis. (MBP1)

redaksi

Related post